JAKARTA - Lebih dari satu tahun pemerintahan Jokowi-JK, yang merupakan sama-sama orang sipil, ternyata tak membuat publik melupakan sosok militer. Bahkan, ternyata publik masih merindukan sosok militer dalam Pilpres 2019 mendatang.
Mayoritas publik, atau sekitar 40,5 persen, menghendaki presiden RI 2019-2024 kembali dipegang dengan latar belakang TNI. Sementara itu, 21,4 persen publik menghendaki capres berlatarbelakang sipil dan 27,3 persen tidak lagi mempersoalkan sipil maupun militer. Sedangkan 10,8 persen menjawab tidak tahu.
Setelah data di atas diperoleh, Segitiga Institute pun mencoba memberikan pertanyaan tertutup dengan menawarkan empat nama. Nama ini dipilih karena berada di puncak tertinggi TNI. Yaitu mantan Panglima TNI Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI Agus Suhartono, mantan Panglima TNI Moeldoko dan Panglima TNI saat ini Gatot Nurmantyo.
Dari data yang diperoleh, ternyata pilihan tertinggi jatuh pada Gatot Nurmantyo. Tingkat elektabilitas Gatot mencapai 35, 9 persen. Disusul oleh Djoko Suyanto (27, 4 persen), Moeldoko (22, 6 persen) dan Agus Suhartono (14,1 persen).
Menarik bila nama Pramono Edhi Wibowo dimasukkan ke dalam pertanyaan survei. Posisi Pramono berhasil mengungguli posisi Agus Suhartono. Rincian lengkap dengan lima nama adalah Gatot (34,7 persen), Djoko Suyanto (25,2 persen), Moeldoko (19,3 persen), Pramono Edhi (18,6 persen) dan Agus Suhartono 2,2 persen.
Berdasarkan survei ini, ditemukan bahwa publik menentukan capres berdasarkan beberapa alasan. Misalnya, sekitar 40,5 persen memilih capres militer karena dinilai bisa memecahkan persoalan bangsa; sekitar 15,2 persen karena menilai karena kepribadian capres itu sendiri; sekitar 12,4 persen karena program kerja yang ditawarkan capres; sekitar 8,3 persen karena rekam jejak capres; dan sekitar 4,8 persen karena latar belakang agama. Sisanya, di bawah 2 persen karena faktor lainnya seperti alasan ekonomi, asal suku capres, dan partai yang mengusung capres.
Faktor lain yang membuat elektabilitas Gatot melejit karena masih menjabat sebagai Panglima TNI dan dinilai memiliki pengaruh yang kuat di kalangan militer. Temuan lain, ketika nama Gatot dipertanyakan secara head to head dengan Jokowi. Jokowi tetap unggul dengan posisi 59,3 persen. Sementara Gatot berada di posisi 38,5 persen.
Sementara yang belum mau menjawab 2,2 persen. Meski cukup terpaut jauh, namun angka ini sangat mengacam Jokowi. Dengan jangka waktu masih lama atau sekitar 3 tahun lagi menjelang Pilprres 2019, Gatot menjadi ancaman sangat nyata bagi Jokowi.
Survei ini digelar pada tanggal 4 Januari sampai dengan 15 Januari 2016 di 34 provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Populasi survei ini adalah seluruh calon pemilih dalam Pemilu 2019 atau seluruh penduduk Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah.
Sementara itu, jumlah sampel dalam survei ini sebanyak 1225 responden, yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara berjenjang atau multistage random sampling. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen, dengan margin of error plus minus 2,8 persen.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden dengan pedoman kuesioner. Untuk diketahui, Segitiga Institut merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dan konsen dengan isu-isu publik, terutama konsolidasi demokrasi. (PR/Sam)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro