MADIUN – Petani di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengalami kerugian akibat serangan hama wereng yang mengancam hasil panen pada musim tanam kemarau pertama (MK I) kali ini.
“Akibat serangan hama wereng, dipastikan gagal panen. Jika biasanya dalam keadaan normal di lahan sekitar 3.000 meter persegi bisa meraih keuntungan Rp 8 juta, namun karena serangan hama, merugi total,” ujar salah satu petani di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Sutikno, Senin (10/8/2020).
Menurut dia, hama wereng menyerang sawahnya yang siap panen, yakni pada usia padi sekitar 70 hari setelah tanam. Pihaknya semakin merugi karena juga menanggung biaya operasional dan perawatan tanaman.
Sebelum serangan wereng kian parah, dia berusaha menyelamatkan padinya. Berbagai jenis cairan pestisida disemprotkan, namun tidak ada yang mempan.
Ia menjelaskan, awalnya, wereng menyerang bagian pangkal batang. Setelah itu hama tersebut mengisap bagian tanaman lainnya hingga tanaman layu, tidak berbulir, dan akhirnya mati.
Hal yang sama diungkapkan oleh petani lainnya, Isno. Padi miliknya yang baru berusia 40 hari juga tidak luput dari ancaman wereng.
“Wereng menyerang secara sporadis. Sawah di sini (Balerejo) semuanya sudah terkena wereng,” kata Isno.
Para petani mengaku kewalahan dengan serangan hama wereng tersebut. Sebab, hama wereng itu tak mempan diatasi dengan pestisida.
Petani berharap, pemerintah daerah setempat melalui dinas terkait segera memberikan bantuan untuk mengatasi serangan hama wereng tersebut. Sebab jika tidak, petani akan mengalami gagal panen yang dikhawatirkan juga berdampak pada stok beras di wilayah Kabupaten Madiun dan sekitarnya.
Data Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperta) Kabupaten Madiun mencatat sejauh ini total terdapat 131 hektare lahan padi yang diserang wereng pada musim kemarau (MK) I.
Dari luas 131 hektare tersebut, sebanyak 118 hektare di antaranya masuk kerusakan ringan dan 13 hektare sedang. Terdapat empat wilayah yang terdampak parah hama wereng, yakni Kecamatan Madiun, Balerejo, Dagangan, dan Wungu. Pendataan dan pematauan terus dilakukan oleh dinas terkait.(*/Gio)
CIREBON – Jumlah kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon tembus 100 orang pada Selasa (11/8/2020). Masyarakat pun diminta untuk tidak abai dalam menerapkan protokol kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Kabag Humas Pemkab Cirebon, Nanan Abdul Manan, menjelaskan, ada penambahan satu kasus positif Covid-19 pada Selasa (11/8) sehingga membuat total kasus positif menjadi 100 orang. Pasien itu kini dirawat di Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon.
“Kasus ke-100 merupakan seorang laki-laki berusia 54 tahun asal Kecamatan Tengah Tani,” kata Nanan, Selasa (11/8/2020).
Nanan menjelaskan, dari total 100 kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon, 54 orang masih dalam perawatan rumah sakit ataupun isolasi mandiri, 41 orang selesai isolasi dan lima orang meninggal dunia.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni, mengungkapkan, risiko peningkatan kasus selama fase AKB yang berlaku sejak 27 Juni 2020 memang telah diperhitungkan pihaknya.
Enny mengungkapkan, sejak memasuki fase AKB, ada pemahaman bahwa AKB seolah-oleh sudah bebas dan longgar. Dia berharap, masyarakat dapat terus disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
“Dengan pemahaman bahwa AKB seolah-oleh bebas dan longgar, sebagian masyarakat menjadi abai untuk patuh pada protokol kesehatan,” kata Enny.
Enny mengungkapkan, Pemkab Cirebon tetap berkomitmen untuk terus melakukan pengendalian Covid-19 secara komprehensif. Hal itu mulai dari upaya penemuan sampai dengan pelayanan dan pemantauan di masyarakat.(*/Dang)
SUKABUMI – Kasus positif Covid-19 di Kabupaten Sukabumi bertambah banyak dalam dua hari terakhir. Bahkan pada Selasa (11/8/2020) ini ada sebanyak dua orang warga yang dinyatakan meninggal dunia karena Covid-19.
“Kondisi Covid-19 di Kabupaten Sukabumi terakhir, total terkonfirmasi positif 89 orang,” ujar juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid kepada wartawan, Selasa (11/8/2020). Rinciannya yang isolasi sebanyak 3 orang, dikarantina 11 orang dan selesai sembuh 73 orang.
Di mana kata Harun, pada Selasa ini sudah berubah situasi yang tadinya tidak ada meninggal dan kini ada dua orang meninggal dunia karena Covid-19. Satu orang yang meninggal berasal dari Kecamatan Ciambar.
Warga tersebut lanjut Harun, riwayat perjalanan kontak dari Depok dan tracing tidak dilakukan karena menetap di daerah asal. Selain itu warga itu bertamu daerah Depok dan untuk tracing bisa dikatakan putus terkecuali istrinya dinyatakan positif.
“Warga yang meninggal kedua berasal dari Kecamatan Sukalarang tidak ada perjalanam maupun suspect,” kata Harun. Ia mengatakan tiga jam sebelum meninggal yang dilakukann tim medis RSUD Syamsudin warga itu menunjukkan pneumonia berat infeksi pernapasan akut.
Intinya kata Harun, warga telah dilakukan pemeriksaan dan diambil sampel swab. Hasilnya pada Selasa siang didapatkan hasil swab positif.
“Pada hari ini dua orang yang terkonfirmasi swab meninggal dunia dan mudah-mudahan tidak ada korban meninggal dunia lagi,” cetus Harun. Di sisi lain pada Senin (10/9) lalu ada penambahan 9 kasus positif Covid-19.
Sembilan orang itu termasuk yang meninggal dari Ciambar dengan kontak perjalanan dari zona merah. Selain itu Kecamatan Sukaraja dua orang, Kecamatan Sukabumi dua orang dan Cicurug satu orang. Berikutnya Surade dua orang dan Kebonpedes dua orang.
Sementara pada Selasa ini jumlah yang dilaporkan pada Selasa jumlaj teronfirmasi 4 orang salah satu 3 orang bank bumn kantor kas ciracap dari Ciracap, Ciracap, dan Sukaraja selesai isolasi dan sembuh, satu orang yang meninggal di Sukalarang.(*/Yan)
SEMARANG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bersama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah membantu mengupayakan penyerapan hasil panen bawang putih lokal yang belum terserap pasar.
Kedua instansi tersebut telah melakukan pendataan sekaligus penghitungan berbagai komoditas hortikultura yang mengalami surplus baik di tingkat petani maupun di tingkat pasar untuk ditangani pemerintah.
Hal ini ditegaskan Kepala Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Arif Sambodo, saat menanggapi persoalan belum terserapnya hasil panen bawang putih lokal oleh pasar, yang dikeluhkan para petani di sejumlah daerah di Jawa Tengah.
Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah tetap berkomitmen untuk membantu para petani di derahnya dalam memasarkan hasil panen yang lambat terserap oleh pasar.
Saat ini, Disperindag bersama Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pendataan dan penghitungan produk- produk holtikultura yang melimpah, baik di tingkat petani maupun di tingkat pasar.
Hal ini untuk memetakan produk hortikultura apa saja yang akan surplus, kemudian disampaikan kepada Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah guna diupayakan kebijakan untuk mendorong penyerapan.
“Apakah nanti akan disalurkan kepada Industri Kecil Menengah (IKM) yang membutuhkan sebagai bahan baku atau melalui mekanisme penyerapan yang ain,” ungkapnya, Senin (10/8/2020).
Khusus untuk komoditas bawang putih lokal unggul yang kini dikeluhkan sejumlah petani, lanjut Arif, Disperindag bakal berkoordinasi untuk mendata kebijakan penyerapan komoditas bawang putih bagi untuk kebutuhan IKM.
Jika masih ada kelebihan, rencananya bakal disalurkan ke daerah lain yang masih membutuhkan dukungan pasokan bawang putih. “Sehingga, aka nada kerjasama dengan daerah lain juga agar hasil panen petani bawang putih lokal tersebut bisa terserap,” katanya.
Arif juga mengaku secara teknis belum mengetahui jika komoditas bawang putih saat ini sedang surplus di pasaran, setelah sejumlah daerah penghasil mulai memasuki masa panen raya.
Kecuali surplus bawang putih yang ada di wilayah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Namun belajar dari pengalaman sebelumnya, jika ada kelebihan surplus akan dikoordinasikan dengan instansi tekait untuk diupayakan solusinya.
“Persoalan yang sama, beberapa waktu yang lampau juga pernah terjadi di Kabupaten Temanggung. Upayanya juga sama, kita koordinasikan dengan Disnas Pertanian dan Perkebunan untuk diambil langkah dalam membantu para petani,” tegasnya.
Perihal lambatnya penyerapan hasil panen bawang putih lokal ditengarai juga dipicu ketersediaan komoditas bawang putih di pasaran, yang hingga saat ini masih melimpah.
Karena penyerapan konsumen yang juga ikut terpengaruh situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Setidaknya ini diamini pedagang sembako di berbagai pasar rakyat yang ada di Jawa Tengah.
“Karena pemintaan besar dari hotel, restoran maupun katering juga tidak terlalu tinggi akibat banyaknya kegiatan besar, hajat dan sebagainya yang untuk sementara tidak boleh dilakukan di tengah situasi pandemi,” jelas Toni (43), salah satu pedagang.
Di sisi lain, bawang putih impor di pasaran saat ini juga masih cukup banyak. “Sehingga masih sangat wajar jika komoditas bawang putih saat ini masih sangat melimpah,”tukasnya.(*/D Tom)
CIANJUR – Peristiwa kebakaran melanda Pasar Ciranjang, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Senin (10/8) siang menuju sore. Diperkirakan ada seratusan kios yang terbakar dan hingga berita ditulis sore ini proses pemadaman masih terus dilakukan petugas pemadam kebakaran (Damkar) dan aparat kepolisian.
Keterangan yang diperoleh, kebakaran terjadi sekitar pukul 14.30 WIB. Di mana, kobaran api pertama kali terlihat di bagian belakang yang merupakan kios darurat bumbu dan sembako.
”Pedagang dan warga kurang mengetahui awal kebakaran karena sudah melihat api membesar,” ujar salah seorang warga Ciranjang, Ridwan (40 tahun) kepada wartawan di lokasi kejadian. Di awal kejadian ada sekitar puluhan kios yang terbakar dan merembet terus ke bangunan kios lainnya.
Menurut Ridwan, kobaran api membesar karena cuaca panas dan angin kencang. Lokasi kios yang terbakar mulai menyebar hingga ke bagian tengah pasar.
Saat kejadian lanjut Ridwan, para pedagang berupaya menyelamatkan barang-barang yang bisa diselamatkan. Sementara di sisi lain petugas masih berupaya memadamkan kobaran api.
Data dari Satpol PP dan Damkar Kabupaten Cianjur menyebutkan, ada sebanyak enam unit mobil damkar dan dua unit mobil water canon Polres Cianjur diterjunkan untuk memadamkan kobaran api.
”Kami mengerahkam sebanyak tujuh armada damkar dari lima pos,” ujar Kepala Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Cianjur Hendri Prasetyadi. Selain itu ada dua unit water canon Polres Cianjur diperbantukan untuk memadamkan kobaran api.
Bantuan armada dari Polres berupa mobil water canon dan PDAM juga ada mobil tangki sebagai sumber air tambahan. Namun kobaram api sulit dipadamkan karena bangunan kios merupakan bahan mudah terbakar dan diperparah dengan angin kencang yang berhembus.
Petugas kata Hendri, berupaya agar api tidak merembet ke bangunan lain. Caranya dengan memaksimalkan upaya pemadaman dengan armada yang ada. Hingga kini data jumlah kios yang terbakar masih dalam pendataan.(*/Yan)
SRAGEN – Ratusan hektare sawah di di wilayah Sragen, Jawa Tengah, terdampak oleh keringnya sejumlah waduk pada musim kemarau Agustus 2020.
Beberapa waduk yang mengering itu di antaranya Waduk Gebyar di Desa Jambeyan, Sambirejo; Waduk Blimbing di Desa Blimbing, Sambirejo, dan Waduk Brambang di Kecamatan Kedawung, Sragen.
Waduk-waduk tersebut mengering karena tidak ada suplai air dari hulu sungai. Akibatnya ratusan hektare sawah yang ditanami padi terancam kekurangan air.
Waduk Gebyar
Kondisi Waduk Gebyar yang terletak di Dukuh Bayut, Jambeyan, Sragen sudah mengering sejak Juni lalu. Rumput menghijau tumbuh di dasar waduk. Warga menggembalakan kambingnya di dasar waduk itu. Bahkan sejumlah bocah bermain layang-layang sambil berlari di dasar waduk yang kering tersebut.
Mantri Waduk Gebyar, Nanang Ade Setyanto mengatakan kekeringan memaksa petani memanfaatkan sumur bor untuk mengairi sawah.
“Sekarang petani menggunakan sumur pantek atau sumur bor. Selain itu, petani juga masih memanfaatkan air dari sungai besar yang masih mengalir lumayan. Jumlah petani yang terdampak cukup banyak. Kalau dihitung dengan area petani yang memanfaatkan sumur bor, maka jumlahnya bisa ribuan hektare,” jelas Nanang sebagaimana dikutip dari Solopos.
Waduk Brambang
Mantri Waduk Brambang, Kedawung, Sragen, Gunawan, menyampaikan waduk yang dijaganya mengering sejak 1 Agustus lalu. Dia menjelaskan debit air dari Bendung Krikilan yang menyuplai air ke Waduk Brambang, kecil, rata-rata 75-100 liter per detik.
Gunawan menyampaikan, petani yang memanfaatkan air Waduk Brambang sangat terdampak. Namun ia tidak bisa memprediksi jadi tidaknya petani panen di tengah kekeringan seperti sekarang.
Waduk Blimbing
Waduk Blimbing yang sempat digunakan lomba memancing pada Juli lalu, sekarang sudah mengering. Kepala Desa Blimbing, Sambirejo, Margono, menyampaikan waduk mengeringnya belum lama. Dia mengatakan di wilayah Blimbing tidak mengalami dampak signifikan karena tidak ada lahan pertanian yang dialiri air dari waduk tersebut.
“Saya baru menjabat kades. Saya tidak bisa membandingkan kondisi waduk sekarang dengan kondisi di 2019,”tukasnya.(*/D Tom)
MAGETAN – Sejumlah warga Desa Panggung, Kabupaten Magetan, Jawa Timur menemukan tumpukan batu bata terstruktur diduga merupakan situs bersejarah yang memiliki nilai budaya tinggi.
Tumpukan batu bata berukuran hingga dua kali lipat dari bata biasa tersebut ditemukan oleh Agung Setiawan saat kerja bakti hendak menanam pohon pisang di kebun dekat punden yang ada di Desa Panggung, Kecamatan Barat.
“Saat itu kami sedang bekerja bakti hendak tanam pisang. Ketika menggali tanah sedalam setengah meter tiba-tiba mata cangkul mengenai batu batu ukuran besar yang tersusun. Diduga ini merupakan peninggalan sejarah,” ujar Agung, Sabtu (8/8/2020).
Para pemuda desa yang melakukan kerja bakti tersebut, selanjutnya bersama-sama menggali tanah di sekitar temuan tersebut. Hasilnya, mereka mendapati tumpukan batu bata ukuran besar yang terstruktur, mirip dengan bangunan fondasi gapura.
Ia menjelaskan temuan batu bata besar terstruktur yang diduga merupakan bangunan fondasi gapura tersebut memiliki tiga tumpukan.
“Bentuknya mirip gapura pada zaman dahulu. Atas temuan itu, kami langsung melapor ke kantor desa dan camat,” katanya.
Pemerhati temuan sejarah dan purbakala asal Magetan Toned Suwartono mengatakan lazimnya batu bata ukuran besar seperti itu digunakan untuk membangun bangunan pada zaman Kerajaan Mataram kuno atau Majapahit.
“Karena tidak ada tahun pembuatannya dan melihat dari bentuk batu bata yang besar, diperkirakan situs tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno atau Majapahit. Berusia antara 500 hingga 600 tahun yang lalu,” kata Toned.
Sementara, pihak Kecamatan Barat langsung menindaklanjuti temuan warganya tersebut dan sudah mengirimkan informasi ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Jawa Timur di Trowulan Mojokerto untuk meneliti dugaan temuan situs tersebut.
“Kami sudah mengabarkan temuan tersebut ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan. Tujuannya untuk melihat apakah temuan ini hanya tumpukan batu bata biasa atau batu bata terstruktur yang ada nilai sejarahnya,” ungkap Camat Barat Yok Sujarwadi.
Pihaknya membenarkan di Desa Panggung tersebut terdapat punden yang disebut oleh warga sekitar sebagai Punden Sentono. Selain temuan tersebut, tidak jauh dari lokasi punden, juga ada tumpukan batu yang diduga merupakan fondasi gapura yang terbengkalai. Warga diminta untuk merawatnya hingga tim ahli dari BPCP datang melihat.(*/Gio)
CIREBON – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, bertambah 16 orang. Dengan begitu, jumlah total kasus kini menjadi 94 orang, dan rata-rata mereka tanpa menunjukkan gejala klinis.
“Ada tambahan kasus baru sebanyak 16 orang dari beberapa kecamatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Enny Suhaeni di Cirebon, Sabtu.
Enny mengatakan dari 16 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19, 14 di antaranya tidak mengalami gejala klinis, seperti sesak nafas, batuk, suhu tubuh tinggi dan lainnya. Sementara dua orang lainnya, kata Enny, mengalami gejala klinis.
Keduanya saat ini dirawat serta diisolasi di rumah sakit. “Untuk 14 orang melakukan isolasi mandiri, karena memang tidak mengalami gejala klinis,” ujarnya.
Dengan adanya tambahan kasus 16 orang, maka saat ini Kabupaten Cirebon mencatat sudah ada 94 orang yang terpapar virus Corona jenis baru atau Covid-19.
Dari 94 itu, 40 orang sembuh, 49 isolasi mandiri serta di rawat di rumah sakit dan lima orang meninggal dunia. “Yang terpapar ini karena baru bepergian dari luar kota dan juga kontak erat dengan pasien lainnya,”tukasnya.(*/Dang)
TASIKMALAYA – Sejumlah wilayah di Kabupaten Tasikmalaya mulai mengalami kekeringan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, wilayah yang mulai mengalami kekeringan di antaranya Kecamatan Mangunreja, Sukaraja, Cineam, dan Karangjaya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan distribusi air bersih dari beberapa wilayah. Namun, belum seluruh wilayah dapat dilayani untuk pendistribusian air bersih.
“Kita juga sudah bergerak. Namun, karena keterbatasan alat, kita tak bisa melayani semua. Namun kita usahakan untuk layani permintaan,” kata dia saat dihubungi, Jumat (7/8).
Nuraedidin mengatakan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya saat ini hanya memiliki satu mobil tangki. Karena itu, pendistribusian air bersih tak bisa dilakukan dengan maksimal. Kendati demikian, BPBD telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meminjam mobil tangki agar pendistribusian air bersih dapat lebih maksimal.
Ihwal solusi jangka panjang untuk mengatasi bencana kekeringan yang selalu terjadi setiap tahunnya, ia mengatakan, BPBD telah bekerja sama dengan instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tasikmalaya, untuk membuat sumur bor di wilayah rawan kekeringan.
Namun, belum semua wilayah dapat dibuat sumur bor.
“Sebagian besar belum dibuat sumur bor. Karena itu, kita juga tetap melayani distribusi air meski dalam skala terbatas,” kata dia.
Sementara itu, berdasarkan keterangan kepolisian, wilayah Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya sudah sejak lama mengalami kekeringan. Kapolsek Cineam, Polresta Tasikmalaya, AKP Semiyono mengatakan, di wilayahnya kekeringan selalu terjadi sepanjang tahun. Wilayah yang terdampak kekeringan adalah Kampung Sukahurip di Desa Madiasaro dan Kampung Neglasari di Desa Cijulang.
“Di Cineam ini memang selalu kekeringan. Sudah dua tahun terakhir, ada titik yang kekurangan air bersih, jadi kami salurkan bantuan air. Jadi tidak ada hari tanpa mengirimkan air,” kata dia.
Dalam sehari, Polsek Cineam mendistribusikan sekira 2.000-3.000 liter air bersih. Kegiatan itu telah dilakukan rutin setiap hari sejak 2018. Hal itu dikarenakan di dua wilayah itu tidak terdapat sumber mata air atau umur.
Menurut dia, jika pihaknya tidak mendistribusikan air bersih, masyarakat harus membeli air bersih dengan harga Rp 3.000 per 30 liter air. “Bagi yang tidak mampu, mereka mencari ke lembah gunung berjalan kaki antara 1 kilometer untuk mengambil air,”ungkapnya.(*/Dang)
SEMARANG – Kota Tegal, Jawa Tengah yang menyandang status zona hijau sejak 4 Juli, mendadak ditemukan 26 kasus positif Covid-19. Padahal, sebelumnya disebut tanpa penambahan kasus positif, pasien dalam pengawasan (PDP), maupun orang dalam pemantauan (ODP).
Setelah Dinas Kesehatan Jawa Tengah turun langsung melakukan tes PCR terhadap ratusan warga, diketahui ada warga terkonfirmasi positif Covid-19. Dari tes yang dilakukan di Kota Tegal sejak 30 Juli hingga 5 Agustus 2020, tercatat sebanyak 26 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Jumlah tersebut ditemukan dari tes yang dilakukan terhadap sekitar 300 orang.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun meminta Pemerintah Kota Tegal menggencarkan upaya pencegahan penularan Covid-19, termasuk melakukan tes usap berbasis pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) secara massal. Dia mengatakan, Dinas Kesehatan Jateng juga membantu melakukan tes PCR di berbagai daerah, antara lain di Banyumas, Wonosobo, Wonogiri, dan Jepara.
“Masih ada 200-an yang belum keluar hasilnya. Mudah-mudahan hari ini keluar dan tidak ada penambahan positif Covid-19 ĺagi. Adanya pandemi ini kita saling bantu, Pemprov akan membantu melakukan tes di daerah-daerah,” kata Ganjar, Jumat (7/8/2020).
Sementara berdasarkan laman https://corona.tegalkota.go.id/, per Jumat 7 Agustus 2020, kasus terkonfirmasi Covid-19 Warga Kota Tegal sebanyak 20 orang. Dari jumlah tersebut 15 pasien masih dirawat, 4 sembuh, dan 1 meninggal dunia.
Sedangkan untuk kasus terkonfirmasi Covid-19 yang bukan warga Kota Tegal sebanyak 23 orang. Di antaranya 14 pasien masih dirawat, 6 sembuh, dan 3 meninggal dunia.
“Kita sudah komunikasi dengan wali kota dan wakil wali kota, ayo Kota Tegal semuanya ditata kembali, waspada lagi, dikuatkan lagi Tim Gugus Tugas, sosialisasi lagi. Tes jangan berhenti dulu, kalau perlu tesnya ditambahi. Jangan sampai kemarin sudah bagus ternyata tiba-tiba ada kasus positif Covid-19 karena kita tidak ada tes secara intens,” ujar Ganjar.
Dia menambahkan, Pemprov Jateng siap membantu pelaksanaan tes massal. “Pemkot Tegal tidak sendirian. Pemprov Jateng siap membantu tes. Sampai hari ini, Wonogiri tesnya masih berjalan. Tadi malam Pak Sekdanya masih telefon saya minta bantuan VTM (Viral Transport Media) lagi. Maka akan segera kami kirim,” pungkasnya.(*/ D Tom)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro