INDRAMAYU – Festival Tjimanoek dilaksanakan setiap tahun memeriahkan Hari Jadi Indramayu. Tapi pada festival tahun ini penampilannya agak berbeda dari tahun sebelumnya.
“Lebih semarak dan lebih menarik,” ujar Ny. Entin, 58 kelahiran Indramayu yang kini tinggal di Kota Tangerang, Provinsi Banten dijumpai wartawan ,(13/10/2019).
Ia mengaku setahun dua kali mudik ke Indramayu, yaitu pada Idul Fitri dan Hari Jadi Indramayu. Khusus kepulangan ke Indramayu kali ini sebenarnya secara khusus ingin menyaksikan kegiatan Festival Tjimaneok.
Khususnya acara karnaval atau arak-arakan yang ternyata lebih meriah dan lebih memberikan pendidikan kepada masyarakat.
“Pendidikan dalam arti masyarakat diberi pengetahuan tentang sejarah berdirinya Kabupaten Indramayu yang lebih detail melalui event sendratari agar masyarakat Kabupaten Indramayu lebih mencintai budaya lokal,” ujarnya.
Pada acara karnaval itu katanya ada beberapa kisah legenda di masyarakat seperti kisah Pangeran Selawe, Sejarah Nyi Endang Dharma, Ratu Mangga, Raja Mangga, Tari Topeng, Berokan, Ngarot dan sebagainya yang dirangkum dalam satu acara karnaval. Materi yang ditampilkan pada karnaval yang diselenggarakan siang hari cukup terik itu mudah dicerna masyarakat.
Bupati Indramayu menyaksikan kegiatan itu bersama sejumlah Duta Besar negara sahabat. Dari atas panggung di depan Pasar Mambo Indramayu mengemukakan, melalui Festival Tjimanoek pada Hari Jadi ke-492 Indramayu ingin mengenalkan budaya sekaligus mengingatkan kembali sejarah-sejarah berdirinya Kabupaten Indramayu.
Kata bupati, cukup banyak legenda sejarah yang berkembang di kecamatan-kecamatan yang pada hari ini ditampilkan dalam bentuk sendratari untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Melalui pertunjukkan tari itu masyarakat mendapat gambaran tentang historis legenda para leluhur yang selama ini ditokohkan masyarakat setempat.
Dengan sendratari pula dapat dipahami sejarah berdirinya Kabupaten Indramayu. “Festival Tjimanoek diharapkan bukan hanya sebagai ajang hiburan masyarakat, tetapi juga ajang edukasi untuk lebih mencintai kearifan budaya lokal. Di sisi lain Pemda Indramyu pun berkomitmen melestarikan budaya lokal agar tak tergerus budaya asing,” pungkasnya. (*/Asp)
LAMPUNG – Untuk mencegah hal yang tak diinginkan dan menjaga kondusifitas warga terpaksa pihak kepolisian menghentikan hiburan yang diadakan warga .
Dan juga mencegah keributan saat orgen tunggal yang digelar hingga larut malam, Kapolsek Baradatu Way Kanan mengambil tindakan tegas.
Ia menghentikan orgen tunggal yang digelar hingga larut malam.
Kapolsek bahkan bersitegang dengan sejumlah warga di Kabupaten Way Kanan. Kapolsek bersikukuh menghentikan hiburan itu karena sudah pukul 23:00 sedang sebelumnya ia telah memberi kelonggaran 4 jam karena keramaian itu hanya diizinkan sampai pukul 18:00.
Warga minta Kapolsek tak pilih kasih karena di tempat lain juga banyak yang menggelar organ tunggal hingga larut malam. “Ini bukan pesta aneh dengan narkoba atau lainnya. Ini kan untuk keluarga,” kata satu warga.
Kapolsek Baradatu Kompol Syahrial Efendi menegaskan, sesuai Peraturan Bupati, orgen hanya boleh hingga pukul 18.00. Selain itu, ia juga mengatakan acara tersebut tak ada izin resmi dari kepolisian.
“Itupun sudah kami beri kelonggaran tapi mereka masih molor sampai pukul 23:00. Jadi ya haus dibubarkan,”tuntasnya. (*/Kri)
INDRAMAYU – Upaya penanganan tanggul amblas di Blok Rengas Payung, Desa dan Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terus dikebut jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinas PUPR) Kabupaten Indramayu.
Pekerjaan itu dilakukan sebagai antisipasi. Mengingat sebentar lagi waktunya akan memasuki musim penghujan. Pada saat musim penghujan, debit air Sugai Cimanuk bisa naik dan mengancam tanggul Sungai Cimanuk yang amblas,” ujelas Kafidun, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air (Kabid PSDA) Dinas PUPR Indramayu.
Dijumpai wartawan di Indramayu,(12/10/2019) Kafidun mengemukakan, penanggulangan tanggul Sungai Cimanuk yang amblas di Blok Rengas Payung terus dikebut lantaran tak lama lagi di Kabupaten Indramayu akan memasuki musim penghujan. “Selagi masih musim kemarau kita kebut pekerjaan penanggulangan tanggul Sungai Cimanuk di Blok Rengas Payung yang amblas ini. Dan alhamdulillah sudah selesai,” katanya.
Material yang digunakan mengatasi tanggul Sungai Cimanuk yang amblas itu dilakukan secara emergency atau darurat menggunakan urugan tanah merah di atas tanggul yang ablas sepanjang 125 meter, lebar bawah 6 meter, lebar atas 3 meter dan tinggi 275 cm.
Dikatakan, perbaikan tanggul Sungai Cimanuk sebenarnya bukan merupakan kewenangan Dinas PUPR Kabupaten Indramayu, namun merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk.
Tapi mengingat dampak akibat adanya tanggul amblas itu mengancam warga Kabupaten Indramayu, maka Dinas PUPR Kabupaten Indramayu berinisiatif melakukan penanganan darurat terhadap kondisi tanggul Sungai Cimanuk yang amblas.
“Ya kita lakukan antisipasi sejak dini. Sebab di sekitar tanggul itu ada 7 rumah warga terdampak tanggul amblas dihuni warga Kabupaten Indramayu. Perbaikan tanggul Sungai Cimanuk itu sebenarnya merupakan kewenangan BBWS Cimanuk,” kata Kafidun. (*/As)
CIANJUR – Ribuan orang di Kampung Nagrak, Desa Wangunsari, Kecamatan Naringgul tidak benar-benar bisa menikmati aliran listrik. Hal itu dikarenakan, masyarakat selama ini hanya mengandalkan listrik yang dihasilkan turbin air Sungai Cidaun yang bahkan saat ini debitnya terus menyusut.
”Warga memang belum tersentuh listrik dari PLN sejak puluhan tahun lalu. Dulu ada listrik tapi tidak permanen, soalnya pakai aki dan genset. Sampai akhirnya sekarang pakai turbin,” ujar salah seorang warga, Jajang Sugiarto (40),( 11 /10 /2019).
Ia mengatakan, hal itu bisa jadi dikarenakan kampung penghasil gula aren dan kerajinan seperti sapu itu lokasinya sangat jauh. Menurut dia, lokasi yang berada di perbukitan Gunung Gayem membuat jaringan listrik PLN sulit masuk.
Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat untuk bisa segera memberikan bantuan. Setidaknya dengan memberikan pasokan listrik PLN, sebagai bentuk realisasi adanya pemerataan listrik yang dianggap layak didapatkan masyarakat. “Ini sudah tahun 2019, era digital juga. Aneh saja kalau aliran listrik PLN belum sampai ke sini. Hingga saat ini masyarakat sangat membutuhkan listrik untuk bisa terus beraktivitas. Jadi, program Jabar Terang itu sebetulnya belum dinikmati semua orang,” ucapnya.
Diharapkan, majunya kondisi infrastruktur wilayah tersebut dalam menopang roda perekonomian dapat dibarengi dengan ketersediaan listrik yang memadai.
Sementara itu Kepala Desa Sapaat Suanda menyebutkan, sejak dulu Kampung Nagrak memang belum mendapat pasokan listrik dari PLN. Maka dari itu, warga berinisiatif membangun turbin air untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Warga bangun turbin secara swadaya. Sekarang sudah kurang berfungsi maksimal karena sedang kemarau,” ujar dia.
Sapaat berharap agar pemerintah maupun PLN bisa ikut memikirkan agar kampung tersebut bisa mendapat pasokan listrik. Sejauh ini jaringannya sudah ada di Kampung Ciparay yang notabene cukup berdekatan. Jaraknya hanya sekitar 7 kilometer dari Kampung Ciparay ke Kampung Nagrak.
Menurut Sapaat, kondisi itu menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan pemerintah. Pasalnya, ketiadaan listrik PLN sedikit banyak membuat warga di kampung yang teletak di selatan Cianjur itu tertinggal baik dari aspek informasi dan lainnya.
”Pemerintah desa sendiri sudah berupaya semaksimal mungkin mengajukan permohonan terkait listrik baik melalui pengajuan proposal ke kabupaten, provinsi, pusat, bahkan ke pihak PLN. Tapi, sampai sekarang belum juga ada tanggapan,” kata dia.
Petugas PLN kabarnya sempat datang ke lokasi, hanya saja tidak ada kelanjutan kabar yang diperoleh dari kedatangan tersebut. Padahal, jika diteruskan mungkin jaringan lanjutan dapat diperoleh dari kampung sebelah yang jaraknya tidak begitu jauh.
Besar harapan, pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap kebutuhan masyarakat. Apalagi, listrik sedikit banyak dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mayoritas menjadi pengrajin.(*/Yan)
BANDUNG – Pemprov Jabar menyebut angka keinginan bunuh diri di Jabar untuk usia produktif mencapai 33 persen. Angka tersebut dinilai cukup memprihatinkan.
“Sekarang yang serius (bunuh diri) usia tertentu 33 persen. Penelitiannya yang bikin dokter Tedy Hidayat, jadi nanti disampaikan beliau (detailnya) dalam waktu dekat. Yang jelas usia produktif,” kata Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan Siska Gerfianti di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (10/10/19).
Soal kategori usai produktif, Siska belum dapat menyampaikan rinci. Namun saat ditanya apakah mahasiswa termasuk usia produktif, Siska mengiyakan.
Ia menuturkan pemicu keinginan bunuh diri khususnya di kalangan mahasiswa biasanya diakibatkan depresi. Namun, faktornya sangat beragam.
“Misalnya ada beberapa (mahasiswa) dari luar kota, sekolah ke Bandung ngekos nggak ada keluarga, pada saat ada kesulitan (depresi) tingkat kerentanan tinggi,” ujar Siska.
Menurut Siska, kondisi begitu juga diperburuk dengan stigma buruk terhadap orang-orang depresi yang ingin berkonsultasi ke psikiater. Mereka khawatir diolok-olok karena berkonsultasi masalah kejiwaan.
“Sebetulnya cari psikiater mudah, tapi stigmanya jeleknya itu disebut gila dan lainnya. Orang itu sekarang bingung mau ke mana, mau ke dokter jiwa takut di-bully, masalah biaya juga dan lainnya,” ucap Siska.
Pemprov Jabar akan melakukan pencegahan berkaitan meningkatnya angka keinginan bunuh diri ini dengan memberikan sosialisasi ke pelajar SMA dan mahasiswa. Terutama memberikan pemahaman mengenai cara menangani orang yang mengalami depresi.
“Kita bergeser kampanye kreatifnya ke arah yang lebih muda. Ke anak SMA kita latih mereka jadi agen khusus kesehatan jiwa. Kita juga akan buat hotline khusus nanti untuk yang mengalami depresi bisa curhat ke kita,” ujar Siska.
Direktur RSJ Jabar Elly Marliyani mengatakan berdasarkan penelitian WHO, setiap 40 detik sekali ada orang yang ingin bunuh diri. Meski begitu, pihaknya belum mengetahui secara pasti berapa jumlah di Indonesia.
“Nah di Indonesia saya tidak dapat angka. Tampaknya satu hari satu orang, Jabar juga. Tiap tahun datanya meningkat,” ujar Elly.(*/And)
SEMARANG – Kekeringan melanda berbagai wilayah di Jateng semakin parah. Lebih dari 2 juta jiwa masyarakat dari ribuan desa terancam krisis air bersih.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng serius menyelesaikan permasalahan kekeringan di Jateng.
“Rata-rata sumur kering, sumber air kering, apalagi di kawasan yang belum terjangkau, kita harus kerja keras. Kita harus mencari solusi untuk menemukan atau membuat sumber air permanen. Karena kekeringan ini selalu berulang tiap tahun bahkan trend-nya naik,” kata Hadi,(9/10/2019).
Ia menyebut, hingga akhir September 2019 ada 1.259 desa di 360 kecamatan tersebar di 22 kabupaten/kota di Jateng mengalami kekeringan. Akibat kekeringan ini, 2,056 juta jiwa terdampak. Politisi PKS itu pun menyebut, kekeringan ini terparah dalam 5 tahun terakhir.
“Dampak Kekeringan tahun ini memang paling dahsyat selama 5 tahun terakhir. Selain karena kemarau yang sangat panjang, kondisi air tanah kita yang semakin menipis,” ujarnya.
Menurut data dihimpun anggota Fraksi PKS DPRD Jateng ini, hingga 30 September 2019, 7 waduk di Jateng dalam kondisi kosong, 16 waduk dalam kondisi di bawah rencana, dan hanya 18 waduk yang sesuai rencana. Waduk yang kosong itu antara lain waduk Tempuran, Waduk Simo, Parangjoho, Kedunguling, Ngancar, Kembangan dan Botok.
Sedangkan 16 waduk yang di bawah rencana terdiri dari 4 waduk besar yakni Waduk Malahayu, Wonogiri, Sempor dan Sudirman. Serta ada 12 waduk kecil yakni Waduk Gembong dan Gunungrowo di Kabupaten Pati, Greneng, Butak, Krisak, Delingan, dan Brambang.
“Volume di bawah rencana itu artinya kurang dari 85 % rasio ketersediaan air bersih berdasarkan volume rencana. Singkatnya volume air kurang,” terangnya.
Menurutnya, penyelesaian kekeringan di Jateng ini bisa diatasi dengan keterlibatan semua pihak melalui pengangkatan sumber air, menarik air dari sumber terdekat dan juga membuat embung dan waduk untuk menampung air bersih. (*/D Tom)
PURWAKARTA – Polres Purwakarta telah menurunkan Tim Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) menyelidiki “hujan batu” merusak sejumlah rumah warga di Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. “Hujan batu’ itu diduga dalam area tambang, ada peledakan dan tidak tepat, sehingga bebatuan berguguran bak hujan batu merusak rumah warga.
“Kami telah membentuk Tim Tipiter Satreskrim untuk menyelidiki apakah ada pelanggaran SOP dengan ekploitasi tambang PT MSS atau ada unsur kelalaian. Ini yang akan didalami,” jelas Kapolres Purwakarta AKBP Matrius, Rabu (09/10/2019).
Menurutnya, apabila ditemukan ada sesuatu hal yang memenuhi unsur kelalaian maka akan diproses. “Kami tegakkan sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.
Ditanya terkait ada tidaknya pihak yang sudah diamankan, Matrius menyebutkan pihaknya masih mengumpulkan barang bukti dan saksi-saksi. “Perkembangannya nanti kami informasikan lagi,” ucap Matrius.
Manajer Teknis PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS) Bambang Yuda menyatakan,, peristiwa tersebut merupakan musibah dan d iluar dugaan. Pasalnya, teknik hingga pengawasan jarak dengan potensi menggelindingnya batu tersebut sebelumnya sudah melalui pengawasan pihak perusahaan.
“Proses peledakan tersebut sudah berjalan sesuai prosedur. Cuma tidak menyangka, yang kita tembak itu jauh dari lokasi menggelindingnya batu, tapi ternyata bebatuan yang di lereng lainnya ikut runtuh dan akhirnya jatuh ke pemukiman warga,” kata dia.
Bambang membantah proses blasting tidak sesuai prosedur. “Ketika ada pemberitaan bahwa batu sampai terbang ke pemukiman, sebenarnya yang terjadi bukan seperti itu,” kilah Bambang kepada sejumlah awak media,(9/10/2019)
Bambang menuding musim kemarau disebut sebagai salah satu penyebab runtuhnya bebatuan tersebut yang diakibatkan getaran ledakan.
“Kalau musim kemarau kan tanah kering jadi bebatuan yang menempel di lereng tidak kuat lagi, sehingga pas ada ledakan terkena getarannya dan menggelinding. Padahal titik yang kita ledakan jauh,” jelasnya.
Menanggapi tuntutan warga yang meminta kompensasi akibat peristiwa tersebut, perusahaan berjanji akan secepatnya mengganti segala bentuk kerugiannya.
“Ini harus diselesaikan dan perusahaan pasti akan mengganti rugi atau memberikan kompensasi, tapi seperti apa dan waktunya nanti kita akan berbicara dulu dengan warga dan atasan di perusahaan,” tuntasnya. (*/Asp)
CIANJUR – Jaringan praktik prostitusi internasional di wilayah Cipanas berhasil dibongkar dan diungkap oleh jajaran Kepolisian Resor Cianjur. Konsumennya adalah turis asal Timur Tengah yang biasa berlibur di kawasan Cipanas, Puncak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kepala Polres Cianjur, Ajun Komisaris Besar Juang Andi Priyanto, mengatakan, polisi menangkap 5 orang mucikari dengan korban 3 laki-laki yang dijadikan lady boy serta 5 perempuan yang dijadikan pekerja seks komersial.
Menurut Juang, modus para pelaku merekrut korban untuk dijadikan pekerja seks komersial dan lady boy. Setelah mendapatkan korban, mereka kemudian diangkut dan dieksploitasi secara seksual sehingga orang tersebut mendapatkan keuntungan dari hasil transaksi.
“Mereka berkeliling dengan menggunakan mobil di wilayah Vila Kota Bunga Cipanas. Di dalam mobil terdapat wanita yang ditawarkan khusus kepada warga negara asing berkebangsaan Timur Tengah,” jelas Juang di Kantor Polres Cianjur, (8/10/2019).
Juang menjelaskan, pengungkapan kasus penjualan orang ini dilakukan dengan cara pengintaian oleh anggota Satuan Reserse Kriminal Polres Cianjur selama beberapa hari. Kemudian didapati beberapa mobil yang berkeliling di sekitar Vila Kota Bunga Cipanas.
Pihak Satreskrim melakukan penyergapan di tiga lokasi berbeda di seputar Perumahan Kota Bunga Cipanas. “Kami melakukan pengintaian dan penyergapan, setelah kami sergap didapati beberapa tersangka yang mempunyai tugas berbeda-beda,” ujar Juang.
Juang menambahkan, tugas para pelaku di antaranya ada yang melakukan nego dengan warga asing, ada yang sebagai sopir, dan ada pula koordinator para korban yang didagangkan.
“Pengungkapan jaringan ‘esek-esek’ internasional ini dilakukan dalam upaya menekan jumlah kriminalitas dan penyakit masyarakat. Sebab, kami sudah sering menerima keluhan warga yang meminta tempat wisata seperti Kota Bunga ditertibkan dari praktik kemaksiatan dan dikembalikan fungsinya sebagai tempat wisata keluarga,” kata mantan Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Metro Tanggerang Kota ini.
Devi Aprilianti alias Mamih, 28 tahun, salah seorang pelaku yang berhasil ditangkap membantah telah merekrut dan menjual para gadis di kawasan Puncak. Dia mengaku bahwa para perempuan itu datang kepadanya atas kemauan sendiri.
“Siapa bilang menjual, mereka yang datang sendiri dan meminta. Saya sendiri baru empat hari berada di Cipanas,” kata Devi dengan nada ketus.
Beberapa kali ditanya, Devi kukuh menyebutkan bahwa dirinya tidak kenal dengan para korban. “Saya di Cipanas bersama pacar, sedang main. Saya tidak kenal mereka,” ratapnya.(*/De)
MUKO MUKO – Pemkab Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tahun ini kembali menerima bantuan alat mesin pertanian (Alsintan). Bantuan Alsintan ini dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan).
Kali ini, bantuan yang diterima berjumlah 18 buah. Yaitu traktor tangan roda 2 dan roda empat, cultivator dan pompa air. “Kami berharap bantuan Alsintan segera disalurkan ke Kelompok Tani yang berhak. Agar segera dimanfaatkan dengan baik mengingat sudah masuk musim tanam Oktober-Maret,” ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, (7/10/2019).
Bantuan diberikan sebagai pelaksanaan program pusat terhadap pengembangan serta peralihan teknologi pertanian dari tradisional ke modern. Sarwo Edhy berharap, setelah diterima maka akan langsung disalurkan pada kelompok tani sebagai penerima bantuan.
“Modernisasi alat pertanian sangat membantu dan menguntungkan petani. Sebab mereka lebih mudah dalam melakukan usaha pertanian mulai dari tanam sampai panen. Hal serupa juga dirasakan oleh pemerintah, karena bisa mendapatkan jaminan stok kebutuhan pangan melimpah dari petani,” ujar Sarwo Edhy.
Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Ali Mukhibin mengatakan, semua alat tersebut akan diserahkan pada kelompok tani yang membutuhkan. Sejauh ini belum dapat dipastikan kapan jadwal pembagian karena alat tersebut masih dalam proses penyerahan. “Alsintan ini baru tiba. Bantuan alsintan ini dari pemerintah pusat melalui dana Tugas Perbantuan (TP) provinsi setempat,” kata Ali Mukhibin.
Belasan unit alsintan bantuan dari pemerintah pusat tersebut saat ini masih disimpan di gudang pertanian, yang berada di belakang Dinas Kelautan dan Perikanan setempat.
“Setelah ini akan ada tim penerima barang yang datang ke daerah ini untuk melakukan pemeriksaan kualitas alat mesin pertanian ini sekaligus memastikan barang ini bisa difungsikan,” ujarnya.
Lebih lanjut disebutnya, sudah ada calon petani dan calon lokasi (CPCL) yang diusulkan sebagai penerima bantuan. Yaitu, kelompok tani yang mengusulkan bantuan alsintan di 2018.
Sedangkan pembagian bantuan ini, masih menunggu penerbitan surat keputusan (SK) penetapan sebanyak belasan kelompok tani sebagai CPCL penerima bantuan alsintan dari kepala daerah setempat.
“Harus ada SK penetapan calon petani dan calon lokasi yang akan menerima bantuan alat mesin pertanian sebelum alat ini dibagikan kepada kepada kelompok tani di daerah ini,” kata Ali Mukhibin.(*/And)
SERANG – Musim kemarau berkepanjangan mengakibatkan warga di sejumlah daerah di Kabupaten Serang mengalami krisis air bersih. Salah satu di antaranya warga di Kampung Kesabilan, Desa Kecamatan Pontang dan Tirtayasa yang merupakan daerah pesisir pantai utara Kabupaten Serang.
Untuk mengurangi krisis air bersih tersebut, Polres Serang mengirimkan bantuan air bersih dengan menggunakan kendaraan truk tanki milik Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Serang,(7/10/2019).
Kapolres Serang AKBP Indra Gunawan mengatakan, apa yang dilakukan oleh Polres Serang dengan mengirim bantuan air bersih adalah salah satu bagian kegiatan sosial. Selain itu, sebagai wujud kepedulian Polri kepada masyarakat yang membutuhkan air bersih.
“Pengiriman bantuan air bersih merupakan bagian dari kegiatan sosial Polres Serang. Mudah-mudahan bantuan air bersih ini dapat membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan air bersih,” kata AKBP Indra Gunawan, kepada wartawan.
Kapolres mengatakan, pembagian air bersih tersebut merupakan program berjenjang hasil dari deteksi daerah yang dinilai kekurangan air bersih karena kemarau panjang. Ia memastikan program tersebut akan terus berjalan, karena Polres Serang juga akan melakukan pemetaan di titik lain yang membutuhkan air.
“Program pengiriman air bersih berjenjang dan akan terus berjalan hingga musim penghujan tiba. Bahkan pengiriman bantuan air bersih merupakan program yang dilalukan setiap tahun. Oleh karenanya, kami akan melakukan pemetaan di titik lain yang membutuhkan air,” kata Kapolres.
Indra menambahkan jika membutuhkan distribusi air bersih, masyarakat bisa menghubungi personil Bhabinkamtibmas atau bisa datang langsung ke mapolsek setempat.
“Nantinya, personil polsek atau Bhabinkamtibmas akan melaporkan ke Kapolsek untuk diteruskan ke Mapolres Serang. Kami siap mengirimkan bantuan ke lokasi yang membutuhkan,” pungkasnya. (*/Dul)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro