BOGOR – Warga Kecamatan Cileungsi berjenis kelamin wanita berusia 23 tahun terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu dikatakan Bupati Bogor Ade Yasin.
“Kasus terbaru hingga Selasa (24/3/2020) malam, satu orang positif Covid-19 adalah warga Cileungsi. Dia seorang wanita berusia 23 tahun.
Pasien tersebut langsung dirujuk ke RS Darurat Wisma Atlet di DKI Jakarta,” kata Ade, Rabu (25/3/2020).
Dia menjelaskan, terkait jumlah orang dalam pemantauan (ODP) hingga kini ada 146 orang. Dimana 90 kasus di antaranya sudah rampung diuji.
Sementara, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 55 orang dimana 18 kasus dinyatakan selesai.
“Jumlah ODP pada hari ini meningkat dari 133 orang menjadi 146 orang dimana 90 orang di antaranya dinyatakan negatif. Sementara, jumlah PDP juga naik menjadi 55 orang dari sebelumnya 33 orang, dimana 18 orang di antaranya dinyatakan negatif wabah sangat menular ini,” ungkapnya. (T Abd)
BEKASI = Pemerintah Kota Bekasi akan melibatkan 100 petugas medis untuk mendatangi 1.200 orang yang sudah ditetapkan untuk diambil sampel darahnya dalam pemeriksan rapid test corona virus disease (Covid-19).
Lingkungan Stadion Patriot Chandrabhaga pun nantinya digunakan untuk mengumpulkan sampel dan melanjutkan proses pemeriksaan lebih lanjut pada sampel yang telah diambil. Belum dipastikan kapan tes dilakukan.
Pasalnya hingga hari ini alat tes belum diterima Pemerintah Kota Bekasi.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan pola rapid test ini diubah menjadi door to door. Ini sesuai masukan yang disampaikan Forkopimda dan Ikanan Dokter Indonesia (IDI) serta DPRD.
“Jadi kita tadi dari hasil mendengarkan masukan dari dari Forkopimda dan IDI dan juga dari yang terhormat anggota DPRD Jawa Barat sudah dikonsultasikan ke Pak Wali Kota juga,” kata Tri kepada wartawan, Rabu (25/3/2020).
Maka itu, lanjut dia, hari ini dilakukan simulasi untuk menerapkan tes cepat massal tersebut. “Ini kita sudah koordinasi ke Pak Gubernur seperti apa nanti polanya,” jelas dia.
Sebelumnya Pemerintah Kota Bekasi memastikan membatalkan pemeriksaan secara massal virus corona terhadap warganya.
“Untuk sementara waktu (rapid test) ditunda pelaksanaannya sampai waktu yang belum ditentukan,” kata Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto kepada wartawan, Senin 23 Maret 2020.
Penundaan pemeriksaan warga Kota Bekasi secara massal itu, kata dia, juga sambil menunggu kesiapan alat yang digunakan untuk memeriksa virus corona.
“Tentunya sambil menunggu kesiapan yang pertama yaitu ketersidaan alat dan juga metode yang terus kita lakukan evalusi dan tentunya bagaimana prosesnya tetap berjalan secara efektif dan juga tidak terjadi pengumpulan massa,” tandasnya.(*/Eln)
BEKASI = Pemerintah Kota Bekasi akan melibatkan 100 petugas medis untuk mendatangi 1.200 orang yang sudah ditetapkan untuk diambil sampel darahnya dalam pemeriksan rapid test corona virus disease (Covid-19).
Lingkungan Stadion Patriot Chandrabhaga pun nantinya digunakan untuk mengumpulkan sampel dan melanjutkan proses pemeriksaan lebih lanjut pada sampel yang telah diambil. Belum dipastikan kapan tes dilakukan.
Pasalnya hingga hari ini alat tes belum diterima Pemerintah Kota Bekasi.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan pola rapid test ini diubah menjadi door to door. Ini sesuai masukan yang disampaikan Forkopimda dan Ikanan Dokter Indonesia (IDI) serta DPRD.
“Jadi kita tadi dari hasil mendengarkan masukan dari dari Forkopimda dan IDI dan juga dari yang terhormat anggota DPRD Jawa Barat sudah dikonsultasikan ke Pak Wali Kota juga,” kata Tri kepada wartawan, Rabu (25/3/2020).
Maka itu, lanjut dia, hari ini dilakukan simulasi untuk menerapkan tes cepat massal tersebut. “Ini kita sudah koordinasi ke Pak Gubernur seperti apa nanti polanya,” jelas dia.
Sebelumnya Pemerintah Kota Bekasi memastikan membatalkan pemeriksaan secara massal virus corona terhadap warganya.
“Untuk sementara waktu (rapid test) ditunda pelaksanaannya sampai waktu yang belum ditentukan,” kata Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto kepada wartawan, Senin 23 Maret 2020.
Penundaan pemeriksaan warga Kota Bekasi secara massal itu, kata dia, juga sambil menunggu kesiapan alat yang digunakan untuk memeriksa virus corona.
“Tentunya sambil menunggu kesiapan yang pertama yaitu ketersidaan alat dan juga metode yang terus kita lakukan evalusi dan tentunya bagaimana prosesnya tetap berjalan secara efektif dan juga tidak terjadi pengumpulan massa,” tandasnya.(*/Eln)
BOGOR – Maraknya berita hoaks soal pasar tadisional yang tak beroperasi dengan mewabahnya corona ditangkis oleh Disnagin Kabupaten Bogor .
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Bogor memastikan seluruh pasar-pasar tradisional tetap beroperasi walaupun Kabupaten Bogor sedang masa tanggap darurat virus corona (Covid-19).
Hal ini untuk menangkis isu adanya penutupan pasar sehingga dikhawatirkan adanya panic buying hingga akan ada aksi penimbunan bahan makanan yang dilakukan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
“24 pasar tradisional yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD Pasar Tohaga tetap beroperasi seperti biasa. Namun kepada para pedagang kita tetap menerapkan protokol kesehatan dimana mereka menyiapkan hand sanitizer dan sarung tangan karet,” kata Kepala Disdagin Kabupaten Bogor Nuradi kepada wartawan, Selasa (24/3/2020).
Mantan Sekretaris DPRD Kabupaten Bogor ini juga memastikan stok sembilan bahan pokok (sembako) cukup walaupun ada kenaikan harga pada beberapa komoditas.
“Harga beras IR 42, naik dari pekan sebelumnya menjadi Rp12 ribu dari sebelumnya Rp10 ribu per liter, harga cabe keriting merah naik Rp2 ribu hingga saat ini harganya Rp50 ribu per kilogram, gula pasir juga naik dari awalnya Rp16 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram dan untuk rempah harga jahe lokal juga naik dari Rp28 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram. Namun walaupun beberapa harga komoditas naik, stoknya terbilang aman untuk beberapa waktu ke depan,” sambungnya.
Terpisah, Direktur Utama PD Pasar Tohaga Haris Setiawan menjelaskan pihaknya tidak memberlakukan pembatasan jam operasional di pasar tradisional meski pemerintah memberlakukan kebijakan physical distancing.
“Operasional pasar tradisional tetap berjalan seperti biasa karena kita tidak bisa serta merta menutup, apalagi dimana lagi masyarakat mencari kebutuhan pokoknya selain di pasar tradisional karena jumlah mal atau pasar modern di Kabupaten Bogor sangat terbatas dan tidak ada di semua wilayah,” jelas Haris.
Mantan calon legislatif DPR RI dari PPP ini melanjutkan, pasca ditutupnys pasar tradisional pihaknya secara rutin menyemprotkan zat disinfektan di lapak-lapak dagangan di seluruh pasar tradisional. Hal ini diakuinya sebagai bagian upaya mencegah wabah virus corona. ((T Abd)
BOGOR – Dalam menyemarakkan peringatan Isra & Mi’Raj Nabi Muhammad SAW 1441 H / Tahun 2020, warga kampung Babakan Rukun Warga (RW) 02 Desa Sukaharja, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, melakukan perayaan Hari Besar Islam yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun .
Panitia Acara, M Ahan Ismail mengatakan,” dalam rangka memperingati Isra & Mi’raj Rasullullah Muhammad SAW, pihaknya sengaja memeriahkannya dengan penceramah dan pembacaan alquran . Dan ini salah satu bentuk masyarakat untuk lebih peduli dengan keadaan saat ini lebih memahami agama .
“Alhamdulillah giat ini kita selalu laksanakan setiap tahunnya dalam memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW tahun 2020,” kata Ahan kepada wartawan, Minggu (22/3/2020).
“Perhelatan seperti ini Alhamdulillah sudah berjalan yang bertahun – tahun, dan selalu kami lakukan setiap tahunnya,” paparnya.
Menurut pria yang ramah ini , untuk dana yang dikumpulkan untuk kegiatan tersebut tersebut, bersumber dari sumbangan warga tanpa adanya bantuan dari pihak manapun termasuk pemerintah desa setempat.
“Anggarannya hasil dari swadaya masyarakat di lingkungan kami ini, yang mana setiap hari kita meminta bantuan setiap pekannya secara sukarela tanpa ditarget,” ungkapnya.
Sementara penanggung jawab acara isra mi’raj Tian Maulana mengatakan ,” acara tersebut alhamdulilah berjalan sukses,lancar dan warga pun begitu antusias untuk mengikuti dalam kegiatan keagamaan,” ucapnya.
Sementara, Tabligh Akbar dalam memperingati Isra & Mi’raj Nabi Muhammad SAW dilaksanakan di Lapangan terbuka Desa Sukaharja, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan penceramah KH.Cecep ghozali dan KH Ubaidillah ,Qori Ust Tajudin dan Ijudin ada juga qori internasional Ust Mumin Ainul Mubarok. Dan acara tablig akbar tersebut juga dihadiri oleh Kepala Desa Sukaharja Mahfud dan juga Rw 02 Dimyati .(Iw)
BOGOR – Hanya mendapatkan alat covid-19 test sebanyak 3.000 buah sementara jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 5,8 juta jiwa, maka Ketua DPRD Kabupaten Bogor pun menolak rencana Pemprov Jawa Barat yang akan melakukan tes massal virus corona menggunakan rapid corvid 19 test di Stadion Pakansari, Selasa atau Rabu pekan ini.
“Kami bukan tidak setuju kalau diadakan tes massal virus corona, namun karena alat rapid covid 19 test terbatas maka lebih baik 3.000 alat tersebut diserahkan ke rumah sakit yang memang sangat membutuhkan alat tersebut,” kata Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto kepada wartawan, Senin (23/3/2020).
Ia menerangkan karena ketiadaan rapid covid 19 test atau bahkan Viral Transport Medium (VTM) maka puluhan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) pun belum dilakukan test virus corona.
“Jangankan ratusan yang berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP), sejumlah PDP yang saat ini dirawat di RSUD Cibinong dan RS lainnya juga belum dilakukan test virus corona hingga mohon ini dipertimbangkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil,” terangnya.
Senada dengan Rudy Susmanto, Bupati Bogor Ade Yasin juga menolak atau berkeberatan apabila Pemprov jawa Barat keukeuh melakukan test massal corvid 19 di Stadion Pakansari.
“Bupati Ade Yasin kemarin sudah menyarankan rapid test covid 19 dilakukan di Rumah Sakit dan Puskesmas, untuk peserta test yang diutamakan yang PDP dan ODP sehingga tidak mengumpulkan banyak orang (tidak tersentralisasi),” singkat Rudy. (*/T Abd)
BEKASI – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengungkapkan bahwa Kota Bekasi masuk zona merah, dikarenakan cukup banyak yang terpapar virus corona atau covid-19.
Pihaknya terus melakukan upaya dan kebijakan agar warga tetap di rumah dan tidak ada lagi kegiatan yang mengundang kerumuman maupun aktivitas di luar rumah.
“Kita cari yang terbaik buat masyarakat. (Covid-19) ini tidak melihat pangkat dan golongan kesiapapun bisa kena, apa yang disampaikan pemda dapat dipahami dan ditaati bersama,” kata Rahmat kepada wartawan, Senin (23/3/2020).
Diketahui, angka warga Kota Bekasi yang terjangkit virus corona bertambah menjadi 15 orang dari sebelumnya 9 orang pada Minggu 22 Maret.
Data itu berdasarkan pembaharuan pada Minggu 22 Maret 2020 sekitar pukul 13.14 WIB pada laman corona.bekasikota, enam warga Kota Bekasi yang terpapar korona terdapat dari 5 kecamatan.
Di Kecamatan Pondok Gede pasien positif virus korona 2 orang, Kecamatan Rawalumbu, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, dan Bekasi Timur, masing-masing 1 orang. Sehingga penambahan 6 orang dari angka sebelumnya 9 orang menjadi 5 orang.
Sebanyak 15 pasien itu telah menjalani perawatan di rumah sakit rujukan. Sementara, orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 81 orang dengan rincian 56 masih dipantau dan 25 orang selesai dipantau.
Kemudian jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) adalah 59 orang dengan rincian 52 masih dirawat, 7 sudah pulang dan dinyatakan sehat.
ODP adalah istilah untuk pasien yang dipulangkan untuk dipantau kesehatannya selama 14 hari oleh Puskesmas di wilayah domisili.
Sedangkan PDP adalah pasien dirujuk ke RS rujukan covid-19 untuk mendapatkan perawatan dan pemeriksaan swab tenggorokan dan memastikan positif atau negatif covid-19.Bekasi masuk zona merah Covid-19 karena dari sejumlah kasus positif di Jawa Barat sebagai besar berada di Bekasi, termasuk 3 orang yang meninggal.
Dari data terakhir pada Minggu 22 Maret 2020 terdapat 21 pasien positif Corona atau Covid-19 baik di wilayah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
Rinciannya 15 positif di wilayah Kota Bekasi dan 6 positif di Kabupaten Bekasi. Sedangkan yang meninggal tiga orang semuanya di wilayah Kabupaten Bekasi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Minggu 22 Maret 2020 telah mengumpulkan pejabat Pemerintah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, di ruang media Stadion Patriot Candrabaga Kota Bekasi.
Pengumpulan para pejabat kedua daerah yang berdekatan dengan DKI Jakarta itu menyusul wilayah Bekasi masuk zona merah penyebaran virus corona atau covid-19.
Hadir dalam pertemuan itu Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, Sekda Kabupaten Bekasi Uju, maupun para Kepala Dinkes dan Kapolres serta Dandim di kedua daerah tersebut.
“Saya hadir di Kota Bekasi dengan urgensinya yang sangat mendesak. Kita tahu angka kasus Covid-19 di Jawa Barat alami lonjakan, terutama wilayah yang berdekatan dengan DKI Jakarta,” kata pria yang disapa Kang Emil itu.
Kang Emil menyenutkan bahwa kasus positif di Jawa Barat ada 55 orang, dari angka itu 41 diantaranya berada di wilayah Bogor, Depok dan Bekasi.
“Jadi mengindikasikan yang terbanyak mayoritas daerah-daerah yang berdekatan dengan Jakarta sebagai daerah epicentrum Covid-19,” kata Kang Emil.
Maka dari itu, Kang Emil meminta para pejabat daerah seperti Wali Kota Bekasi, Bupati Bekasi dan Wali Kota Depok untuk menerpakan kebijakan seperti di Jakarta.
Hal itu dikarenakan situasi wilayah Bodebek sama persis dengan DKI Jakarta yakni kotanya yang padat. Sehingga semua pemangku kepentingan bisa menyetop pekerja dari Bekasi.(*/Eln)
BOGOR – Bupati Bogor, Ade Yasin mengaku tidak rela jika Stadion Pakansari dijadikan lokasi tes massal Corona Virus Disease (Covid-19) bagi warga Kota/Kabupaten Bogor dan Kota Depok.
“Tidak menolak, tapi tidak rela jika Pakansari jadi lokasi tes. Soalnya akan banyak orang ngumpul di satu titik yang dikhawatirkan jadi penyebaran virus,” kata Ade, Senin (23/3/2020).
Dia mengungkapkan, Kabupaten Bogor mendapat jatah 1.000 unit alat rapid test yang akan dilakukan paling lambat Rabu (25/3), bergantung pada kesiapan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor.
“Alatnya kan belum sampai. Paling cepat tes dilakukan besok, paling lambat Rabu. Rencananya Kabupaten Bogor mendapatkan 1.000 alat,” ungkapnya.
Karena, skema pengetesan mutlak menjadi kewenangan daerah, maka Pemkab Bogor mengklasifikasi orang-orang yang akan dites, mulai Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan lingkar dalam pasien positif.
“Yang diutamakan itu Orang Dengan Risiko (ODR), seperti dokter, perawat yang merawat pasien dan keluarga ada yang dekat dengan pasien yang positif sebelumnya,” kata Ade.
Dengan cara itu, dia menilai tes akan lebih efektif dibanding orang-orang dari tiga daerah datang berbondong-bondong ke Stadion Pakansari untuk melakukan pengecekan.
“Alat untuk tes Corona terbatas PDP di RSUD Cibinong, RSUD Ciawi, RSUD Cileungsi, RSUD Leuwiluang dan RSPG Cisarua belum diperiksa karena alatnya nggak ada,” kata dia.
Perempuan berhijab ini memastikan memastikan, hingga Minggu (22/3/2020) pukul 20.00 WIB, jumlah ODP di Kabupaten Bogor sebanyak 199 orang. Dari jumlah itu, 90 selesai dipantau dan 190 masih dalam pemantauan.
Sementara PDP 54 orang, dengan 10 orang selesai pengawasan dan 36 masih dalam pengawasan. Untuk kasus positif Covid-19 terkonfirmasi 6 orang dengan satu di antaranya meninggal dunia.
“Positif terbaru laki-laki berusia 40 tahun warga Kabupaten Bogor,” kata Ade tanpa menjelaskan profesi dan status ODP atau PDP sebelumnya.(*/T Abd)
BOGOR – Sebanyak 22 jurnalis dari berbagai media cetak, online, televisi nasional maupun lokal yang sempat mewawancarai Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto sebelum dinyatakan positif virus Corona baik dengan cara konferensi pers maupun door stop interview mulai menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Sabtu (21/03/2020) siang.
Berdasarkan data diperoleh, puluhan jurnalis ini merupakan para pewarta yang biasa meliput wilayah Kota/Kabupaten Bogor. Bahkan, alasan mereka wajib menjalani pemeriksaan atau medical check up (MCU) karena semuanya memiliki riwayat kontak langsung dengan Bima Arya sepulang dari Azerbaijan dan Turki di kediaman pribadinya, Pendopo 6, Perumahan Baranangsiang Indah, Bogor Timur, Kota Bogor, pada Senin, 16 Maret 2020 petang.
“Akhirnya ada kabar juga diperiksa, soalnya sejak awal diumumkannya Wali Kota kena covid-19, jujur saya merasa tidak tenang. Mau pulang ke rumah, takut saya sudah positif terus tertular ke keluarga. Tinggal di kosan membosankan, karena sesuai instruksi Dinkes kita yang ODP harus menjalani protokol kesehatan di antaranya self isolated dan social distancing,” ungkap Solihin salah satu wartawan media onine nasional saat ditemui di Bogor, Sabtu (21/03/2020).
Jurnalis lainnya, Putra Ramadhan mengaku tak tenang dan sebelum mengetahui kondisi fisiknya betul terbebas virus Covid-19, sebab dijelaskan sesuai protokol kesehatan seseorang yang dalam sempat melakukan kontak secara langsung pasien positif itu disebut sebagai orang dalam pemantauan (ODP).
“Nah saya sempat mengikuti beberapakali kali kegiatan Wali Kota Bogor, baik sebelum berangkat kunjungan kerja ke Turki dan Azerbaijan. Saya juga sempat hadir mengikuti konferensi pers yang digelar Bima Arya dikediamannya,” ujarnya
Bahkan, Putra juga sempat khawatir dan mempertanyakan saat konferensi pers terkait hasil kunjungan kerjanya di dua negara selama sepekan yang dihadiri Bima Arya beserta rombongan pejabat Pemkot Bogor, alasan tak alat pelindung diri (APD) atau masker.
“Padahal dia (Walikota) sudah jelas sejak awal berangkat dari Bogor ke Turki dan Azerbaijan, Dinkes Kota Bogor menetapkan salah satu ODP Covid-19 itu adalah Wali Kota, tapi kenapa setibanya di Bandara Soetta dan rumahnya melepas masker,” ungkap Putra.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengaku seluruh elemen yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pimpinan Dareah (Forkopimda) menyepakati untuk menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) COVID-19 di Kota Bogor.
“Kami, jajaran Forkopimda bersama unsur pimpinan DPRD meningkatkan status KLB COVID-19 di Kota Bogor. Untuk itu, segala daya upaya dan langkah kebijakan yang kami ambil bersama-sama ini dalam rangka mencegah dan mengurangi penyebaran virus corona di Kota Bogor ini. Untuk itu kami meminta dukungan dari semua pihak agar bencana ini bisa tertangani dengan cepat,” ujar Dedie.
Pasca-penetapan status KLB COVID-19 Kota Bogor, Dedie menyampaikan, hingga kini terdata sebanyak 143 warga yang bersatus ODP. Dari jumlah tersebut, 21 orang di antaranya telah dinyatakan negatif, sementara 122 orang sisanya masih dalam pemantauan.
Selain ODP, Dedie juga menyampaikan data sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang tercatat oleh tim Satgas COVID-19 Pemkot Bogor berjumlah 9 orang berstatus PDP.
“Dari jumlah itu, satu orang diantaranya telah dinyatakan selesai, sementara 8 lainnya masih berstatus dalam pemantauan. Sedangkan jumlah yang positif terpapar Virus Corona di Kota Bogor saat ini berjumlah tiga orang,”tandasnya.(*/Iw)
BOGOR – Pemkot Bogor telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap wabah penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Kota Bogor, Jumat (20/3/2020).
Keputusan itu diambil menyusul adanya informasi 3 temuan kasus positif terpapar Corona. Salah satunya Wali Kota Bogor, Bima Arya.
Pasca ditetapkan status KLB ini, Pemkot Bogor telah membatasi berbagai kegiatan masyarakat di luar ruangan.
Hingga kini, pemerintah kian gencar sosialisasikan kepada para pelaku usaha tempat hiburan, rekreasi, wisata dan kuliner agar menyesuaikan kondisi saat ini.
Corona Kian Menggila di Indonesia, Tonton Kursi Bekas Jokowi Disemprot Anti-Virus
Sesuai instruksi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa masyarakat diimbau untuk melakukan kegiatan bekerja, belajar dan beribadah di rumah.
“Tujuannya, agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Langkah kebijakan yang kami ambil ini demi mencegah dan mengurangi penyebaran virus corona di Kota Bogor,” kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, Sabtu (21/3/2020).
“Oleh karena itu, kami meminta dukungan dari semua pihak agar bencana ini bisa tertangani dengan cepat,” ujarnya.
Dedie menyampaikan, hingga pada saat ini sudah ada beberapa hotel yang telah resmi meniadakan aktivitas kegiatan dan meliburkan seluruh karyawannya.
Menurutnya, dengan meliburkan aktivitas perhotelan itu merupakan sebuah contoh konkrit atas langkah kebijakan pemerintah yang membatasi pergerakan masa dikala kondisi darurat.
“Sudah ada beberapa Hotel yang tutup antara lain Hotel Aston Bogor, Hotel 101 dan Hotel Mirah,” jelasnya.
Dia berharap kegiatan bekerja dari rumah ini bisa diterapkan oleh semua pihak, termasuk pengusaha yang masih mempekerjakan karyawannya di kantor.
Hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi ataupun golongan, akan tetapi demi kebaikan bersama.
“Kita ambil hikmahnya, karena banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan masyarakat ketika di rumah. Kami imbau seluruh pengusaha agar tidak melihat kondisi ini seperti main-main yang bisa menyebabkan terjadinya kerugian bersama di masa kedepannya,”ungkapnya.(*/Iw)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro