PALEMBANG – Warga di delapan kabupaten di Sumatera Selatan diminta untuk mewaspadai hujan disertai petir karena berpotensi mengalami bencana banjir dan longsor pada 13-15 Januari 2020.
Dikutip dari Antara, Kasi Informasi dan Observasi BMKG SMB II Bambang Benny S mengatakan, wilayah yang berpotensi mengalami genangan/banjir, banjir bandang dan tanah longsor yakni Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, dan Kabupaten Muara Enim.
Menurut dia peningkatan intensitas hujan di wilayah tersebut seiring aktifnya musim hujan di wilayah Sumsel dengan indikasi menguatnya Angin Muson Cina Selatan (Muson Barat) yang sarat uap air dan melalui wilayah Indonesia pada umumnya.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan curah hujan dan adanya potensi hujan disertai petir dan angin kencang yang umumnya terjadi pada siang-sore hari sedangkan potensi hujan ringan-sedang yang berlangsung lama (kontinyu) apabila terjadi pada malam-dini hari.
Permukaan Sumsel yang berkarakteristik rawa dan sungai menjadi penyuplai uap air dan adanya pusat tekanan rendah di wilayah Australia (Belahan Bumi Selatan) menyebabkan adanya belokan (trough) dan pertemuan massa udara (konvergensi) di wilayah Sumsel.
Hal ini meningkatkan pertumbuhan awan konvektif (awan hujan akibat pemanasan matahari), sedangkan pada wilayah Sumsel bagian Barat (Dataran Tinggi Bukit Barisan) Angin Lembah yang terjadi mendapat pasokan uap air dari Samudera Hindia yang meningkatkan pertumbuhan awan Orografik (awan hujan akibat ketinggian permukaan).
Berdasarkan kondisi tersebut menyebabkan peningkatan dan kontinyuitas (terus menerus) curah hujan di wilayah Sumsel bagian barat yakni pada wilayah dataran tinggi (Bukit Barisan) yang akan berdampak potensi adanya bencana hidrometeorologi.
Sedangkan potensi bencana hidrometeorologi angin kencang/puting beliung dan genangan/banjir) yakni wilayah Kota Pagar Alam, Kota Prabumulih, KabupatenBanyuasin, Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Secara khusus hujan yang disebabkan awan konvektif dan orografis pada siang-sore hari di wilayah Sumsel ini akan berpotensi tetap terjadi hingga tujuh hari ke depan.
Secara umum, berdasarkan prakiraan BMKG diketahui kondisi hujan disertai petir dan angin kencang di wilayah Sumsel akan meningkat pada tanggal 13-15 Januari 2020, kemudian mengalami penurunan 16-18 Januari 2020 dan akan kembali meningkat pada 19-20 Januari 2020.
“Kami mengimbau masyarakat dan stakeholder terkait untuk tetap waspada dan update informasi dan peringatan dini cuaca dari BMKG,” kata dia, di Palembang, Selasa (14/1/2020).
Ia mengatakan, para pemangku kepentingan diharapkan melakukan perbaikan infrastruktur lebih tahan bencana, membersihkan dan memperbaiki drainase, memangkas/mengurangi dahan dan ranting pohon agar tidak tumbang, perbaikan DAS/Daerah Aliran Sungai, menyiapkan kolam-kolam retensi.
Warga juga diminta berhati-hati beraktivitas di luar rumah dengan tidak berteduh di bawah pohon dan menghindari genangan yang berpotensi kemacetan apabila terjadi hujan pada siang-sore hari.(*/Gint)
SEMARANG – Banjir melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir. Paling banyak, banjir terjadi akibat jebolnya tanggul sungai.
Yang cukup parah terjadi di Desa Trimulyo, Kecamatan Guntur, Demak. Di mana akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang, ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir dengan ketinggian yang cukup tinggi.
Menindaklanjuti hal ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung membentuk tim khusus yang diberi nama Tim Jaga Kali. Tim ini bertugas memantau kondisi sungai, agar peristiwa ambrolnya tanggul tak terulang.
Tim ini menurut Ganjar melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai, Pemprov Jateng dan pemkab ataupun pemkot. Tim ini menurut dia, akan rutin melakukan patroli di aliran sungai.
“Maka fungsi tanggul ini jangan diotak-atik untuk apapun. Jangan ditanami, jangan bikin pintu air dan jangan ngambil air dengan membuat gorong-gorong. Ini harus kita rawat. Karena begitu ini rentan, jika curah air hujan tinggi akan langsung dihajar. Kita bentuk tim Jaga Kali untuk patroli,” kata Ganjar,(14/1/2020).
Berdasarkan hasil evaluasi, lanjut Ganjar, jebolnya tanggul menyebabkan banjir di beberapa titik. Dari aliran Sungai Tuntang saja sudah menyebabkan banjir di Demak dan Grobogan.
Selanjutnya di Brebes, yang juga ada sedimentasi. Ganjar mengapresiasi respon cepat yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang langsung terjun ke lokasi.
“Ini tindakan cepat. Kalau saya melihat di Sungai Tuntang, di sebelah kirinya adalah kawasan pemukiman yang jelas lebih rendah dari Sungai Tuntang. Maka tanggul ini fungsinya adalah mengamankan, sehingga air tidak limpas atau masuk ke pemukiman,” kata Ganjar.
Untuk itu, Ganjar menghimbau tim Jaga Kali untuk selalu berpatroli dan mengecek kerusakan tanggul. “Kita perlu sosialisasi dan patroli jaga kali. Kenapa? Air mesti kita jaga terus dan semua menggunakan. Tapi selalu saja ada daerah rawan yang di situ perlu tanda peringatan dan sesekali ada patroli apakah di situ ada gangguan atau tidak,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, Ganjar mengatakan, pemerintah pusat maupun daerah terus menggalakkan penanaman pohon secara massal di hulu. Di Jawa Tengah, upaya reboisasi dilakukan di kawasan Gunung Muria, Pegunungan Kendeng dan daerah hulu lainnya.
“Kami bekerja sama merawat sedimentasi. Meski ini ranahnya BBWS tapi kami siap bantu. Kalau semua diserahkan PUPR duitnya tidak cukup. Tapi sedimentasi bukan hanya soal mengeruk lho. Sekarang kita tanam terus dalam beberapa minggu ini. Di Muria, Kendeng dan hulu yang lain,” pungkasnya.
Senin (13/1/2020) kemarin, Ganjar juga meninjau lokasi tanggul jebol di Sungai Tuntang, dan mengunjungi pengungsi.
Ada dua sisi tanggul Sungai Tuntang di Desa Trimulyo yang jebol. Tujuh eskavator telah diterjunkan ke lokasi untuk menggarap tanggul semipermanen. Sebelumnya tanggul darurat telah dibangun namun tak kuasa membendung derasnya arus sungai.
Musibah banjir dan rob yang melanda Kota Semarang juga mendapat perhatian serius Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Usai pulang dari Jeddah Arab Saudi mengikuti kegiatan pameran industri kreatif dan pariwisata asal Jateng, pada Selasa (4/12) siang, Ganjar langsung berkeliling untuk meninjau lokasi-lokasi yang tergenang banjir dan rob di Kota Semarang.(*/D Tom)
SERANG – Status tanggap darurat bencana banjir dan longsor yang sudah ditetapkan Gubernur Banten Wahidin Halim, sejak 1 Januari berakhir hari ini, 14 Januari 2020. Meski status tanggap darurat bencana berakhir, masih ada korban banjir bandang dan tanah longsor yang bertahan di posko-posko pengungsian di Kabupaten Lebak.
“Status tanggap darurat ditetapkan oleh Gubernur dari tanggal 1 sampai 14 (Januari) sudah berakhir. Karena secara umum bahwa penanganan bencana walaupun mungkin pengungsi tetap ada, tapi tidak dilanjut ke tahap perpanjangan,” ujar Plt Kepala BPBD Banten, E Kusmayadi kepada wartawan.
Ia menjelaskan, meski status tanggap darurat berakhir, bantuan logistik tetap disalurkan kepada para korban di daerah-daerah yang aksesnya terputus maupun yang berada di posko pengungsian.
“Logistik tetap telah disuplai menggunakan pesawat dari TNI dan helikopter dari TNI yang di-BKO-kan oleh Kodim Lebak. Jadi tetap walaupun masa tanggap darurat sudah berakhir, untuk pemulihan tetap berjalan,” ujarnya.
Selain logistik, pemenuhan pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak korban banjir tetap diberikan.
Kusmayadi menambahkan, saat ini Pemprov Banten bakal menetapkan masa transisi darurat bencana. Secara bersamaan, proses rehabilitasi kawasan yang terdampak bencana juga akan dilakukan.
“Tentu akan dilakukan proses pasca (bencana), yakni rehabilitasi, rekonstruksi,” ucapnya.
Sekadar diketahui, status tanggap darurat bencana ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 362/Kep.I-Huk/2020 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Wilayah Provinsi Banten Tahun 2020.(*/Dul)
BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim beberapa proyek pengendali banjir di Jawa Barat, mulai dari hulu di Bogor hingga di Bekasi selesai tahun 2020.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dibantu oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang merampungkan pembangunan dua bendungan di Bogor yaitu Bendungan Ciawai dan Sukamahi lantaran pengerjaannya sudah mencapai 50 persen.
Selain dua bendungan itu, Ridwan Kamil menyebut, di Bekasi tepatnya di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas, sedang dibangun proyek pengendali banjir dengan menghabiskan anggaran hampir Rp 4 triliun.
“Insya Allah kami kebut agar bisa mengurangi banjir di bekasi,” kata Ridwan Kamil usai mendampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau Terowongan Curug Jompong di Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Senin 13 Desember 2020.
Selain, di Bogor dan Bekasi, Pemprov Jawa Barat dibantu oleh Kementerian PUPR juga melanjutkan proyek Bendungan Cideet di Karawang.
Untuk proyek Terowongan Curug Jompong, Ridwan Kamil berupaya memahami betul mekanisme kerja trowongan sehingga bisa disampaikan kepada masyarakat secara lugas.Basuki Hadimuljono mengonfirmasi, kementeriannya saat ini tengah mengerjakan proyek di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas di Bekasi sehingga banjir bisa dikendalikan, tidak seperti yang terjadi awal tahun 2020.
Sementara untuk pengendalian banjir di Cekungan Bandung, dia menargetkan seluruh proyek bisa selesai tahun 2020 sehingga tahun berikutnya bisa melanjutkan proyek di kawasan hilir.
Basuki Hadimuljono mengatakan, di Cekungan Bandung, selain pembangunan Terowongan Curug Jompong, dia juga telah menormalkan anak Sungai Citarum di Rancaekek, di antaranya Sungai Cikijing, Cikeruh, Cimande, dan Up Stream Citarum.
“Kemudian drainase di jalan nasional sudah kami buat,” ujarnya.
Kepala BBWS Citarum Bob Arthur Lombogia menyampaikan, Terowongan Curug Jompong dengan panjang 230 meter dan diameter 8 meter mampu mengalirkan air di Sungai Citarum sekira 700 meter kubik per detik.
Terowongan Curug Jompong merupakan salah satu proyek pengendalian banjir. Lokasinya berada di kawasan hilir.
Saat ini BBWS Citarum tengah mengerjakan beberapa proyek di kawasan hulu dengan melakukan serangkaian kegiatan normalisasi di empat anak Sungai Citarum.(*/Hend)
INDRAMAYU – Kondisi cuaca di laut Jawa akhir-akhir ini belum sepenuhnya bersahabat dengan para nelayan lantaran masih diwarnai ombak tinggi, terjangan angin kencang serta dibarengi curah hujan yang tinggi.
Karena itu para nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang memiliki perahu kecil dengan bobot di bawah 10 Gross Ton lebih memilih berdiam diri di rumah alias tidak mencari tangkapan laut karena resiko yang dihadapi saat berlayar di laut cukup tinggi.
Salah seorang nelayan, Warnata (38), mengemukakan cuaca kembali normal diperkirakan memasuki pertengahan bulan 2. “Kalau sekarang-sekarang ini ombak laut masih cukup tinggi, anginnya cukup kencang mengganggu jaring yang telanjur ditebar di laut,” ujarnya.
Ditanya soal gangguan curah hujan, kata Warnata, hujan sebenarnya tidak jadi soal. Gangguan hujan dinilai tidak seberapa jika dibandingkan ombak yang tinggi serta angin kencang. “Ombak tinggi memicu kecelakaan kerja di laut, sedangkan angin kencang mengganggu jaring yang ditebar di laut,” katanya.
Karena itu, para nelayan lebih memilih menunggu cuaca kembali normal dengan berdiam diri di rumah. “Ya hitung-hitung beristirahat sambil memperbaiki jaring dan alat tangkap lainnya,” ujarnya. Jaring merupakan sarana yang dinilai paling fital dalam menangkap hasil laut.
Diakui, kondisi jaring sering rusak karena berbagai hal, seperti usia jaring yang sudah lama, tercantol sirip ikan dan perlakuan bidak atau anak buah kapal yang tidak hati-hati saat mengangkat dari laut atau saat melepas ikan.
Ia berharap setelah cuaca kembali tenang, para nelayan yang menggunakan perahu di bawah 10 Gross Ton bisa melakukan aktivitasnya kembali di laut. Kalau nelayan yang menggunakan kapal besar yang bobotnya di atas 10 Gross Ton tidak bergantung cuaca.
“Mereka tetap berlayar mencari hasil tangkapan sampai perairan Papua dengan jangka waktu melaut selama 3 bulan masing-masing 2 bulan berlayar pergi-pulang dan sebulan menjaring ikan,” ungkapnya. (*/As)
LAMPUNG – Puluhan warga Kecamatan Semangka, Kabupaten Tanggamus, Lampung masih mengungsi di Masjid Way Kerap setelah kampung halaman mereka diterjang banjir bandang, Kamis (9/1/2020) petang kemarin. Rumah mereka belum bisa ditinggali karena dipenuhi lumpur dan kayu sisa banjir.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, banjir bandang terjadi pukul 17.00 WIB. Hujan deras yang turun sejak pukul 15.00 WIB menyebabkan Sungai Way Kerap meluap dan tanggul jebol.
Air bah pun langsung menerjang dan merendam tujuh pekon (desa) di Kecamatan Semaka. Masing-masing Pekon Sedayu, Way Kerap, Banding Agung, Sukaraja, Bangunrejo, Kacapura, dan Pardawaras.
“Ada sekitar 300 rumah di tujuh pekon yang terendam banjir,” kata warga Banding Agung, Zuhandar kepada media, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, tim gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanggamus, dan unsur lain langsung melakukan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman.
Evakuasi dilanjutkan pagi tadi. Sementara tim dari PLN mulai melakukan perbaikan jaringan listrik karena banyak tiang yang roboh diterjang banjir bandang.
Hujan deras tidak hanya menyebabkan banjir bandang, tapi juga tanah longsor. Jalan Lintas Barat (JLB) Sumatera yang melintasi Kecamatan Semaka sempat tertutup longsor. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor. “Saat ini, JLB sudah dibuka dan bisa dilalui kendaraan,” ungkapnya.(*/Kri)
MALANG – Bupati Malang, Sanusi mengaku wilayahnya menjadi salah satu daerah di Indonesia yang rawan terjadi bencana, terutama banjir dan tanah longsor.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi topografi kabupaten berpenduduk hampir 3 juta jiwa didominasi perbukitan dan pegunungan.
“Semua harus waspada dan perlu meningkatkan kesiapsiagaan agar jika terjadi bencana tidak timbul korban jiwa. Semua komponen wajib untuk memperhatikan serius untuk melakukan antisipasi,” tuturnya.
Menurut Sanusi, seluruh masyarakat harus dilibatkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Sanusi menuturkan, perlu adanya sosialisasi yang meluas kepada masyarakat.
“Kita harus terus sosialisasi ke masyarakat tentang kebencanaan dan cara mengantisipasinya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi dampak bencana,” ungkapnya.
Sanusi berpesan kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama menjaga lingkungan hidup. Dikatakannya, bencana bisa datang kapan saja karena lingkungan hidup yang mulai rusak.
“Saya pesan, potensi kebencanaan dari alam, tidak bisa diprediksi datangnya, oleh karena itu jaga alam agar tetap lestari dan seimbang. Kurangi berbagai aktivitas yang merusak alam,”tuntasnya.(*/Gio)
INDRAMAYU – Hujan yang turun sejak Kamis (9/1/2020) dinihari hingga sore ini mengakibatkan puluhan rumah warga di Blok Kalen Tengah, Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jabar, kebanjiran.
Banjir setinggi 30 Cm hingga 90 Cm itu menyebabkan sejumlah warga, khususnya anak-anak dan manula terpaksa harus diungsikan ke tempat yang lebih aman. Hal itu karena pada Kamis (9/1/2020) sore, tinggi muka air khususnya di Blok Kalen Tengah tampak masih belum surut. Bahkan kecenderungannya air semakin lebih deras mengalir ke pemukiman warga.
Jajaran Polsek Patrol di bawah komando Kapolsek Kompol Mashudi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, aparat Kecamatan Sukra juga Pemerintah Desa Sumuradem berupaya menolong para korban banjir, khususnya anak-anak dan manula.
Satu persatu anak-anak yang rumahnya kebanjiran itu dibopong petugas menuju perahu karet yang siap membawa mereka ke tempat pengungsian yang lebih aman. Ada puluhan anak-anak yang semula berada di dalam rumah yang terkepung banjir diungsikan ke tempat yang lebih aman dari jangkauan banjir.
Menurut Kapolsek Sukra, Kompol Mashudi, banjir di Blok Kalen Tengah itu disebabkan karena tingginya curah hujan. Baik curah hujan yang terjadi di daerah hulu, maupun yang turun di sekitar Blok Kalen Tengah, Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra. Akibatnya air sungai Sendong yang ada di Desa Sumuradem yang biasanya mengalirkan air menuju ke laut Jawa, meluber sehingga menggenangi puluhan rumah warga.
“Banjir itu disebabkan karena tingginya curah hujan sejak Kamis (9/1/2020) dini hari hingga sore hari ini dan meluapnya sungai Sendong sehingga mengakibatkan banjir di Desa Sumuradem, Blok Kalen Tengah, Kecamatan Sukra,” ujarnya.
Hingga berita ini dikirim, petugas Polsek Patrol bersama Pospol Sukra, Tim Penyelamat BPBD Kabupaten Indramayu, jajaran Pemerintah Kecamatan Sukra dan Pemerintah Desa Sumuradem, bahu membahu bekerja mengevakuasi korban banjir, khususnya yang terdiri dari anak-anak dan manula yang rumahnya terkepung banjir. (*/As)
BANDUNG – Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyebut 2.000 kepala keluarga (KK) korban longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor bakal direlokasi. Rencananya relokasi dilakukan ke lahan milik PTPN.
Kang Emil sapaannya mengatakan relokasi tersebut merupakan instruksi langsung Presiden Jokowi kepada Bupati Bogor Ade Yasin.
“Yang di Bogor sudah diputuskan tidak mungkin di tempat yang longsor kemungkinan akan dicari instruksi Pak Presiden di tanah PTPN,” kata Kang Emil kepada wartawan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (9/1/2020).
Menurutnya Ade Yasin sudah ditugaskan untuk mengkaji kebutuhan lahan bagi 2.000 KK terdampak longsor tersebut. Rencananya bentuk rumah tapak tetap yang akan dibangun pemerintah.
“Sifatnya kampung, Bu Ade sudah ditugaskan untuk melakukan kajian seberapa luas yang dibutuhkan. Hampir 2.000 kepala keluarga lebih semuanya direlokasi,” ujar Kang Emil.
Sebelumnya, diperkirakan ada 11 desa di Kecamatan Sukajaya yang terisolir akibat longsor yang terjadi Rabu (1/1/2020). Tiga warga dilaporkan hilang dalam insiden tersebut.(*/Hend)
PALEMBANG – Sepuluh rumah hanyut diterjang banjir di Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel). Banjir merendam permukiman warga setinggi 2 meter.
“Sampai siang ini ada 78 rumah tercatat yang terendam banjir. Sepuluh rumah hanyut,” kata Kepala BPBD Lahat Marjono kepada wartawan, Kamis (9/1/2020).
Sepuluh rumah yang hanyut diterjang derasnya air sungai berada di Gunung Kembang, Kikim Timur. Tim gabungan BPBD, Polri, TNI, dan Basarnas sudah berada di lokasi.
“Kikim dan Gumay Talang masih terendam. Belum bisa melintas kendaraan dari kedua arah, masih macet total,” kata Marjono.
Secara terpisah, Kasat Lantas Polres Lahat AKP Rio Artha mengatakan titik banjir berada di Kikim Timur. Jalur dari arah Lahat menuju Kabupaten Empat Lawang disebut tak bisa dilintasi.
“Untuk lalu lintas sejauh ini dari Lahat ke Pagaralam belum dapat dilintasi akibat longsor tadi pagi. Arah Empat Lawang memang hingga saat ini belum bisa karena terendam banjir,” kata Artha.
Banjir terjadi setelah hujan deras sekitar pukul 23.30 WIB, Rabu (8/1). Akibatnya, sungai di Lematang meluap hingga puluhan rumah terendam banjir. (*/Hen)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro