YOGYAKARTA - Penambangan pasir ilegal di pesisir selatan Kabupaten Bantul, Yogyakarta kian marak. Empat titik area lahan pasir kini berubah menjadi kawasan penambangan.Tambang pasir tersebut tersebar di Desa Gadingsari, Sanden sebanyak tiga titik serta di Desa Gadingharjo, Sanden satu titik.
“Di Gadingsari lokasinya di Dusun Wonoroto, di Gadingharjo masuk Dusun Karanganyar,” kata salah seorang warga Gadingsari, Marwoto (43), (29/1/2016).
Menurut dia, di pesisir tersebut, tambang-tambang baru itu bermunculan sekitar sebulan terakhir. Semula kata dia hanya ada satu hingga dua titik penambangan pasir di wilayah ini. Seiring waktu, jumlahnya terus bertambah dan kini area penambangan kian luas. “Kalau ditotal sekarang luasnya sudah mencapai puluhan hektare,” katanya.
Para penambang, kata dia, tidak hanya mengeruk keuntungan dari material pasir, melainkan juga tanah di lokasi penambangan untuk kepentingan urug tanah. Aktivitas penambangan pasir itu dilakukan di tanah milik pribadi dan lahan pasir yang diklaim pemerintah sebagai Sultan Ground (SG). Kondisi tersebut menurutnya merugikan lingkungan sekitar.
Tanah dan pasir sebagai penahan air kini rusak karena ditambang. Selain itu, lahan pertanian yang ada di sekitar tambang juga terganggu lantaran debit air berkurang.
Padahal, kata dia, petani penggarap lahan di sekitar tambang tidak hanya berasal dari Dusun Wonoroto atau Karanganyar namun juga berasal dari dusun lain masih desa yang sama. “Jadi yang terdampak tidak cuma warga dua dusun di lokasi pertambangan, juga warga dusun lain yang bertani di sana,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Gadingsari, Sanden, Bantul, Mulyadi membanarkan munculnya tambang-tambang baru di wilayahnya.“Di Gadingsari sekitar tiga itu jumlahnya, ada dua yang kelihatan. Yang satunya kadang hilang, kadang muncul,” ucapnya.
Selama ini pun, kata dia, pemerintah tidak diam melihat maraknya penambangan pasir ilegal alias tak berizin itu. Pemerintah desa telah menyampaikan hal ini ke Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bantul. Namun para penambang memilih kucing-kucingan.
“Masalahnya kalau ada petugas datang, penambangannya berhenti, nanti kalau petugas pergi muncul lagi. Dukuh setempat juga repot kalau setiap saat harus menunggui lokasi tambang,” tandasnya.(*Roy)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro