JAKARTA - Pengamat ekonomi Universitas Cendrawasih (Uncen) Ferdinand Risamasu menilai, program BBM Satu Harga yang diterapkan di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) tidak hanya berdampak pada sektor transportasi tapi juga sektor pendidikan.
"BBM Satu Harga memiliki efek domino ke seluruh aktivitas, baik di bidang produksi, pertanian, perhubungan darat, perhubungan laut. Bahkan bidang pendidikan dan bidang kesehatan pasti ada," katanya, (1/2).
Menurutnya, luasnya efek domino BBM Satu Harga karena sebagian besar kegiatan masyarakat terkait dengan energi, baik langsung maupun tidak. Pertanian misalnya, meski secara langsung tidak terkait, namun untuk memasarkan hasil tani tetap membutuhkan transportasi yang terkait erat dengan penggunaan BBM.
Dia menjelaskan, di Ilaga, masyarakat memang merasakan manfaat program tersebut. Di mana, anak-anak di distrik yang terletak di Kabupaten Puncak tersebut sekarang bisa belajar lebih tenang. Dengan harga BBM yang jauh lebih murah, warga bisa menyalakan genset setiap malam untuk penerangan.
Manfaat BBM Satu Harga juga berdampak pada kebutuhan pangan pokok dan biaya transportasi. "Kami semua sangat merasakan manfaatnya," imbuh Ferdinand.
Sebelum program BBM Satu Harga, warga di Papua bisa merogoh kocek sampai Rp 60 ribu untuk memperoleh satu liter Premium. Namun sejak program tersebut diresmikan 17 Agustus 2016, warga bisa membeli BBM dengan harga yang sama seperti di Pulau Jawa. BBM jenis Premium misalnya, warga hanya mengeluarkan Rp 6,450 per liter, dan jenis Solar Rp 5.150 per liter. (*/Adyt)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro