SUKABUMI – Banyak perusahaan membuat tenaga asing begitu digunakan sementara tenaga lokal seperti tak dipedulikan .
Tenaga kerja asing (TKA) anyar yang bekerja ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tahun ini terus bertambah.
Tercatat, hingga Juli para pegawai asing itu mencapai 149 orang.
Mayoritas mereka berasal dari Cina, Korea Selatan, dan Taiwan.
Dari data Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi, jumlah TKA yang menetap di Kabupaten Sukabumi sebanyak 474 orang. Jumlah tersebut dari 346 total TKA awal ditambah 149 TKA baru dan dikurangi TKA yang sudah pulang ke negara asalnya.
“Jumlah TKA yang kembali ke negaranya masing-masing sebanyak 21 orang. Hal tersebut lantaran izin tinggalnya sudah habis,” kata Kepala Seksi Penyediaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Disnakertrans Kabupaten Sukabumi Tatang Arifin.
Menurut Tatang, perusahaan yang banyak menyerap pegawai asing yakni bergerak di bidang garmen. “Kami tidak bisa memprediksi terkait jumlah TKA hingga akhir 2016.
Pasalnya, jumlah TKA tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan,” tandasnya. (*Yan)
PURWOREJO – Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) menegaskan akan merelokasi 36 Kepala Keluarga (KK) korban bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Purworejo.
Wujud relokasi hanya rumah sangat sederhana dan tanpa perabot rumah tangga.
Menurut Kepala BPBD Purworejo Boedi Hardjono, relokasi 36 KK itu karena rumahnya rusak total tertimpa longsoran tanah atau diterjang banjir.
“Kami sudah mendata dan berkoordinasi dengan pihak desa. Pihak desa dalam hal ini kami minta alternatif lokasi untuk penempatan relokasi,” kata Boedi,(27/6).
Tentu saja, imbunya, lokasi relokasi bukan di tempat asal rumah mereka berdiri sebelumnya. “Yang jelas akan kami pindahkan.
Kemungkinan masih dalam wilayah satu desa dengan rumah lama milik korban dan yang paling utama adalah relokasi di tempat yang aman dari kemungkinan bencana alam,” ucap Boedi.
Tak hanya kepada 36 KK yang harus mengikuti program relokasi, pemkab setempat juga mengajak kepada warga yang terdampak bencana alam pada Sabtu, 18 Juni 2016 untuk pindah dari lokasi tersebut.
“Harapan kami warga atau KK yang terdampak bencana kemarin ikut kami relokasi. Kalau mau ikut ya sekarang waktunya. Jangan sampai nanti setelah 36 KK sudah dilakukan relokasi mereka baru menerima tawaran kami.
Soalnya, ini berkait dengan pengusulan anggaran yang akan kami buat,” tandasnya.(*Ismo)
CIANJUR – Jalur Puncak II akan banyak dipilih sebagai jalur alternatif utama menjelang H-3 Lebaran pada masa mudik tahun ini. Meski digunakan sebagai jalur alternatif, kondisi jalan Puncak II di wilayah Kabupaten Cianjur sangat parah. Hal itu berbanding terbalik saat memasuki jalan wilayah Kabupaten Bogor. Menurut warga setempat, tak sedikit pengendara yang mengalami kecelakaan saat melintasui jalur itu.
Berdasarkan pantauan dilapangan (28/6), jalan Puncak II dimulai dari wilayah Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. memasuki wilayah tersebut, kondisi jalan jauh dari kata layak. Di sepanjang jalan hingga perbatasan Kabupaten Cianjur-Kabupaten Bogor, kondisi jalan rusak parah. Contohnya kondisi jalan di Kampung Sindangsari, Desa Batulawang, telah terjadi longsoran yang mengakibatkan badan jalan selebar 3 meter dan panjang 5 meter ambles.
“Awalnya hanya retakan, tapi makin lama makin besar, jadinya ambles. Dulu pernah ada yang meninjau orang dinas, tapi enggak ada tindak lanjut sampai sekarang. Kondisi jalan di sini rusak sampai Kampung Pajagan. Ke sananya (masuk wilayah Kabupaten Bogor) sudah agak bagus jalannya,” jelas Jafar (30), warga setempat.
Rusaknya jalan hingga Kampung Pajagan, Desa Batulawang terbukti benar. Setidaknya jalan sepanjang tiga kilometer di kampung itu rusak. Aspal di jalan tersebut sudah habis dan menyisakan batu besar dan tanah merah.
Doni Anggara (30), warga setempat mengatakan, kondisi jalur puncak II wilayah Desa Batulawang sejak lama sudah rusak dan belum ada perhatian serius dari pemerintah. Menurut dia, jalur tersebut menjadi alternatif utama ketika jalur puncak I macet, terlebih saat musim mudik Lebaran. Tidak hanya mobil dan sepeda motor, bus berukuran kecil juga melintasi ke jalur tersebut.
“Biasanya H-7 juga sudah banyak yang melintas ke sini. Puncaknya mah H-3,”tuturnya.
Kondisi jalan yang rusak seringkali membahayakan pengendara yang lewat, terutama saat musim hujan. Jalan yang sebagian besar terdiri dari batu dan tanah membuat kondisi jalan licin. Dia berharap, pemerintah tidak hanya berencana membangun jalur Puncak II, sebab jalur tersebut dinilai penting untuk akses warga dan pemudik saat Lebaran.
Berdasarkan data yang “PR” himpun, jalur alternatit tersebut menghubungkan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur dengan panjang jalan mencapai 53 kilometer yang akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama dibangung sepanjang 28 kilometer dari Kecamatan Babakan Madang (Sentul)-Sukamakmur–Jonggol. Tahap kedua dari Sukamakmur–Cariu sepanjang 15 kilometer dan terakhir Sukamakmur–Cipanas, Cianjur sepanjang 10 kilometer. Dengan lebar jalan mulai dari 7-10 meter.(PR/Yan)
SINGAPARNA – Benda bersejarah terkadang tidak dimengerti oleh masyarakat dan yang terjadi banmyak digunakan dan berakhir dengan kerusakan . Warga Kampung Mandala, Desa Margasari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya baru-baru ini menemukan sejumlah artefak yang diduga berusia lebih dari 200 tahun. Benda peninggalan sejarah yang pertama kali ditemukan di antaranya jubleg (tempat menumbuk padi terbuat dari batu), palipisan (tempat membuat obat-obatan zaman dulu), serta sejumlah pusara makam dengan nisan batu berbentuk seperti roket. Terakhir, warga juga menemukan pisin (piring kecil) serta pecahan mangkuk kecil porselen di sekitar permukiman.
Salah seorang tokoh Kampung Mandala, Totong Saprudin (47) menuturkan, benda bersejarah tersebut pertama kali ditemukan oleh sang kakek, Makmun, 25 tahun lalu. Makmun menemukan jubleg di area persawahan tak jauh dari rumahnya. Namun, karena ketidaktahuan warga, benda tersebut justru digunakan untuk keperluan sehari-hari mulai dari mengasah golok, menyuci, dan aktivitas warga lainnya.
“Awalnya kami tidak tahu apa-apa. Makanya barang-barang yang pertama kali ditemukan ya sudah aja dibiarkan. Malah digunakan untuk keperluan sehari-hari,” kata Totong saat dijumpai wartawan di Kampung Mandala, (15/60) .
Menurut Totong, warga mulai mengetahui bahwa benda-benda yang ditemukan adalah artefak kuno setelah seorang fasilitator pembangunan jalan lingkungan masuk ke desa mereka, enam bulan lalu. Fasilitator itu menyebutkan jika benda-benda seperti jubleg dan peninggalan lainnya merupakan benda bersejarah. “Ada yang hobi benda-benda kuno, pas melihat jubleg dia bilang itu benda bersejarah, tetapi orang di sini menganggap benda itu biasa saja,” kata Totong.
Sejak saat itu, ia bersama warga lainnya mulai mengumpulkan dan mendata benda-benda peninggalan tersebut agar tidak dicuri orang. Benda-benda tersebut tersebar di beberapa tempat namun masih dalam satu area kampung Mandala. Pisin ditemukan dalam kondisi tak utuh di pekarangan warga. Pada pisin dan mangkuk terdapat tulisan kuno serta gambar singa berkepala manusia dengan tulisan yang tidak dimengerti oleh warga setempat.
Sementara palipisan ditemukan terbenam di dalam sawah. Pada saat itu, warga bergotong-royong membangun jalan pemukiman. Tak jauh dari tempat itu, ditemukan pula sebuah jubleg persegi. Namun jubleg tersebut masih berada di posisi semula karena warga kesulitan mengamankannya.
Sementara temuan pusara mirip roket berada di Bukit Kembang Kertas. Saat ini tempat itu dijadikan tempat pemakaman warga kampung. Pusara tersebut terlihat berbeda dari yang lainnya dengan bentuk nisan seperti roket. Di bawah pusara tersebut ditemukan angka 1931 dan 1349 dalam satu pusara. Warga sendiri tidak dapat memastikan apakah angka-angka itu menunjukkan tahun kematian atau bukan.
Hingga saat ini, warga masih belum mengetahui secara pasti asal muasal benda bersejarah tersebut. Namun, menurut sesepuh di Kampung Mandala, benda tersebut merupakan peninggalan masyarakat yang hidup pada zaman pemerintahan Raden Tumenggung Wiradadaha I, Bupati Tasikmalaya pertama. Namun, kebenarannya masih harus dipastikan kembali oleh arkeolog.(PR/D Tom)
MAJALENGKA – Begitu banyak bangunan yang bersejarah tersebar di setiap kota sepert Masjid Jami Darussalam yang berada di Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka adalah masjid tertua di Kabupaten Majalengka yang diperkirakan dibangun abad ke-15 oleh anak buah Sunan Gunung Djati.
Kabarnya mesjid tersebut pernah disinggahi pula oleh H Agus Salim dan HOS Cokroaminoto.
Para pembantu Sunan Gunung Djati yang membangun masjid tersebut di antaranya adalah Ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan.
Menurut keterangan, marbut Masjid Jami Darussalam, Diat (60), masjid iu kini sudah mengalami tiga kali revovasi namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Renovasi pertama dilakukan tahun 1975 kemudian Tahun 1982 dan Tahun 2003. Masjid tersebut kini diperlebar ke arah samping kiri dan kanan masing-masing 10 meter dan ke depan sekira 8 meter.
Masjid aslinya hanya berukuran sekitar 10×12 meter. Di bagian tengah terdapat empat tiang kurang lebih setinggi 9 meter sebagai peyangga bangunan. Tiang di bagian bawah konon terbuat dari batu karang yang disambung-sambungkan setinggi kurang lebih 3 meter.
Tiang disambung dengan kayu jati berbentuk persegi 2X2 m.
Di samping kiri dan kanan mimbar terdapat dua ruangan kecil ukuran 3X2 m. Ruangan tersebut kini dipergunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan audio dan lainnya sedangkan ruang samping kanan dipergunakan sebagai tempat penyimpanan seluruh perabotan perang peninggalan anak buah Sunan Gunung Djati yang sebagian di antaranya masih utuh seperti tombak yang berjumlah 25 serta 4 keris, serta kursi Ki Gedeng Sawit.
Peninggalan yang masih tersisa dan asli lainnya adalah bedug kayu jati berdiameter 80 cm dengan panjang 1 m. Selama ini, pemerintah desa setepat hanya mengganti kulit bedug setiap tiga tahun sekali.
“Katanya bedug dibuat kembar tiga dari satu pohon jati. Satu bedug disimpan di masjid Gunung Djati yang terbuat dari pangkal jati, satu bedug di Banten dan satu lagi di Karangsambung,” jelasnya.(PR/Asp.T)
KARAWANG – Peredaran makanan yang mengandung berbagai racun sudah beredar luas ditengah masyarakat .
Tim gabungan dari berbagai instansi di Pemerintah Kabupaten Karawang, menemukan 5 jenis jajanan pasar yang tak layak dikonsumsi karena mengandung berbagai zat berbahaya.
Anggota tim gabungan itu berasal dari Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, dan Satuan Polisi Pamong Praja. Mereka mengambil 15 sampel jenis makanan yang dijajakan di Pasar Johar.
“Kita langsung melakukan uji sampel menggunakan alat rapid tes kit formalin, boraks, rodamin,” kata Koordinator Tim Kepala BKP, Abdul Aziz, di Pasar Johar, Kabupaten Karawang, (8/6). Ia mengatakan, dari 15 sampel makanan jajanan tersebut, sebanyak 5 jenis terbukti mengandung bahan kimia berbahaya.
Kelima makanan itu adalah cincau hitam yang mengandung boraks, pacar cina yang mengandung rodamin, serta tahu kuning, mi basah, dan ikan asin jambal yang terbukti mengandung formalin,” ujarnya.
Meskipun terbukti mengandung bahan kimia berbahaya, tim pengawasan tidak melakukan penyitaan kepada barang-barang yang dijual itu dan masih melakukan pembinaan. Menurut Aziz, dari hasil investigasi tim gabungan ini, sumber berbagai jenis makanan yang mengandung zat berbahaya itu didatangkan dari luar Karawang. Salah satunya, tahu kuning dari Bandung, ikan asin dari Jakarta, dan cincau hitam dari Rengasdengklok.
“Ini menjadi bahan untuk pembinaan oleh provinsi, kita hanya bisa melaporkan,” tuturnya.
Aziz berharap, masyarakat lebih cerdas membeli jenis makanan di pasar. Salah satu yang umum diketahui adalah cincau atau kolang kaling yang lebih kenyal jika menggunakan bahan kimia, serta biasanya menjadi lebih renyah rasanya.
Secara terpisah, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengaku telah mendapatkan laporan makanan berbahaya ini. Ia akan segera melakukan pembatasan bahan makanan yang masuk ke Karawang.
“Saya akan memerintahkan Disperindag untuk mengatur masuknya bahan-bahan makanan ini, mulai hari ini juga, jangan sampai masyarakat Karawang nantinya teracuni,” tandasnya.(*Eln)
INDRAMAYU – Perbaikan jalan seharusnya menjadi prioritas dari jauh hari karena setiap hari besar seperti baru dikerjakan .
Menjelang puncak arus mudik Idul Fitri, beberapa titik di Jalan Pantura yang rusak penuh lubang mulai diperbaiki. Hanya sayangnya, terhadap titik-titik tidak yang rusak itu dilakukan perbaikan total, tetapi cukup hanya dipoles dan ditambal sulam.
Kalau ada peninggian jalan hanya dilakukan sepenggal-demi sepenggal. Panjangnya lebih dari 3 Km. Perbaikan tambal sumbal ataupun peninggian jalan yang tidak menyeluruh itu yang membuat para pengendara, khususnya sepeda motor menjadi khawatir mengalami kecelakaan saat perjalanan mudik atau balik karena kondisi jalan yang bergelombang tidak tersentuh perbaikan.
Pemantauan dilapangan(4/6) pekerja bersama alat berat terlihat sedang memperbaiki titik kerusakan jalan di Desa Larangan Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dengan cara penginggian lapisan hotmix. Pekerjaan itu dilakukan sepenggal-sepengal alias tidak menyeluruh. Padahal kerusakan jalan khususnya di Pantura Desa larangan itu sudah terlihat parah.
Apalagi di dekat simpang tiga Larangan. Terdapat puluhan lubang jalan yang terlihat menganga. Lubang-lubang jalan itu beberapa bulan silam sudah ditambal. Namun setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir tambalan hotmix pada lubang jalan itu terelupas lagi. Sehingga lubang jalan terlihat menganga cukup lebar dan jumlahnya semakin bertambah.
“Kerusakan jalan di Simpang Tiga Larangan sudah seringkali ditambal tapi rusak lagi rusak lagi karena penambalannya tidak serius,” kata Rasmin, 52 warga Kecamatan Lohbener. Ia mengharapkan luban jalan itu tidak hanya ditambal saja. Melainkan digali terlebih dahulu kemudian diberi lapisan hotmix dan dipadatkan menggunakan mesin penggilas jalan.
“Pemadatannya jangan hanya menggunakan stamper, mesin pemadat jalan yang bentuknya sangat kecil seperti setrikaan. Jalan Pantura ini Jalan Nasional, dilalui segala kendaraan dengan bobot muatan yang sangat berat. Tonase mobil barang yang melintas sampai 50 ton, sedangkan pemadatan menggunakan stamper hanya untuk kendaraan bermuatan satu atau dua ton,” kata Usman, 49 warga yang lain.
Selain perbaikan jalan hanya dengan penambalan lubang jalan atau peninggian lapisan hotmix yang dilakukan hanya sepenggal dua penggal, juga pekerja terlihat mengecat trotoar atau median jalan yang sudah terlihat kusam.
Pengecetan median jalan itu penting karena pengalaman puncak arus mudik dan arus balik banyak pengemudi kendaraan bermotor-khususnya malam hari yang kondisinya gelap menabrak median jalan karena tidak melihat rambu-rambu median jalan seperti cat zebra.(*Asp)
CIANJUR – Polres CIanjur mengungkap kasus perdagangan dan prostitusi online dengan korban masih dibawah umur di Villa Cipendawa, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
“Satreskrim Polres Cianjur telah melakukan penangkapan terhadap yang diduga tindak pidana perdagangan orang dan prostitusi online dibawah umur,” jelas Kepala Bidang Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus,(2/6).
Hingga kini kasus tersebut masih dalam pemeriksaan lebih lanjut oleh jajaran Polres Cianjur.
Dia menjelaskan, kasus terungkap dari laporan masyarakat, hingga akhirnya berhasil mengamankan dua tersangka seorang perempuan dan laki-laki warga Cianjur serta korban empat gadis yang masih dibawah umur.
Selanjutnya polisi melakukan pengembangan kasus prostitusi online dan perdagangan orang itu hingga berhasil mengamankan dua tersangka lainnya.
“Kami kemudian melakukan pengembangan terhadap jaringan prostitusi online dan perdagangan manusia itu,” katanya.
Yusri menambahkan hasil pengungkapan dari para tersangka itu diketahui banyak korban wanita dibawah umur yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Sebanyak sembilan gadis korban yang diperjualbelikan dan dijadikan PSK itu diamankan polisi dengan usia berkisar 17-18 tahun.
Kasus tersebut selanjutnya ditangani oleh jajaran Polres Cianjur untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. (*Yan)
PROBOLINGGO – Dengan adanya aktivitas Gunung Bromo terus meningkat dengan mengeluarkan abu vulkanik. Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau, warga dan pengunjung agar berhati-hati.
Berdasarkan pengamatan PVMBG di pos pantau Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, aktivitas Gunung Bromo cenderung meningkat. Meski status Gunung Bromo masih di level dua atau waspada, namun gunung ini terus erupsi.
Material erupsi berupa abu vulkanik dalam intensitas sedang hingga ringan kerap memapar di desa terdekat gunung ini. sesuai dengan arah angin yang meniupnya..
Dalam tiga hari terakhir, Gunung Bromo terus keluarkan abu vulkanik, dan hingga kini memapar Dusun Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, dan Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber.
Suara gemuruh dan dentuman terkadang terdengar, dan pada Selasa 31 Mei 2016 malam, teramati adanya sinar api yang keluar dari kawah Gunung Bromo. Meski begitu, warga tampak tidak terganggu dan masih tetap beraktivitas seperti biasa.
Pihak PVMBG mengimbau, warga dan pengunjung benar-benar mentaati rekomendasinya agar tidak berada dalam zona bahaya atau masuk dalam radius satu kilo meter dari bibir kawah.
Pasalnya, material belerang, abu vulanik, dan pasir masih saja keluar dari kawah gunung ini dan masih terdengar dentuman gunung yang sangat berbahaya bagi warga dan wisatawan yang memasuki zona bahaya.
Meski demikian, wisata Gunung Bromo masih aman dan siap dikunjungi wisatawan asal mereka mentaati rekomendasi PVMBG agar tidak memasuki zona bahaya, apalagi mendaki ke kawah.(*Gio)
BANYUWANGI – Puluhan masyarakat Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, (31/5), mendatangi Gedung DPRD Banyuwangi. Mereka ke dewan terkait rencana pembangunan pabrik semen oleh PT Indocement. Mereka menolak adanya pabrik semen di wilayah tersebut.
“Kami minta DPRD bisa menjembatani aspirasi masyarakat Bulusan. Kami menolak adanya pembangunan pabrik semen,” kata salah satu warga Bulusan saat melakukan orasi.
Menurut Ketua Forum Masyarakat Bulusan Cinta Lingkungan (FMBCL), Ratno Wibowo, masyarakat di Kelurahan Bulusan seluruhnya menolak pembangunan pabrik semen. Sebab pengaruh terhadap lingkungan di sekitar Bulusan nantinya cukup besar.
“Pembangunan pabrik semen akan menurunkan kuantitas dan kualiitas air, pencemaran udara dan hilangnya spesies hewan dan tumbuhan di sekitar pabrik. Ditambah lagi kebisingan pabrik semen saat berproduksi akan mengganggu kenyamanan masyarakat,” ujarnya kepada detikcom.
Menurut Ratno, sebagian warga mengaku dipaksa dan dikondisikan saat persetujuan pembangunan pabrik semen tersebut. Sehingga pihaknya bersama warga yang lain yang terdampak melakukan penolakan.
“Kami merasakan adanya pemaksaan kehendak dan pengkondisian terhadap warga. Pada akhirnya kita bersikap menolak seluruh rencana pembangunan pabrik semen milik PT Indocement Tunggal Perkasa tbk. Kami khawatir jika nantinya masyarakat banyak yang sakit terkena ISPA karena debu dari pabrik semen itu,” pungkasnya.
Keresahan masyarakat Bulusan ditanggapi serius oleh DPRD Banyuwangi. Wakil rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Banyuwangi, Fiki Septalinda, meminta pembangunan pabrik semen yang dilakukan oleh PT Indocement dihentikan sementara. Sebab hingga saat ini masih ada penolakan dari masyarakat sekitar.
“PT Indocement harus menjelaskan keresahan yang dialami oleh warga masyarakat Desa Bulusan. Kita minta tidak muncul konflik berkelanjutan akibat pabrik semen ini,” ujarnya saat memimpin dengar pendapat di salah satu ruangan di DPRD Banyuwangi.
Sementara itu, Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Banyuwangi, Abdul Kadir mengatakan, terkait rencana pembangunan pabrik di Kelurahan Bulusan, PT. Indocement sudah melakukan sosialisasi dan memberikan kompensasi kepada warga sekitar. Selain itu, PT. Indocement juga mengajukan izin lingkungan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Propinsi Jawa Timur.
“Sudah disetujui itu. Masyarakat tidak bisa serta merta menolak. Hanya saja izin lingkungan itu nantinya akan direvisi sesuai dengan kekhawatiran masyarakat atas dampak lingkungan akibat pembangunan pabrik semen itu,” paparnya.(*Gio)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro