NGANJUK – Warga di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dihebohkan dengan penemuan bekas pemukiman bangsawan era Mataram Kuno di tengah hutan.
Petugas dari kepurbakalaan dan museum Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk yang mendapat laporan tentang penemuan tersebut langsung datang dan melakukan pengecekan ke lokasi.
Dengan menggunakan kendaraan roda dua sejumlah petugas dari Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk langsung memasuki Hutan Kedungboto, Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk.
Para petugas ingin mengecek laporan warga mengenai penemuan tersebut. Setelah satu jam perjalanan mereka tiba di lokasi dan mengonfirmasi kebenaran laporan warga.
Di hamparan hutan yang cukup luas itu, petugas menemukan reruntuhan bangunan kuno yang sangat luas. Tembok bangunan itu sudah roboh dan porak poranda namun bagian pondasinya masih kokoh dan menancap di tanah.
Dilihat dari ukuran batu batanya, struktur bangunan itu diduga merupakan peninggalan dari era Mataram Kuno yang jauh lebih tua dari masa Majapahit.
Ukuran batu bata era Mataram Kuno jauh lebih besar dari batu bata merah masa Majapahit. Ukuran batu bata di daerah itu sama dengan bata merah yang ada di Candi Lor, yang dibangun pada oleh Mpu Sindon pada 589 Saka atau 937 Masehi.
Di hamparan lokasi itu petugas juga menemukan puing candi dan lapik arca.
Penemuan itu semakin menguatkan dugaan daerah tersebut dulunya merupakan pemukiman bangsawan yang dilengkapi dengan candi sebagai tempat ibadahnya.
“Jelas kalau melihat sebaran yang begitu luasnya ini sepertinya ini adalah perkampungan kuno yang sangat lengkap, jadi ada pemukiman ada tempat peribadatan jadi sangat lengkap,” terang Kabid Kepurbakalaan dan Museum Dinas Pariwisata Nganjuk, Amin Fuadi kepada iNews.
Atas temuan ini Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk akan segera melaporkannya ke Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur agar segera ditindaklanjuti.(*/Gio)
PEMALANG – Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Pol Achmad Lutfi bersama Panglima Daerah Militer (Pangdam) IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari melakukan panen raya padi di lahan pertanian seluas 220 hektare di Kabupaten Pemalang, Sabtu (18/7).
Kapolda Jateng Irjen Pol Achmad Lutfi dalam siaran pers di Pemalang, Sabtu, menyampaikan kegiatan panen raya padi ini sesuai instruksi Presiden Joko Widodo dalam upaya mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.
“Jajaran polda dan didukung oleh Kodam IV/Diponegoro, serta pemerintah kabupaten/kota merespons (percepatan pemulihan ekonomi, red.) untuk menekan adanya dampak pendemi COVID-19,” katanya.
Kapolda Achmad Lutfi mengatakan kegiatan untuk melakukan ketahanan pangan akan terus dilakukan di seluruh wilayah Jawa Tengah. “Ini akan terus kita lakukan. Bukan hanya panen raya padi saja namun juga akan melakukan penaburan benih ikan, panen mangga, dan buah lainnya,” katanya.
Kegiatan panen raya padi yang dilakukan oleh Polda Jateng bersama Kodam IV/Diponegoro di Kabupaten Pemalang itu juga sebagai bentuk edukasi pada masyarakat agar ikut memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Ini semua dilakukan untuk mendidik masyarakat memperkuat ketahanan pangan nasional,”jelas Kapolda Achmad Lutfi.(*/D Tom)
TASIKMALAYA – Pihak Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya masih menunggu polisi memenuhi tuntutan mereka, yaitu membawa Denny Siregar ke Tasikmalaya untuk diproses secara hukum.
Sebab, setelah 14 hari dari kasus dugaan ujaran kebencian yang dilakukan Denny Siregar dilaporkan, belum juga terlapor diperiksa pihak kepolisian
Pimpinan Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani mengatakan, pihaknya menerima informasi jika kepolisian akan melakukan gelar perkara pada Senin (20/7). Gelar perkara itu akan dilakukan secara internal kepolisian.
“Setelah itu kita akan dapat kabar. Kalau misal tak ada kabar juga, pesantren akan membuat laporan dengan membawa orang tua santri dan ustaz yang terhina dengan pernyataan Denny Siregar,” kata dia dikutip dari republika, Minggu (19/7).
Menurut dia, seharusnya dengan bukti yang telah dikumpulkan dan saksi-saksi yang diperiksa, pihak kepolisian sudah bisa memanggil Denny Siregar ke Tasikmalaya. Namun, jika polisi tak juga memanggil terlapor, umat Islam di Tasikmalaya terpaksa akan turun melakukan aksi kembali.
Tak hanya itu, lanjut dia, para orang tua santri yang ada di Tasikmalaya juga akan mengumpulkan tanda tangan. Hal itu dimaksudkan sebagai dukungan agar kepolisian memanggil Denny Siregar ke Tasikmalaya. “Kita sekarang masih nunggu polisi gelar perkara. Kalau ada kabar Denny Siregar dipanggil ke Tasik, kita tunda laporan. Kalau tidak, ya kita aksi lagi,” kata dia.
Ruslan menjelaskan, yang melakukan aksi itu bukanlah pihak pesantren, melainkan umat Islam di Tasikmalaya yang merasa tersinggung dengan pernyataaan Denny Siregar.
Sebelumnya, massa yang tergabung dalam Forum Mujahid Tasikmalaya melakukan aks pada Kamis (2/7). Aksi itu merupakan respon atas pernyataan Denny Siregar dalam status Facebook-nya pada 27 Juni 2020. Dalam status itu, ia menulis status berjudul “ADEK2KU CALON TERORIS YG ABANG SAYANG” dengan mengunggah santri yang memakai atribut tauhid.
Pernyataan Denny dalam status itu telah dilaporkan ke polisi pada Kamis (2/7). Terlapor diduga tanpa hak menyebarkan informasi untuk menimbulkan kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan SARA dan/atau penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Terlapor diduga melanggar Pasal 45A ayat 2 dan/atau Pasal 45 ayat 3, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.(*/Dang)
BANDUNG – Keputusan Gubernur (Kepgub) Jabar Nomor:443/Kep.398-Hukham/2020 meresmikan perpanjangan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi (Bodebek) hingga 1 Agustus 2020.
Kepgub tersebut pun telah diteken Gubernur Jabar, Ridwan Kamil pada Sabtu (18/7/2020).
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Daud Achmad menyatakan, melalui kepgub tersebut, kepala daerah di wilayah Bodebek dapat menerapkan PSBB secara proporsional sesuai dengan level kewaspadaan daerah.
“Pemberlakuan PSBB secara proporsional akan disesuaikan dengan kewaspadaan daerah di tingkat kecamatan, desa, dan kelurahan dalam bentuk PSBM (pembatasan sosial berskala mikro (PSBM),” kata Daud seperti dilansir dari Sindonews.com.
Keputusan perpanjangan PSBB proporsional di wilayah Bodebek, kata Daud, diselaraskan juga dengan kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang memperpanjang PSBB transisi selama 14 hari ke depan mulai Jumat (17/7/2020) kemarin.
Selain itu, keputusan didasarkan pada berbagai hasil kajian epidemiologi, salah satunya rata-rata angka reproduksi kasus COVID-19 terhadap waktu (Rt) dalam kurun 29 Juni-11 Juli yang mencapai 1,73.
Dengan perpanjangan PSBB proporsional, pihaknya mengimbau warga Bodebek untuk mematuhi semua ketentuan dan peraturan PSBB proporsional serta konsisten menerapkan protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, jaga jarak, hingga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Kunci keberhasilan PSBB secara proporsional di kawasan Bodebek adalah kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi segara peraturan dan menerapkan protokol kesehatan. Dengan begitu, mata rantai penularan COVID-19 bisa diputus,”tukasnya.(*/Hend)
BANDUNG – Interval letusan Gunung Raung yang berada di ujung timur Pulau Jawa diperkirakan berkisar 1,2 tahun sampai 2,5 tahun berdasarkan hasil analisis Crystal Size Distribution (CSD) yang dilakukan vulkanolog Mirzam Abdurrachman bersama mahasiswa teknik geologi ITB.
“Kami tengah meneliti bentuk kristal dari lava Gunung Raung lalu dianalisis menggunakan CSD. Hasilnya adalah kami memperoleh residence time (waktu tinggal),” kata Mirzam dalam siaran pers Humas ITB yang diterima, Sabtu (18/7).
Menurut hasil penelitian, pengajar di Program Studi Teknik Geologi ITB itu mengatakan, waktu tinggal Gunung Raung yang terpendek 1,2 tahun dan terpanjang 2,5 tahun. “Artinya, gunung tersebut akan meletus setiap rentang tersebut. Apabila melewati itu, maka letusan berikutnya akan lebih besar karena telah terjadi akumulasi energi dalam waktu yang lama,” katanya.
Ia menjelaskan gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember itu tercatat telah meletus delapan kali dalam 20 tahun terakhir. Gunung Raung meletus pada 2000, 2002, 2004, 2005, 2007, 2012, dan 2015.
“Dari hal tersebut dapat dihitung rata-rata interval meletus sekitar 2,8 tahun,” kata Mirzam.
Sejak letusan terakhir pada 2015 hingga peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung pada 16 Juli 2020, intervalnya sekitar lima tahun. Interval tersebut lebih panjang dibandingkan dengan perkiraan interval letusan antara 2,5 tahun sampai 2,8 tahun.
“Tak mengherankan jika saat ini Gunung Raung telah mencapai Level II dan telah mengeluarkan abu vulkanik,” kata Mirzam.
Ia juga menjelaskan batuan penyusun Gunung Raung adalah batuan basal yang memiliki kandungan SiO2 rendah sehingga lavanya akan encer. Namun, ia melanjutkan, adanya reaksi dengan batuan yang lebih tua berupa karbonat atau batu gamping akan mengentalkan lava serta membuat material tersebut berpotensi dikeluarkan secara eksplosif.
“Apabila demikian dan letusan eksplosif terjadi, serta jika abu vulkanik telah muncul, masyarakat disarankan memakai masker yang sedikit dibasahi air guna menyaring abu tersebut agar tidak masuk serta menempel pada saluran pernapasan,” katanya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Raung dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) mulai Jumat (17/7) pukul 14.00 WIB karena gunung api itu mulai menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.
Kepala PVMBG Kasbani meminta masyarakat serta wisatawan tidak berada atau beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah puncak Gunung Raung. “Aktivitas vulkanik Gunung Raung baik secara data pengamatan visual dan kegempaan, mulai menunjukkan peningkatan, maka tingkat aktivitas vulkanik Gunung Raung dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada),” katanya dalam informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian ESDM, Jumat (17/7).
Kasbani mengemukakan adanya potensi sebaran material dari embusan abu Gunung Raung pada 16 dan 17 Juli 2020. “Konsentrasi potensi bahaya masih berada di sekitar kawah/puncak Gunung Raung, yang merupakan Kawasan Rawan Bencana III. Namun demikian, sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin,” jelasnya.(*/Gio)
NGAWI – Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat tambahan tiga kasus baru positif terinfeksi COVID-19 di wilayah itu, sehingga keseluruhan menjadi 35 orang.
“Pada 17 Juli 2020 malam terjadi tiga penambahan kasus COVID-19 di Ngawi dari sebelumnya 32. Dengan demikian, total saat ini ada 35 terkonfirmasi positif COVID-19,” ujar Juru Bicara GTPP COVID-19 Ngawi Yudono dalam keterangannya di Ngawi, Jumat malam.
Sesuai data, penambahan tiga penderita konfirmasi positf COVID-19 tersebut berasal dari Kecamatan Mantingan. Saat ini penderita telah dirawat di RSUD dr Soeroto Ngawi. Tim gugus tugas juga telah melakukan tes terhadap keluarga dan warga yang melakukan kontak erat dengan para pasien.
Dari 35 kasus positif COVID-19 di Ngawi, sebanyak 23 orang di antaranya dinyatakan sembuh, sedangkan 12 pasien lainnya masih dirawat. “Diharapkan semua warga Ngawi tetap mematuhi protokol kesehatan ketika beraktivitas. Bagi anak-anak dan lanjut usia diminta tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Karena kelompok usia tersebut sangat rentan tertular,” katanya.
Sementara, penambahan kasus terkonfirmasi yang sama juga terjadi di Kabupaten Madiun dari sebelumnya sebayak 38 kasus.
“Dengan demikian, total saat ini ada 40 kasus positif COVID-19 di Kabupaten Madiun,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono.
Sesuai data, pasien COVID-19 yang ke-39 tersebut berinisial AJ, seorang laki-laki berusia 33 tahun, warga Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng. Yang bersangkutan terkonfirmasi positif corona pada 16 Juli 2020.
Hasil pelacakan petugas, yang bersangkutan diduga tertular COVID-19 setelah dari Kota Surabaya, sedangkan pasien ke-40 terkonfirmasi positif COVID-19 pada 17 Juli 2020.
Hingga Jumat malam, jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 sudah sebanyak 34 orang. Enam pasien COVID-19 yang tersisa masih menjalani perawatan di rumah sakit rujukan penanganan infeksi virus corona.
Pemerintah Kabupaten Madiun terus mengimbau warga setempat disiplin melakukan protokol kesehan sebagai upaya pencegahan COVID-19.(Antara)
KULON PROGO – Kelompok Tani Ngudi Makmur Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasiki panen rasa masa taham kedua di lahan seluas 24 hektare dengan produktivitas 8,36 ton perhektare gabah kering panen.
Bupati KulonProgo Sutedjo mengatakan Kelompok Tani Ngudi Makmur Seworan menanam padi varietas Ciherang dan Menur atau Melati Menoreh. “Produksi tanaman padi mampu mendukung ketahanan pangan di Kulon Progo,” kata Sutedjo, dikutip dari republika ,Jumat (17/7/2020).
Menurutnya ketahanan pangan di Kabupaten Kulon Progo memang sampai saat ini belum pernah kekurangan stok, bahkan Kulon Progo setiap tahun surplus beras sampai 30.000-40.000 ton/tahun.
Hal ini tentu dapat menyumbang ketahanan pangan, sehingga ini akan membantu pemerintah dalam ketahanan pangan di daerah.
“Kami sudah mempunyai program untuk ketahanan pangan ini termasuk cetak sawah baru, ini kita galakan terus menerus dari tahun ke tahun, selain itu, membangun berbagai sarana prasarana, seperti saluran irigasi,” ujar Sutedjo.
Bupati berharap petani harus dapat “Ngulir Budi” artinya harus kreatif, harus terus berinovasi dalam hal pertanian, berani mencoba hal-hal atau teknologi baru, tidak itu-itu saja dalam hal budi daya pertanian.
Selain pertanian sawah, masyarakat diminta selalu produktif dan selalu mengoptimalkan setiap jengkal tanah yang dimiliki, salah satunya melalui pemanfaatan pekarangan.
Pemanfaatan pekarangan ini dioptimalkan untuk budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, polo kependhem dan polo gemantung, budi daya ikan, dan budi daya ternak untuk mencukupi kebutuhan pangan dan protein keluarga.
“Membuat gapura hidup dengan tanaman tanaman merambat pada setiap rumah tangga, selain menyebabkan peningkatan produktivitas kita, juga memberikan keindahan/keasrian lingkungan,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi DIY Arofah mengatakan Kulon Progo sebagai salah satu wilayah penopang pangan DIY harus dapat terus menjaga produktivitasnya meskipun telah mencapai surplus.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugroho mengatakan bahwa fasilitasi yang selama ini telah diterima oleh kelompok agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. “Dinas Pertanian dan Pangan beserta jajaran di lapangan akan senantiasa mengawal kegiatan di bidang pertanian,” ujarnya.(*/D Tom)
MALANG – Status Gunung Raung resmi meningkat dari level normal menjadi waspada, Jumat (17/7) pukul 14.00 WIB. Penetapan ini berlaku sejak aktivitas gunung mulai mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir.
Gunung Raung berada di level satu atau normal sejak 24 Oktober 2016. Kemudian mengalami perubahan status setelah dianalisis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Dalam hal ini tidak hanya analisis visual tapi aspek kegempaan juga.
Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan, visual Gunung Raung terlihat jelas hingga tertutup kabut sejak awal 2020. PVMBG sempat mengamati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi sekitar 50 meter dari puncak.
Pada 16 Juli 2020 pukul 10.52 WIB, asap hembusan mengalami kenaikan menjadi 100 meter (m) dari atas puncak.
“Disertai perubahan warna menjadi putih kecoklatan,” jelas Kasbani saat dikonfirmasi , Jumat (17/7/2020).
Sekitar pukul 13.56 WIB, PVMBG kembali menemukan perubahan kolom hembusan menjadi warna putih kelabu. Tercatat, ketinggian hembusannya sekitar 100 m dari atas puncak. Setidaknya telah terjadi 60 kali hembusan/erupsi dari pukul 10.52 sampai 13.56 WIB
Sehari berikutnya, Gunung Raung dilaporkan masih mengalami erupsi sebanyak 26 kali. Jumlah ini tercatat dari pukul 00.00 sampai 06.00 WIB. Erupsi menghasilkan kolom abu cokelat dengan intensitas tipis hingga sedang. “Dengan tinggi 50 sampai 200 meter di atas puncak atau kawah,” jelasnya.
Sejak awal tahun sampai 16 Juli 2020, Gunung Raung didominasi sejumlah kejadian gempa. Tidak hanya gempa tektonik jauh, tapi juga lokal dan satu kali gempa terasa pada 19 Maret 2020.
Gunung Raung tercatat sempat mengalami beberapa kali gempa hembusan sejak 13 Juli lalu. Jumlahnya meningkat sejak 16 Juli 2020 pukul 10.52 WIB yang kemudian diikuti kemunculan tremor non-harmonik dan gempa letusan. “Hari ini hingga pukul 06.00 WIB terekam 26 kali gempa letusan dan 20 getaran tremor non-harmonik,” ungkap Kasbani.
Menurut Kasbani, sebaran material dari hembusan abu Gunung Raung masih aman karena berada di sekitar kawah. Namun sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin. “Dan dalam tingkat aktivitas Level II agar masyarakat tidak melakukan aktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah/puncak,” jelasnya.
Raung merupakan salah satu gunung api aktif yang berada di Jawa Timur (Jatim). Gunung memiliki tinggi badan sekitar 3.332 meter di atas permukaan laut. Gunung Raung berada di Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.(*/Gio)
SURABAYA – Kepala Bidang Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur Asyim Saputra mengatakan, wabah Covid-19 berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah setempat, utamanya di perdesaan. Menurutnya, meningkatnya angka kemiskinan di perdesaan disebabkan pergerakan masyarakat dari kota ke desa.
“Kami duga terjadi mobilitas cukup besar dari penduduk di kota yang tidak mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang kembali ke desa. Dan kita identifikasi banyak yang masuk ke rumah tangga miskin terutama di desil I,” ujar Asyim di Surabaya, Kamis (16/7/2020).
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, terutama Jawa Timur, membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Sebagian besar dari mereka yang mengalami PHK ataupun dirumahkan dari tempat kerja, memilih kembali ke desa.
Kondisi ini, kata dia, membuat musim panen raya yang semestinya terjadi pada April tidak terlalu berpengaruh. Padahal, kata dia, diharapkan dengan pergeseran musim tanam pertama tahun ini, setidaknya masih ada pemasukan untuk masyarakat perdesaan.
“Tapi ada pergerakan dari kota ke desa ini membuat ada penambahan kemiskinan di pedesaan,” ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, angka kemiskinan di Jatim nyaris menyentuh satu digit, atau dibawah 10 persen dari jumlah penduduk Jatim. Namun, pandemi Covid-19 membuat angka kemiskinan Jatim kembali meningkat.
“Kalau kita lihat dari kategori rumah tangga sangat miskin, terlihat ada penambahan proporsi karena ada penambahan dari yang tadinya di kota,” kata dia.
Data BPS Jawa Timur mencatat, per Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 4.419,10 ribu jiwa, atau 11,09 persen dari total penduduk. Bertambah 363 ribu jiwa dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 4.056,00 ribu jiwa, atau setara 10,20 persen dari total penduduk.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan menjelaskan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,77 persen. Kemudian naik menjadi 7,89 persen pada Maret 2020. Hal yang sama juga terjadi di perdesaan. Dimana pada September 2019 sebesar 14,16 persen, dan naik menjadi 14,77 persen pada Maret 2020.(*/Gio)
YOGYAKARTA – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di DIY bertambah sembilan kasus pada 15 Juli 2020. Sumbangan sembilan kasus baru ini menjadikan total kasus Covid-19 di DIY menjadi 396 kasus.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, tambahan kasus baru tersebut merupakan hasil pemeriksaan terhadap 470 sampel dari 407 orang yang menjalani tes swab melalui PCR.
Kasus baru ini terdiri dari satu warga Sleman, empat warga Bantul, satu warga Kota Yogyakarta dan tiga warga Kulon Progo. Detail warga Sleman yaitu perempuan dengan umur 30 tahun yang memiliki riwayat perjalanan dari Madura.
Warga Bantul diantaranya perempuan dengan umur 40 tahun dan 42 tahun. Dua warga Bantul ini, satunya diketahui reaktif dari rapid test massal dan satu satu lainnya memiliki riwayat perjalanan dari Solo.
“Warga Bantul lainnya laki-laki berumur 27 yang merupakan hasil screening Dinkes Bantul dan laki-laki berumur 36 tahun yang memiliki riwayat dari Sulawesi,” kata Berty, Rabu (15/7/2020).
Warga Kota Yogyakarta yakni dengan berjenis kelamin laki-laki dan berumur 77 tahun yang memiliki riwayat dari Palembang. Sementara, tiga warga Kulon Progo diketahui positif Covid-19 dari hasil pelacakan kontak terhadap kasus dengan nomor 369 di DIY.
Ketiganya yaitu perempuan dengan umur 32 tahun, laki-laki berumur satu tahun dan 26 tahun. Berty menyebut, tiga kasus ini merupakan satu keluarga. “Belum diketahui apakah indeks kasus adalah 369 atau yang lain diantara tiga (kasus baru) itu. Menunggu hasil tracing (pelacakan),” ujarnya.
Selain adanya kasus baru, kasus positif yang meninggal dunia juga bertambah satu kasus. Kasus positif yang meninggal dunia di DIY rendah yang saat ini mencapai 11 kasus. Kasus positif yang meninggal dunia ini memiliki komorbid Diabetes Mellitus dan reumatik. Kasus ini merupakan perempuan yang berumur 61 tahun, asal Sleman.
“Kasus positif ini meninggal tadi malam (14 Juli) dan kematian dilaporkan hari ini oleh rumah sakit,” jelas Berty.
Selain itu, Berty juga melaporkan adanya tambahan kasus positif yang dinyatakan sembuh pada 15 Juli ini. Ada tambahan lima kasus yang sudah dinyatakan sembuh.
Sehingga, total kasus sembuh sudah mencapai 309 kasus atau 78 persen. Kasus sembuh ini terdiri dari tiga warga Bantul, satu warga Kota Yogyakarta dan satu warga Sleman.”Warga Bantul yang sembuh dengan nomor kasus 330, 344 dan 343. Warga Kota Yogyakarta dengan nomor kasus 361 dan warga Sleman dengan nomor kasus 295,”tukasnya.(*/ D Tom)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro