BOGOR - Hingga hari ketujuh pascakejadian bencana banjir bandang dan longsor yang menimpa 22 kecamatan dan 128 desa di Kabupaten Bogor jumlah korban jiwa tercatat sebanyak 17 orang. Sedangkan, 4 orang dinyatakan hilang dan 9 orang lainnya mengalami luka-luka.
Komando Tim Tanggap Bencana Kabupaten Bogor Letkol Inf Harry Eko Sutrisno mengatakan, dari 17 orang korban yang meninggal dunia itu 11 orang di antaranya tewas di hari kejadian. Sedangkan, 6 orang lainnya meninggal dunia pascakejadian.
"Total ada 17 orang yang meninggal dunia. 11 orang meninggal dunia di hari bencana alam banjir bandang dan longsor, sementara 6 orang lainnya meninggal dunia pasca peristiwa bencana alam tersebut," kata Harry kepada wartawan, Rabu (8/1/2020).
Pria yang menjabat sebagai Komandan Kodim 0621 ini menerangkan, untuk empat orang korban bencana alam banjir bandang yang hilang itu hingga kini belum ditemukan. Untuk itu, personel gabungan mulai dari Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri akan mencari jasad para korban hingga masa tanggap darurat pada Kamis (16/1/2020) mendatang.
"Ada 3 orang yang tertimbun longsor di Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya dan 1 orang yang hanyut terbawa banjir bandang di Sungai Cidurian di Kecamatan Jasinga. Hingga kini masih dalam proses pencarian dan jika hingga batas waktu tanggap bencana habis maka bisa saja akan diperpanjang masa pencariannya sesuai hasil evaluasi Tim Tanggap Bencana," terangnya.
Terpisah, Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan meminta jajarannya dalam memberikan laporan harus dipilah terlebih dahulu sebelum melapor ke pos utama tanggap bencana. Dia tak menginginkan orang yang meninggal dunia karena sakit atau orang yang hilang dimasukkan ke dalam korban meninggal dunia saat peristiwa terjadi.
"Saya sudah minta ke BPBD, camat atau personel tim tanggap bencaa lainnya agar tidak memasukkan orang meninggal dunia karena sakit atau orang yang hilang dimasukkan ke dalam korban meninggal dunia akibat bencana alam. Saya minta kita satu suara dan yang berhak itu menyatakan itu korban meninggal dunia karena bencana alam itu hanya Komando Tim Tanggap Bencana dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor," pinta Iwan.
Sementara itu, Tim DVI Polres Bogor yang dipimpin Dr Elynda Vidiyana Ekawati dan Tim DVI Biddokkes Polda Jabar yang dipimpin dr Reza Bayu sudah melakukan pengambilan sampel DNA keluarga sebagai DNA pembanding apabila nanti jasad korban sudah ditemukan.
Dia menerangkan, data primer tersebut diambil dari sidik jari dan bentuk gigi geligi odontogram. Sedangkan, untuk data sekunder itu berdasarkan tanda tanda fisik korban semasa hidup misalnya bekas luka, tahi lalat,tanda lahir, tato atau tanda fisik yang khas lainnya.
"Pengambilan DNA untuk data primer ini diambil dari orang tua kandung atau saudara kandung yang diduga korban", terangnya.
Dia menjelaskan, tindakan pengambilan data pembanding DNA ini bertujuan untuk membantu analisa identitas korban bencana alam banjir bandang dan longsor.
"Apalagi para korban ini kan sudah tertimbun tanah atau material bangunan lebih dari tujuh hari sehingga untuk proses identifikasi korban bisa sangat menyulitkan tum DVI dan Biddokkes karena rusaknya jasad korban," jelas Elynda. (*/He)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro