JAKARTA - Lima hari kampanye terbuka capres-cawapres belum dimanfaatkan dengan baik oleh para kandidat. Hal itu pula yang dialami capres petahana. Alih-alih menjawab kegelisahan publik atas kinerja petahana, konten kampanye Jokowi justru keluar dari kebutuhan yang semestinya dipenuhi. Duuh, Jokowi.
Sedikitnya terdapat tiga narasi besar yang disampaikan Jokowi dalam lima hari kampanye terbuka atau rapat umum ini yakni soal perlawanan terhadap hoaks yang menimpanya, baju putih versus jas serta program kartu baru yang dijanjikan di periode kedua yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Pra Kerja serta Kartu Sembako Murah.
Sayangnya, tiga narasi tersebut tak mencerminkan kebutuhan yang seharusnya dilakukan oleh Jokowi di momentum krusial 20 hari jelang hari H pencoblosan ini. Setidaknya data Drone Emprit mengungkapkan selama tiga bulan terakhir terhitung dari 24 Desember 2018 hingga 26 Maret 2019 isu yang paling banyak terkait dengan Jokowi terkait dengan persoalan janji dan tudingan kebohongan.
"Isu soal China dan PKI masih relevan (bagi Jokowi), tapi soal isu agama tak lagi relevan. Yang paling relevan adalah soal janji dan tudingan kebohongan," ujar Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit saat berbincang dengan INILAH.COM, Kamis (28/3/2019).
Dari data Drone Emprit terungkap dalam kurun waktu tiga bulan, persoalan janji dan tudingan kebohongan Jokowi menempati posisi puncak yang paling banyak dibincangkan oleh warga internet khususnya di media sosial Twitter yakni sebanyak 394.356, isu kedua soal klaim Jokowi atas sejumlah kinerja infrastruktur juga mendapat sorotan nomor dua yakni sebanyak 112.079.
Di posisi ketiga, Drone Emprit mengungkapkan persoalan kepemimpinan (leadership) Jokowi juga mendapat sorotan netizen dengan penyebutan sebanyak 105.416. Sedangkan isu mengenai PKI menempati posisi keempat 95.920, isu China sebanyak 72.408 dan isu tentang Jokowi dan agama menempati posisi buncit yakni sebesar28.269.
Ismail belum mengukur sejauh mana mitigasi yang dilakukan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf terhadap isu yang menjadi perhatian publik yakni soal isu janji dan tudingan kebohongan ini. "Kami belum mengukur sejauh mana mitigasi (terhadap isu janji dan tudingan kebohongan, red)," sebut Ismail.
Alumnus ITB ini mengingatkan agar Jokowi dan TKN memberi perhatian serius soal janji yang paling banyak mendapat sorotan publik khususnya warga internet. "Yang pasti soal janji ini yang harus diperhatikan. Dan akan menjadi bahan serangan oposisi sampai pencoblosan," saran Ismail.
Dia menilai tiga narasi besar yang disampaikan Jokowi selama masa kampanye terbuka atau rapat umum belum menjawab persoalan yang sejatinya dihadapi oleh Jokowi. Sayangnya, kata Ismail, Jokowi justru membuat janji baru berupa tiga kartu. "(Kampanye) belum menjawab sama sekali (persoalan yang menjadi sorotan publik). Malah bikin janji baru," sebut Ismail.
Temuan Dorne Emprit ini linier dengan temuan Charta Politika yang mengungkap soal alasan mengapa pemilih tidak memilih pasangan Jokowi-Maruf bukan karena faktor isu agama. "Ternyata soal berbeda antara ucapan dan perbuatan atau tidak dipercaya, kedua tidak menepati janji serta ketiga kurang tegas atau berwibawa," ujar Yunarto Wijaya awal pekan ini.
Sisa waktu 20 hari ke depan menjelang Pilpres masih ada peluang bagi Jokowi dan tim untuk memperbaiki narasi dan yakinkan publik soal janji dan tudingan kebohongan terhadap kandidat petahana. Jika tidak segera ditangani, tidak mustahil mimpi dua periode sulit terwujud.(*/Adyt)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro