SLEMAN – Ribuan massa yang merupakan santri dari berbagai pondok pesantren (ponpes) memadati kawasan Mapolda DIY, Selasa (29/10/2024). Para santri menggelar aksi mendesak polisi mengusut tuntas penganiayaan dan penusukan santri Ponpes al-Munawwir.
Ketua GP Ansor DIY, Abdul Muiz yang juga koordinator umum dalm aksi tersebut mengatakan, aksi ini merupakan bentuk keresahan para santri atas peredaran minuman keras (miras) di DIY. Pasalnya, santri yang menjadi korban penganiayaan dan penusukan merupakan korban salah sasaran dari pelaku yang berada di bawah pengaruh miras.
Baca Juga
Nekat Larang UNRWA, Israel Bakal Didepak dari PBB? Ketua DPRD DKI Jakarta Hadiri Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 Budi Said Catut Identitas Guru Ngaji dalam Pencucian Uang Transaksi Emas Antam
Muiz menyebut, peredaran miras ini memicu berbagai tindak kriminal. Termasuk penusukan santri Krapyak yang terjadi di Jalan Parangtritis, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, DIY, Rabu (23/10/2024) pekan lalu tersebut.
“Tidak ada tempat bagi kekerasan di masyarakat dan kami tidak akan tinggal diam hingga semua pelaku menerima hukuman yang setimpal,” kata Muiz saat menyampaikan orasinya dalam aksi yang digelar di Mapolda DIY, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (29/10/2024).
Muiz juga menyampaikan sejumlah poin pernyataan sikap terkait peredaran miras, dan pengusutan tuntas penusukan santri Krapyak. Pihaknya meminta polisi untuk menangkap dan mengadili pelaku penganiayaan santri.
Selain itu, polisi juga diminta menjaminan keamanan lingkungan bagi masyarakat, hingga evaluasi peraturan daerah tentang miras.
“Kami tegaskan, jangan sampai hilangnya kepercayaan pada aparatur negara memaksa kami untuk bertindak sendiri di luar koridor hukum,” ungkap Muiz dalam orasinya.(*/To)
BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan isu akan adanya gempa susulan yang lebih besar di Kabupaten Bandung dengan rentang waktu dua jam sejak guncangan 5.0 magnitudo adalah suatu kebohongan atau hoaks.
Pasalnya, kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu, hingga saat ini gempa belum bisa diprediksi kapan terjadinya.
“(Jadi ini) hoaks,” kata Teguh dalam pesan singkatnya di Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024).
Terkait beredarnya isu berupa pesan berantai bahwa akan ada gempa lebih besar dalam dua jam sejak gempa 5.0 magnitudo pada pukul 09.41 WIB hingga membuat resah warga, BMKG mengimbau warga tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,” ujar Teguh.
Selain itu masyarakat juga diimbau agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. “Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” ujarnya.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 5.0 magnitudo yang terjadi pukul 09.41 WIB wilayah Kabupaten Bandung, berdasarkan hasil analisis BMKG, menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M4,9. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,23° Lintang Selatan (LS); 107,65° Bujur Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di darat 25 km tenggara Kabupaten Bandung pada kedalaman 10 km.
Berdasarkan laporan BPBD Jabar, getaran gempa terasa mulai dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, hingga Kabupaten Garut. Gempa yang terasa beberapa detik saja itu, membuat warga di kawasan Bandung Raya sempat panik.
“Gempa dirasakan kuat selama 3-5 detik. Masyarakat panik dan sempat keluar rumah. Kami imbau tenang dan cari tempat aman,” ucapnya.
Adapun lokasi gempa terjadi di Desa Tarumajaya, Cihawuk, Cibereum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Dari data sementara, gempa ini berdampak terjadinya kerusakan satu unit fasilitas kesehatan di Desa Cihawuk, satu unit fasilitas kesehatan Desa Cibereum, Kantor Polsek di Desa Cibereum dan satu kantor KUA Desa Cibereum.(*/He)
KOTA BATU – Pabrik minuman keras (miras) ilegal di Kota Batu digerebek polisi. Total ada ratusan botol miras berbagai ukuran, dengan total puluhan liter yang diamankan, pada Jumat (2/8/2024) dari rumah di Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Kapolres Batu AKBP Andi Yudha Pranata mengungkapkan, pihaknya menerima informasi dari penyelidikan kepolisian mengenai adanya aktivitas produksi miras dengan kadar alkohol mencapai 27%. Menariknya pabrik miras ini sudah beroperasi sejak tahun 2017, dan dikendalikan seorang perempuan yang juga pernah menjabat salah satu ketua partai politik di Kota Batu.
“Pada Jumat, 2 Agustus 2024, sekitar pukul 14.30 WIB, petugas kami berhasil menggerebek rumah yang dijadikan tempat produksi ilegal ini. Pemilik home industri tersebut, saudari Prima Agrinda, telah menjalankan usaha ini selama hampir tujuh tahun tanpa memiliki izin resmi,” kata Andi Yudha Pranata, saat rilis di Mapolres Batu, Selasa (20/8/2024).
Saat dilakukan penggerebekan di sebuah rumah semi toko, di kawasan Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, terdapat beberapa bahan bukti dari pembuatan miras, mulai dari sari buah, ragi sakaromises, air gula, termasuk alat produksi berupa mesin penyulingan, mesin destinasi bertingkat, mesin pengering, ada galon plastik, untuk media campur, gelas ukur, hingga alkoholmeter, untuk mengukur kadar alkohol.
“Kami juga temuan ada kurang lebih 255 jenis minuman, dengan rincian, 145 botol ukuran 4,5 liter, kemudian 50 botol ukuran 750 liter, dan 60 galon ukuran 18 liter,” terangnya.
Andi tak menutup kemungkinan bila barang bukti itu lebih banyak lagi, karena sudah terjual. Sebab produksi pabrik miras ini sudah dari tahun 2017, dengan waktu produksi miras biasanya memerlukan hingga satu dua bulan.
“(Barang bukti) Bisa lebih banyak lagi, karena aktivitas ini sudah berjalan sejak tahun 2017, naik surut, naik surut, proses pembuatan ini, karena ini adalah minuman berfermentasi, maka proses pembuatan cukup memakan waktu. Jadi baru bisa dijual 1 – 2 bulan,” paparnya.
Pihaknya masih menelusuri omzet dari penjualan miras yang dikelola oleh salah satu mantan petinggi partai politik di Kota Batu, termasuk kaitannya dari mana saja memperoleh bahan-bahan produksi miras.
“Belum ada tersangka – tersangka lain. Nanti kita hitung lagi (omzet), (termasuk) kalau kerugian negara pajak yang merugikan negara, masih bisa dikembangkan lagi, kita akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang lain,” tandasnya.(*/Gi)
KARAWANG – Polres Karawang menangkap dua pelaku pengeroyokan dan persekusi terhadap kiai Nahdlatul Ulama dan anggota Banser di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kedua pria berinisial F dan S telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kedua pelaku ditangkap setelah ada desakan dari para Banser NU yang sempat menggeruduk Mapolres Karawang beberapa hari lalu.
Berikut fakta-faktanya :
Pelaku lain sedang diburu
Pelaku ternyata bukan dua orang. Polisi masih memburu pelaku lainnya yang kabur usai melakukan persekusi dan penganiayaan terhadap kiai dan anggota Banser Karawang.
“Dua orang tersangka yaitu F dan S sudah kami tangkap beserta sejumlah barang bukti. Pelaku bisa bertambah dan saat ini masih kami dalami,” kata Kapolres Karawang, Edwar Zulkarnain saat jumpa pers di Mapolres Karawang, Jumat 16 Agustus 2024.
Motif masih didalami
Menurut Edwar, penyidik belum bisa menjelaskan motif pelaku melakukan persekusi terhadap kiai dan juga menganiaya anggota Banser Karawang. Alasannya karena polisi masih melakukan pengembangan atas kasus tersebut.
“Terkait motif pelaku masih kami kembangkan dan belum bisa kami sampaikan sekarang. Namun jika sudah selesai kami tangani pasti akan kami sampaikan motifnya,” katanya.
Kronologi
Edwar mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan peristiwa tersebut bermula ketika rombongan pengurus NU dari Kabupaten Bekasi akan menghadiri undangan pengajian di Ponpes Al Baghdadi Rengasdengklok Karawang pukul 21.15 WIB.
Namun sesampai di Karawang tepatnya di Desa Rengasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok, rombongan dihadang oleh rombongan motor yang jumlahnya puluhan orang.
Rombongan pengurus NU Kabupaten Bekasi yang kebanyakan para kiai ini dihadang massa tidak dikenal dan menanyakan nama salah seorang kiai. Namun dalam mobil kiai itu tidak ada nama kiai yang dicari.
“Karena nama yang dicari tidak ada kemudian terjadi kekerasan mobil yang ditumpangi rombongan dari Bekasi. Dua orang.penumpang mengalami kekerasan dan penganiayaan. Mobil yang digunakan juga mengalami kerusakan,”pungkasnya.
Terancam 5 tahun penjara
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti seperti satu unit motor, satu baju loreng, sepasang sepatu dan satu unit handphone. Pelaku dijerat dengan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun 6 bulan.(OKZONE)
LUMAJANG – Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tercatat mengalami erupsi terus-menerus pada Kamis (8/8/2024). Namun visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut.
Berdasarkan catatan petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, erupsi gunung yang berada di perbatasan antara Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, itu terjadi sebanyak delapan kali. Hal itu terpantau sejak sejak pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB.
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Kamis 8 Agustus 2024 pukul 06.29 WIB. Visual letusan tidak teramati. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (8/8/2024).
Erupsi kedua terjadi pada pukul 07.09 WIB. Kemudian disusul erupsi ketiga pukul 07.15 WIB, dan selanjutnya pukul 8.13 WIB, dan pukul 08.21 WIB. Visual erupsi tersebut tidak teramati karena tertutup kabut.
Kemudian Gunung Semeru kembali erupsi pada pukul 08.32 WIB, selanjutnya pukul 09.27 WIB, dan pukul 11.47WIB, namun lagi-lagi visual erupsi tidak teramati karena tertutup kabut.
Liswanto mengatakan, status Gunung Semeru masih pada Level II atau Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak atau pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, lanjutnya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu, kata Liswanto, perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Selain itu, juga potensi lahar di sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.(*/Gi)
SEMARANG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang mengimbau sejumlah wilayah di Jawa Tengah untuk mewaspadai terjadinya kekeringan, terutama pada puncak musim kemarau. Prakirawan BMKG Ahmad Yani Noor Jannah Indriyani, menjelaskan saat ini sudah musim kemarau, dan puncak kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada Agustus-September 2024.
“Untuk wilayah-wilayah yang memang langganan kekeringan ini untuk harap diwaspadai juga karena ini masuk ke puncak musim kemarau,” kata dia pada Senin (15/7/2024).
Daerah-daerah yang harus waspada kekeringan, terutama di wilayah Pantai Selatan Jateng, seperti Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya, kemudian pesisir utara, seperti Kabupaten Rembang. “Wilayah-wilayah di pesisir selatan, seperti Wonogiri, kemudian di pesisir utara juga, seperti Rembang itu harap bersiap-siap untuk kekeringan,” ujarnya.
Menurut dia, potensi wilayah yang mengalami kekeringan pada musim kemarau pada tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya sehingga diharapkan pemerintah daerah setempat sudah dilakukan langkah-langkah antisipasi. “Bagi wilayah-wilayah yang memang langganan kekeringan di musim kemarau ini, imbauannya seperti tahun-tahun sebelumnya, mungkin untuk suplai air bersih berkoordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah),” katanya.
Artinya, kata dia, pemerintah daerah yang wilayahnya langganan mengalami kekeringan harus meningkatkan koordinasi untuk suplai air bersih, sebab tidak mungkin mengandalkan turunnya hujan. Meski saat musim kemarau ini juga masih beberapa kali turun hujan, Noor mengatakan bahwa hujan yang terjadi sifatnya lokal dan biasanya terjadi di daerah dengan topografi tinggi, seperti pegunungan.
Beberapa daerah di Jateng juga sudah bersiap menghadapi kemarau, seperti di Kabupaten Pati yang telah menyiapkan anggaran kebencanaan sebesar Rp 500 juta untuk mengantisipasi kekeringan.
Sejauh ini, sudah ada satu desa di Pati, yakni Desa Tambahagung, Kecamatan Tambakromo yang mengajukan bantuan distribusi air bersih karena mengalami kekeringan. Pengalaman tahun lalu, desa yang terdampak kekeringan mencapai 94 desa yang tersebar di 10 kecamatan, termasuk di Desa Donorejo, Kecamatan Tayu yang masih memiliki vegetasi cukup banyak.(*/D Tom)
BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mencatat suhu dingin di wilayah Bandung Raya mencapai 16 derajat Celsius pada Minggu (14/7/2024) dini hari. Fenomena suhu dingin merupakan kondisi umum saat puncak kemarau periode Juli hingga Agustus.
“Suhu udara dingin belakangan ini fenomena alamiah yang umum terjadi ketika masa puncak kemarau pada Juli-Agustus,” ucap Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu, Mingu(14/7/2024).
Ia mengatakan BMKG Bandung mencatat kondisi suhu dingin di Bandung raya mulai dari awal bulan Juli hingga pertengahan Juli saat ini. Pada tanggal 1 Juli suhu dingin mencapai 20,6 derajat Celsius, tanggal 2 Juli 20,2 derajat Celsius, 3 Juli 20,6 derajat Celsius, 4 Juli 21 derajat Celsius.
Pada 5 Juli 20,6 derajat Celsius, 6 Juli 20,8 derajat Celsius, 7 Juli 20,3 derajat Celsius, 8 Juli 20,6 derajat Celsius. Pada 9 Juli 20,0 derajat Celsius, 10 Juli 20,8 derajat Celsius, 11 Juli 19,6 derajat Celsius, 12 Juli 18,0 derajat Celsius, 13 Juli 17,2 derajat Celsius, dan 14 Juli 16,6 derajat Celsius.
“Suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan pada hari ini yaitu mencapai 16,6 derajat Celsius,” kata dia.
Ia melanjutkan nilai suhu minimum normal rata rata pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus nilainya 17,5 derajat Celsius. Suhu dingin ekstrem cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau yaitu pada malam, dini, serta pagi hari.
Teguh mengatakan saat musim kemarau pada siang hari terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya, permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal.
“Di malam hari bumi akan melepaskan energi. Karena tidak ada awan, maka pada malam hari hingga dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan,” kata dia.
Ia menyebut kondisi tersebut yang menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari.
Selain itu, adanya musim dingin di wilayah Australia. Ia mengatakan terdapat pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia.
“Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2024,” kata dia.
Pihaknya mengimbau masyarakat tidak panik dengan kondisi dingin yang terjadi saat ini. Sebab, suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah suatu fenomena yang wajar terjadi terutama untuk wilayah Indonesia.
“Masyarakat diimbau agar menjaga kesehatan, mengurangi aktivitas di luar ruangan terutama pada waktu malam hingga dini hari,” jelasnya.(*/He)
JAKARTA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meningkatkan status Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur menjadi Level II (Waspada). Sebelumnya status Ijen masih di Level I atau masuk kategori normal.
Perubahan ini berdampak ke aktivitas penduduk. Masyarakat diminta mewaspadai potensi ancaman aliran gas vulkanis yang berbahaya. Secara khusus bagi mereka yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait.
“Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan 12 Juli 2024, tingkat aktivitas G. Ijen dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak 12 Juli 2024 pukul 22.00 WIB,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, di Bandung malam Jumat (12/7/2024), dalam keterangan resmi di website Kementerian ESDM, dikutip pada Minggu (14/7/2024).
Ia menejelaskan, potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanis di Gunung Ijen pada saat ini adalah adalah gas-gas vulkanis konsentrasi tinggi di sekitar kawah. Itu berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanis dari dalam kawah ke permukaan dan erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah.
“Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan,” ujar Wahid.
Peningkatan aktivitas di Kawah Ijen, lanjut dia, seringkali ditandai oleh perubahan warna air danau kawah dari hijau menjadi hijau keputih-putihanan. Hal ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar danau ke permukaan oleh adanya tekanan gas yang kuat dari dasar danau. Wahid menerangkan, suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan/konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.
Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul. Wafid mengungkapkan beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian “outburst gas” atau letusan/semburan gas dari danau kawah Ijen. Gas yang menyembur tersebut terutama adalah karbon dioksida (CO2).
“Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara, sehingga CO2 yang keluar akibat letusan/semburan ini, cenderung dapat mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan/semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018,” tutur Kepala Badan Geologi ini.
Wafid meminta masyarakat disekitar Gunung Ijen agar tidak mendekati bibir kawah maupun turun dan mendekati dasar kawah. Himbauan ini juga berlaku bagi pengunjung secara umum, wisatawan, juga penambang. Sementara tidak boleh ada yang menginap di Kawah Ijen dalam radius 1,5 kilometer.
“Masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang aliran Sungai Banyu Pait agar selalu waspada terhadap potensi ancaman aliran gas vulkanis yang berbahaya dan tetap memperhatikan perkembangan aktivitas G. Ijen, dan jika tercium bau gas yang menyengat diimbau agar menggunakan masker penutup alat pernapasan. Untuk jangka pendek/darurat dapat menggunakan kain basah sebagai penutup alat pernapasan (hidung/mulut),” ujarnya, mengarahkan.
Semua stakeholder bergerak. Dimulai dari Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten, dan BKSDA diminta agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Ijen. Gunung ini terletak di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi juga harus intensi dilakukan.
“Seluruh masyarakat maupun pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi G. Ijen melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui website https://magma.esdm.go.id, https://vsi.esdm.go.id dan website Badan Geologi https://geologi.esdm.go.id serta media sosial PVMBG (Facebook, Instagram dan Twitter pvmbg_),” tutur Wahid.
Kepala Bagian Humas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Titan Roskusumah menyebutkan peningkatan status ini karena ada peningkatan aktivitas Gunung Ijen. Sama seperti yang sudah dijelaskan Kepada Badan Geologi di atas. “Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung-gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul,” ujar Titan.
Sampai ada informasi yang menyatakan semua kembali aman, pengunjung diminta untuk menahan diri. Sementara, pemantauan dan mitigasi masih dilakukan.(*/Gi)
LUMAJANG – Seorang pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berinisial ME dilaporkan ke polisi karena menikahi secara siri santriwatinya inisial P yang masih 16 tahun. Pernikahan itu diduga dilakukan secara “diam-diam” tanpa sepengatuan orangtua si santriwati.
Korban beserta orangtua didampingi Lembaga Perlindungan Anak mendatangi Polres Lumajang untuk menindak lanjuti laporan terkait perkawinan paksa yang diduga dilakukan pemngasuh pondok pesantren di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang itu.
Kasus pengasuh ponpes menikahi anak di bawah umur itu terungkap setelah P diketahui hamil pada 23 Juni 2024.
Ternyata P sudah dinikahi oleh pelaku sejak 15 Agustus 2023. Awalmnya ME mengenal korban dalam majelis pengajuan rutin, lalu mendapati nomor kontak korban dan merayunya agar mau dinikahi.
Pelaku akhirnya menikahi korban secara siri dengan mahar senilai Rp300 ribu, tanpa sepengatuan orangtua korban selaku wali pernikahan.
Setelah dinikahi, korban diduga langsung digauli layaknya hubungan suami-istri oleh pelaku.
Daniel Efendi, pendamping korban mengungkapkan bahwa dari pengakuan korban, setelah dinikah siri, korban tidak tinggal serumah dengan pelaku. Korban hanya dipanggil dan dijemput saat pelaku ingin menyalurkan nafsu syahwatnya.
Setelah beberapa bulan pernikahan berlangsung, korban hamil. Kehamilan korban jadi perbincangan orang-orang kampung. Usut punya usut ternyata korban sudah dinikahi secara diam-diam oleh ME.
Orangtua korban tak terima, akhirnya melaporkan ME ke polisi.
“Saya tidak tahu kalau anak saya dinikahi. (Tahunya) ramai di kampung, anak saya hamil,” ujar Mat Rohim, orangtua korban.
Sejumlah wartawan di Lumajang mencoba menghubungi lewat telepon terlapor MA, oknum pengurus pondok pesantren tersebut.
Namun, terlapor menolak memberi keterangan dengan alasan jika masalah ini sudah dilimpahkan kepada kuasa hukumnya untuk memberi keterangan.(*/Gi)
GARUT – Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat menyebutkan lahan pertanian di Kabupaten Garut mulai mengalami kekeringan sehingga petani secara swadaya melakukan pompanisasi untuk mengatasinya agar tanaman tetap tumbuh.
“Sampai saat ini masih penanganan di lapangan, masih penanganan swadaya oleh para petani khusus untuk tanaman padi dengan cara gilir giring dan pompanisasi,” kata Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut dari BPTPH Jawa Barat, Ahmad Firdaus di Garut, Kamis.
Ia menuturkan kondisi cuaca di Garut saat ini sudah memasuki musim kemarau, meski begitu untuk kemarau tahun ini masih ada turun hujan dengan intensitas rendah, sehingga petani masih bisa mengharapkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian.
Namun dampak kemarau tahun ini, kata dia, tercatat sampai 15 Juni 2024 kondisi lahan yang dilanda kekeringan untuk padi seluas 73 hektare dengan kondisi kekeringan ringan seluas 66 hektare, sedang 2 hektare dan berat 5 hektare.
Selanjutnya lahan komoditas jagung tercatat kekeringan sedang seluas 7 hektare, kemudian tanaman bawang merah kekeringan sedang seluas 87 hektare tersebar di Kecamatan Mekarmukti, Peundeuy, Garut Kota, Pangatikan, Sukawening, Banyuresmi, Cibatu, Blubur Limbangan, Selaawi, Sucinaraja, Bayongbong dan Sucinaraja.
“Yang sudah penanganan secara swadaya di lapangan melalui pompanisasi dan gilir giring seluas 68 hektare,” katanya.
Ia menyampaikan untuk mengatasi kekeringan lahan pertanian tahun 2024 itu Kementerian Pertanian maupun Dinas Pertanian di daerah sudah mengalokasikan untuk kegiatan pompanisasi dan irigasi perpompaan agar lahan tetap menghasilkan saat kemarau.
Kondisi saat ini, kata dia, pompanisasi baru dilakukan di lahan padi karena akses untuk mendapatkan air irigasi lebih mudah, sedangkan untuk lahan tanaman jagung dan bawang merah lokasinya di lahan darat sulit mendapatkan sumber air yang dapat dimanfaatkan.
Jika tidak terpenuhi kebutuhan airnya, lanjut dia, kemungkinan tanaman jagung dan bawang merah terancam gagal panen, namun petani masih berharap dengan kondisi cuaca saat ini ada turun hujan agar tanamannya masih bisa diselamatkan.
“Kondisi iklim saat ini masih ada harapan terselamatkan karena informasi dari BMKG musim kemarau sekarang kondisinya La Nina kemarau basah, bukan El Nino kemarau kering seperti tahun 2023, masih dimungkinkan sepanjang musim kemarau ada turun hujan,” katanya.
Ia menyampaikan dengan kondisi saat ini kemungkinan dampak kemarau terhadap areal pertanian tidak akan terlalu besar, angka lahan kekeringan saat ini jika dipersentasekan hanya 0,22 persen dari luas pertanaman padi per akhir 31 Mei 2024 sekitar 32.325 hektare sedangkan luas kekeringan 73 hekatre.
Meski begitu, kata dia, petani juga harus mewaspadai dengan risiko dari adanya ancaman serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama yang menyerang tanaman karena kondisi cuaca saat ini biasanya menyebabkan kelembaban pada lingkungan maupun tanaman meningkat, sehingga mempercepat perkembangan cendawan maupun bakteri penyebab penyakit pada tanaman.
“Mungkin untuk musim kemarau sekarang dampak terhadap kekeringan tidak akan seluas tahun sebelumnya, karena kondisi iklimnya La Nina, namun yang perlu diantisipasi oleh petani pada saat memasuki La Nina adalah kewaspadaan terhadap serangan OPT atau petani biasa menyebutnya hama dan penyakit,” katanya.(*/Dang)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro