SUMEDANG – Kabupaten Sumedang menyiapkan sejuta pohon untuk menghijaukan kawasan tandus dan menanggulangi rawan bencana.
Rencananya sejuta pohon tersebut akan ditanam di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang termasuk wilayah rawan bencana banjir dan longsor.
“Kami ingin musim hujan ini sejuta pohon yang kita siapkan bisa ditanam di daerah-daerah yang rawan di antaranya Sumedang Selatan dan Sumedang Utara,” kata Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir usai melakukan penanaman pohon di Gunung Palasari, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, Jumat (17/1/2020).
Saat ini 200 pohon dengan berbagai macam tanaman keras ditanam di lahan bekas kebakaran di Gunung Palasari. “Semoga bekas lahan terbakar ini bisa tumbuh kembali, supaya nanti bisa mencegah bahaya longsor di taman hutan rakyat,” Ujar Dony.
Untuk pencegahan, Dony akan terus melakukan monitoring dengan sejumlah pihak dan menggandeng masyarakat untuk upaya penyadaran risiko perusakan hutan. “Dengan seluruh komponen masyarakat tidak hanya pemerintah yang ikut terlibat merawatnya,” tandasnya. (*/Asp)
INDRAMAYU – Penemuan bangunan berbentuk gentong menggemparkan masyarakat Indramayu. ‘Gentong’ raksasa itu ditemukan di timbunan tanah area eks kantor Pegadaian Losarang, Desa Jangga, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu meninjau langsung lokasi penemuan ‘gentong’ raksasa itu. Pendataan awal terhadap struktur benda tersebut pun dilakukan. Menurut data TACB, ‘gentong’ ini memiliki ketinggian lebih dari 5 meter. Diameternya mencapai 2 meter. ‘Gentong’ tersebut terbuat dari bata merah.
“Bahannya bata merah, kemudian perekatnya itu bubuk bata dicampur kapur. Ini hasil pendataan awal kami,” kata Ketua TACB Kabupaten Indramayu Dedy Musashi kepada wartawan melalui pesan singkat, Rabu (15/1/2020).
Menurut dia, ‘gentong’ raksasa tersebut mungkin difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Namun Dedy mengaku belum mengetahui secara persis korelasi benda tersebut dengan kantor Pegadaian.
“Ada informasi di Majalengka juga sama, di kantor Pegadaian, namun bentuknya tidak sebesar ini. Untuk fungsi jelasnya, kami masih mendalami,” ujar Dedy.
Dedy mengaku mendapatkan informasi adanya keberadaan tiga ‘gentong’ raksasa lainnya. Pihaknya masih berupaya mencari wujud ‘gentong’ tersebut. “Menurut warga, ada tiga (‘gentong’ raksasa) lagi. Informasi tertimbun tanah, belum kami temukan,” katanya.
Menurut informasi dari masyarakat setempat, Dedy menjelaskan, ‘gentong’ raksasa ini dikenal dengan sebutan ‘kong’ oleh masyarakat setempat. Namun Dedy mengaku tak tahu arti dari kata ‘kong’ itu.
“Infonya sudah ada sejak 1950-an. Kami coba gali di sekitar bangunan, namun tidak ditemukan apa-apa. Disebut dengan nama ‘kong’, tapi belum tahu maknanya apa,” tandasnya. (*/As))
SURABAYA – Puluhan kendaraan roda dua dan sejumlah mobil terendam banjir di parkiran Darmo Park II. Banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur mulai pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Ketinggian air di parkiran mencapai sekitar 60 cm. Atau merendam separuh tinggi kendaraan roda dua.
Para pemilik kendaraan rata-rata merupakan mereka yang bekerja di wilayah Darmo Park II. Beberapa dari mereka tampak sibuk mencoba memanaskan motor mereka yang terendam.
Tak hanya motor, di parkiran tersebut juga tampak sejumlah kendaraan roda empat. “Ya belum dikeluarin. Paling juga mogok,” kata Satpam Darmo Park II, Sariono, Rabu (15/1/2020).Selanjutnya “Baru kali ini banjir sampai begini.
Sebelumnya belum pernah begini,” ungkapnya.
Kemudian arus lalu lintas dari Jalan Kutai dan Jalan Ciliwung menuju Jalan Mayjen Sungkono macet total. Ada genangan air sampai mata kaki orang dewasa di dua jalan tersebut. Sehingga para pengendara lebih berhati-hati dan menghindari genangan yang lebih dalam.
Bahkan di Jalan Mayjen Sungkono sempat terjadi genangan yang cucup dalam. Sehingga kemacetan mengular sampai Jalan Diponegoro.
Untungnya petugas gabungan dari Satpol PP dan Dishub Kota Surabaya langsung mengambil tindakan. Mereka membersihkan sampah yang menyumbat di gorong-gorong.
Sehingga genangan perlahan surut dan kemacetan mulai terurai.(*/Gio)
BLITAR – Jumlah anak yang kecanduan game online di Kota Blitar meningkat tiga kali lipat. Ironisnya, kebanyakan mereka berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kesibukan kedua orang tua mencari nafkah membuat anak kurang dilibatkan dalam kegiatan di rumah.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kota Blitar, Sulistiyani menyebut tahun 2018 hanya ada 5 anak yang dibawa konseling orang tuanya ke psikolog di bawah dinas ini. Namun hingga akhir tahun 2019, jumlah ini naik menjadi 18 anak yang terindikasi kecanduan game online.
“Dari jumlah itu, didominasi pelajar SMP. Dan mereka ini latar belakang orang tuanya dari kalangan ekonomi bawah,” kata Sulistiyani kepada wartawan saat dikonfirmasi, Rabu(15/1/2020).
Menurut Sulis, tingkat kecanduan game online di kalangan pelajar Kota Blitar belum sampai ke tahap akut. Ini karena orang tua peka dengan perubahan perilaku anak mereka dalam keseharian.
Seperti tidak tanggap dengan kondisi di sekitarnya, tidak respon saat dipanggil, nilai pelajaran turun dan lebih suka berdiam diri sambil memegang HP di dalam kamar.
“Dalam sesi parenting kami sampaikan gejala-gejala itu. Sehingga saat orang tua menemui kondisi seperti yang kami sampaikan, mereka bergegas membawa anak mereka kesini,” imbuhnya.
Proses konseling dalam tahap pemulihan kondisi anak sampai kembali normal, lanjut dia, memerlukan komitmen para orang tua untuk melanjutkan sendiri di rumah mereka masing-masing. Tindakan preventif terus dilakukan dalam sosialisasi ke sekolah agar kasus kecanduan game online tidak sampai terlambat sampai akut.
“Biasanya sampai tiga empat kali konseling ke sini. Kalau kondisi anak semakin stabil, kami juga minta orang tua punya komitmen untuk meneruskan di rumah,” pungkasnya. (*/Gio)
PALEMBANG – Warga di delapan kabupaten di Sumatera Selatan diminta untuk mewaspadai hujan disertai petir karena berpotensi mengalami bencana banjir dan longsor pada 13-15 Januari 2020.
Dikutip dari Antara, Kasi Informasi dan Observasi BMKG SMB II Bambang Benny S mengatakan, wilayah yang berpotensi mengalami genangan/banjir, banjir bandang dan tanah longsor yakni Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, dan Kabupaten Muara Enim.
Menurut dia peningkatan intensitas hujan di wilayah tersebut seiring aktifnya musim hujan di wilayah Sumsel dengan indikasi menguatnya Angin Muson Cina Selatan (Muson Barat) yang sarat uap air dan melalui wilayah Indonesia pada umumnya.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan curah hujan dan adanya potensi hujan disertai petir dan angin kencang yang umumnya terjadi pada siang-sore hari sedangkan potensi hujan ringan-sedang yang berlangsung lama (kontinyu) apabila terjadi pada malam-dini hari.
Permukaan Sumsel yang berkarakteristik rawa dan sungai menjadi penyuplai uap air dan adanya pusat tekanan rendah di wilayah Australia (Belahan Bumi Selatan) menyebabkan adanya belokan (trough) dan pertemuan massa udara (konvergensi) di wilayah Sumsel.
Hal ini meningkatkan pertumbuhan awan konvektif (awan hujan akibat pemanasan matahari), sedangkan pada wilayah Sumsel bagian Barat (Dataran Tinggi Bukit Barisan) Angin Lembah yang terjadi mendapat pasokan uap air dari Samudera Hindia yang meningkatkan pertumbuhan awan Orografik (awan hujan akibat ketinggian permukaan).
Berdasarkan kondisi tersebut menyebabkan peningkatan dan kontinyuitas (terus menerus) curah hujan di wilayah Sumsel bagian barat yakni pada wilayah dataran tinggi (Bukit Barisan) yang akan berdampak potensi adanya bencana hidrometeorologi.
Sedangkan potensi bencana hidrometeorologi angin kencang/puting beliung dan genangan/banjir) yakni wilayah Kota Pagar Alam, Kota Prabumulih, KabupatenBanyuasin, Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Secara khusus hujan yang disebabkan awan konvektif dan orografis pada siang-sore hari di wilayah Sumsel ini akan berpotensi tetap terjadi hingga tujuh hari ke depan.
Secara umum, berdasarkan prakiraan BMKG diketahui kondisi hujan disertai petir dan angin kencang di wilayah Sumsel akan meningkat pada tanggal 13-15 Januari 2020, kemudian mengalami penurunan 16-18 Januari 2020 dan akan kembali meningkat pada 19-20 Januari 2020.
“Kami mengimbau masyarakat dan stakeholder terkait untuk tetap waspada dan update informasi dan peringatan dini cuaca dari BMKG,” kata dia, di Palembang, Selasa (14/1/2020).
Ia mengatakan, para pemangku kepentingan diharapkan melakukan perbaikan infrastruktur lebih tahan bencana, membersihkan dan memperbaiki drainase, memangkas/mengurangi dahan dan ranting pohon agar tidak tumbang, perbaikan DAS/Daerah Aliran Sungai, menyiapkan kolam-kolam retensi.
Warga juga diminta berhati-hati beraktivitas di luar rumah dengan tidak berteduh di bawah pohon dan menghindari genangan yang berpotensi kemacetan apabila terjadi hujan pada siang-sore hari.(*/Gint)
SEMARANG – Banjir melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir. Paling banyak, banjir terjadi akibat jebolnya tanggul sungai.
Yang cukup parah terjadi di Desa Trimulyo, Kecamatan Guntur, Demak. Di mana akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang, ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir dengan ketinggian yang cukup tinggi.
Menindaklanjuti hal ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung membentuk tim khusus yang diberi nama Tim Jaga Kali. Tim ini bertugas memantau kondisi sungai, agar peristiwa ambrolnya tanggul tak terulang.
Tim ini menurut Ganjar melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai, Pemprov Jateng dan pemkab ataupun pemkot. Tim ini menurut dia, akan rutin melakukan patroli di aliran sungai.
“Maka fungsi tanggul ini jangan diotak-atik untuk apapun. Jangan ditanami, jangan bikin pintu air dan jangan ngambil air dengan membuat gorong-gorong. Ini harus kita rawat. Karena begitu ini rentan, jika curah air hujan tinggi akan langsung dihajar. Kita bentuk tim Jaga Kali untuk patroli,” kata Ganjar,(14/1/2020).
Berdasarkan hasil evaluasi, lanjut Ganjar, jebolnya tanggul menyebabkan banjir di beberapa titik. Dari aliran Sungai Tuntang saja sudah menyebabkan banjir di Demak dan Grobogan.
Selanjutnya di Brebes, yang juga ada sedimentasi. Ganjar mengapresiasi respon cepat yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang langsung terjun ke lokasi.
“Ini tindakan cepat. Kalau saya melihat di Sungai Tuntang, di sebelah kirinya adalah kawasan pemukiman yang jelas lebih rendah dari Sungai Tuntang. Maka tanggul ini fungsinya adalah mengamankan, sehingga air tidak limpas atau masuk ke pemukiman,” kata Ganjar.
Untuk itu, Ganjar menghimbau tim Jaga Kali untuk selalu berpatroli dan mengecek kerusakan tanggul. “Kita perlu sosialisasi dan patroli jaga kali. Kenapa? Air mesti kita jaga terus dan semua menggunakan. Tapi selalu saja ada daerah rawan yang di situ perlu tanda peringatan dan sesekali ada patroli apakah di situ ada gangguan atau tidak,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, Ganjar mengatakan, pemerintah pusat maupun daerah terus menggalakkan penanaman pohon secara massal di hulu. Di Jawa Tengah, upaya reboisasi dilakukan di kawasan Gunung Muria, Pegunungan Kendeng dan daerah hulu lainnya.
“Kami bekerja sama merawat sedimentasi. Meski ini ranahnya BBWS tapi kami siap bantu. Kalau semua diserahkan PUPR duitnya tidak cukup. Tapi sedimentasi bukan hanya soal mengeruk lho. Sekarang kita tanam terus dalam beberapa minggu ini. Di Muria, Kendeng dan hulu yang lain,” pungkasnya.
Senin (13/1/2020) kemarin, Ganjar juga meninjau lokasi tanggul jebol di Sungai Tuntang, dan mengunjungi pengungsi.
Ada dua sisi tanggul Sungai Tuntang di Desa Trimulyo yang jebol. Tujuh eskavator telah diterjunkan ke lokasi untuk menggarap tanggul semipermanen. Sebelumnya tanggul darurat telah dibangun namun tak kuasa membendung derasnya arus sungai.
Musibah banjir dan rob yang melanda Kota Semarang juga mendapat perhatian serius Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Usai pulang dari Jeddah Arab Saudi mengikuti kegiatan pameran industri kreatif dan pariwisata asal Jateng, pada Selasa (4/12) siang, Ganjar langsung berkeliling untuk meninjau lokasi-lokasi yang tergenang banjir dan rob di Kota Semarang.(*/D Tom)
SERANG – Status tanggap darurat bencana banjir dan longsor yang sudah ditetapkan Gubernur Banten Wahidin Halim, sejak 1 Januari berakhir hari ini, 14 Januari 2020. Meski status tanggap darurat bencana berakhir, masih ada korban banjir bandang dan tanah longsor yang bertahan di posko-posko pengungsian di Kabupaten Lebak.
“Status tanggap darurat ditetapkan oleh Gubernur dari tanggal 1 sampai 14 (Januari) sudah berakhir. Karena secara umum bahwa penanganan bencana walaupun mungkin pengungsi tetap ada, tapi tidak dilanjut ke tahap perpanjangan,” ujar Plt Kepala BPBD Banten, E Kusmayadi kepada wartawan.
Ia menjelaskan, meski status tanggap darurat berakhir, bantuan logistik tetap disalurkan kepada para korban di daerah-daerah yang aksesnya terputus maupun yang berada di posko pengungsian.
“Logistik tetap telah disuplai menggunakan pesawat dari TNI dan helikopter dari TNI yang di-BKO-kan oleh Kodim Lebak. Jadi tetap walaupun masa tanggap darurat sudah berakhir, untuk pemulihan tetap berjalan,” ujarnya.
Selain logistik, pemenuhan pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak korban banjir tetap diberikan.
Kusmayadi menambahkan, saat ini Pemprov Banten bakal menetapkan masa transisi darurat bencana. Secara bersamaan, proses rehabilitasi kawasan yang terdampak bencana juga akan dilakukan.
“Tentu akan dilakukan proses pasca (bencana), yakni rehabilitasi, rekonstruksi,” ucapnya.
Sekadar diketahui, status tanggap darurat bencana ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor 362/Kep.I-Huk/2020 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Wilayah Provinsi Banten Tahun 2020.(*/Dul)
BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim beberapa proyek pengendali banjir di Jawa Barat, mulai dari hulu di Bogor hingga di Bekasi selesai tahun 2020.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dibantu oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang merampungkan pembangunan dua bendungan di Bogor yaitu Bendungan Ciawai dan Sukamahi lantaran pengerjaannya sudah mencapai 50 persen.
Selain dua bendungan itu, Ridwan Kamil menyebut, di Bekasi tepatnya di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas, sedang dibangun proyek pengendali banjir dengan menghabiskan anggaran hampir Rp 4 triliun.
“Insya Allah kami kebut agar bisa mengurangi banjir di bekasi,” kata Ridwan Kamil usai mendampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau Terowongan Curug Jompong di Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Senin 13 Desember 2020.
Selain, di Bogor dan Bekasi, Pemprov Jawa Barat dibantu oleh Kementerian PUPR juga melanjutkan proyek Bendungan Cideet di Karawang.
Untuk proyek Terowongan Curug Jompong, Ridwan Kamil berupaya memahami betul mekanisme kerja trowongan sehingga bisa disampaikan kepada masyarakat secara lugas.Basuki Hadimuljono mengonfirmasi, kementeriannya saat ini tengah mengerjakan proyek di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas di Bekasi sehingga banjir bisa dikendalikan, tidak seperti yang terjadi awal tahun 2020.
Sementara untuk pengendalian banjir di Cekungan Bandung, dia menargetkan seluruh proyek bisa selesai tahun 2020 sehingga tahun berikutnya bisa melanjutkan proyek di kawasan hilir.
Basuki Hadimuljono mengatakan, di Cekungan Bandung, selain pembangunan Terowongan Curug Jompong, dia juga telah menormalkan anak Sungai Citarum di Rancaekek, di antaranya Sungai Cikijing, Cikeruh, Cimande, dan Up Stream Citarum.
“Kemudian drainase di jalan nasional sudah kami buat,” ujarnya.
Kepala BBWS Citarum Bob Arthur Lombogia menyampaikan, Terowongan Curug Jompong dengan panjang 230 meter dan diameter 8 meter mampu mengalirkan air di Sungai Citarum sekira 700 meter kubik per detik.
Terowongan Curug Jompong merupakan salah satu proyek pengendalian banjir. Lokasinya berada di kawasan hilir.
Saat ini BBWS Citarum tengah mengerjakan beberapa proyek di kawasan hulu dengan melakukan serangkaian kegiatan normalisasi di empat anak Sungai Citarum.(*/Hend)
INDRAMAYU – Kondisi cuaca di laut Jawa akhir-akhir ini belum sepenuhnya bersahabat dengan para nelayan lantaran masih diwarnai ombak tinggi, terjangan angin kencang serta dibarengi curah hujan yang tinggi.
Karena itu para nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang memiliki perahu kecil dengan bobot di bawah 10 Gross Ton lebih memilih berdiam diri di rumah alias tidak mencari tangkapan laut karena resiko yang dihadapi saat berlayar di laut cukup tinggi.
Salah seorang nelayan, Warnata (38), mengemukakan cuaca kembali normal diperkirakan memasuki pertengahan bulan 2. “Kalau sekarang-sekarang ini ombak laut masih cukup tinggi, anginnya cukup kencang mengganggu jaring yang telanjur ditebar di laut,” ujarnya.
Ditanya soal gangguan curah hujan, kata Warnata, hujan sebenarnya tidak jadi soal. Gangguan hujan dinilai tidak seberapa jika dibandingkan ombak yang tinggi serta angin kencang. “Ombak tinggi memicu kecelakaan kerja di laut, sedangkan angin kencang mengganggu jaring yang ditebar di laut,” katanya.
Karena itu, para nelayan lebih memilih menunggu cuaca kembali normal dengan berdiam diri di rumah. “Ya hitung-hitung beristirahat sambil memperbaiki jaring dan alat tangkap lainnya,” ujarnya. Jaring merupakan sarana yang dinilai paling fital dalam menangkap hasil laut.
Diakui, kondisi jaring sering rusak karena berbagai hal, seperti usia jaring yang sudah lama, tercantol sirip ikan dan perlakuan bidak atau anak buah kapal yang tidak hati-hati saat mengangkat dari laut atau saat melepas ikan.
Ia berharap setelah cuaca kembali tenang, para nelayan yang menggunakan perahu di bawah 10 Gross Ton bisa melakukan aktivitasnya kembali di laut. Kalau nelayan yang menggunakan kapal besar yang bobotnya di atas 10 Gross Ton tidak bergantung cuaca.
“Mereka tetap berlayar mencari hasil tangkapan sampai perairan Papua dengan jangka waktu melaut selama 3 bulan masing-masing 2 bulan berlayar pergi-pulang dan sebulan menjaring ikan,” ungkapnya. (*/As)
LAMPUNG – Puluhan warga Kecamatan Semangka, Kabupaten Tanggamus, Lampung masih mengungsi di Masjid Way Kerap setelah kampung halaman mereka diterjang banjir bandang, Kamis (9/1/2020) petang kemarin. Rumah mereka belum bisa ditinggali karena dipenuhi lumpur dan kayu sisa banjir.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, banjir bandang terjadi pukul 17.00 WIB. Hujan deras yang turun sejak pukul 15.00 WIB menyebabkan Sungai Way Kerap meluap dan tanggul jebol.
Air bah pun langsung menerjang dan merendam tujuh pekon (desa) di Kecamatan Semaka. Masing-masing Pekon Sedayu, Way Kerap, Banding Agung, Sukaraja, Bangunrejo, Kacapura, dan Pardawaras.
“Ada sekitar 300 rumah di tujuh pekon yang terendam banjir,” kata warga Banding Agung, Zuhandar kepada media, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, tim gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanggamus, dan unsur lain langsung melakukan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman.
Evakuasi dilanjutkan pagi tadi. Sementara tim dari PLN mulai melakukan perbaikan jaringan listrik karena banyak tiang yang roboh diterjang banjir bandang.
Hujan deras tidak hanya menyebabkan banjir bandang, tapi juga tanah longsor. Jalan Lintas Barat (JLB) Sumatera yang melintasi Kecamatan Semaka sempat tertutup longsor. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor. “Saat ini, JLB sudah dibuka dan bisa dilalui kendaraan,” ungkapnya.(*/Kri)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro