NGAWI – Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat tambahan tiga kasus baru positif terinfeksi COVID-19 di wilayah itu, sehingga keseluruhan menjadi 35 orang.
“Pada 17 Juli 2020 malam terjadi tiga penambahan kasus COVID-19 di Ngawi dari sebelumnya 32. Dengan demikian, total saat ini ada 35 terkonfirmasi positif COVID-19,” ujar Juru Bicara GTPP COVID-19 Ngawi Yudono dalam keterangannya di Ngawi, Jumat malam.
Sesuai data, penambahan tiga penderita konfirmasi positf COVID-19 tersebut berasal dari Kecamatan Mantingan. Saat ini penderita telah dirawat di RSUD dr Soeroto Ngawi. Tim gugus tugas juga telah melakukan tes terhadap keluarga dan warga yang melakukan kontak erat dengan para pasien.
Dari 35 kasus positif COVID-19 di Ngawi, sebanyak 23 orang di antaranya dinyatakan sembuh, sedangkan 12 pasien lainnya masih dirawat. “Diharapkan semua warga Ngawi tetap mematuhi protokol kesehatan ketika beraktivitas. Bagi anak-anak dan lanjut usia diminta tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Karena kelompok usia tersebut sangat rentan tertular,” katanya.
Sementara, penambahan kasus terkonfirmasi yang sama juga terjadi di Kabupaten Madiun dari sebelumnya sebayak 38 kasus.
“Dengan demikian, total saat ini ada 40 kasus positif COVID-19 di Kabupaten Madiun,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono.
Sesuai data, pasien COVID-19 yang ke-39 tersebut berinisial AJ, seorang laki-laki berusia 33 tahun, warga Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng. Yang bersangkutan terkonfirmasi positif corona pada 16 Juli 2020.
Hasil pelacakan petugas, yang bersangkutan diduga tertular COVID-19 setelah dari Kota Surabaya, sedangkan pasien ke-40 terkonfirmasi positif COVID-19 pada 17 Juli 2020.
Hingga Jumat malam, jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 sudah sebanyak 34 orang. Enam pasien COVID-19 yang tersisa masih menjalani perawatan di rumah sakit rujukan penanganan infeksi virus corona.
Pemerintah Kabupaten Madiun terus mengimbau warga setempat disiplin melakukan protokol kesehan sebagai upaya pencegahan COVID-19.(Antara)
KULON PROGO – Kelompok Tani Ngudi Makmur Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasiki panen rasa masa taham kedua di lahan seluas 24 hektare dengan produktivitas 8,36 ton perhektare gabah kering panen.
Bupati KulonProgo Sutedjo mengatakan Kelompok Tani Ngudi Makmur Seworan menanam padi varietas Ciherang dan Menur atau Melati Menoreh. “Produksi tanaman padi mampu mendukung ketahanan pangan di Kulon Progo,” kata Sutedjo, dikutip dari republika ,Jumat (17/7/2020).
Menurutnya ketahanan pangan di Kabupaten Kulon Progo memang sampai saat ini belum pernah kekurangan stok, bahkan Kulon Progo setiap tahun surplus beras sampai 30.000-40.000 ton/tahun.
Hal ini tentu dapat menyumbang ketahanan pangan, sehingga ini akan membantu pemerintah dalam ketahanan pangan di daerah.
“Kami sudah mempunyai program untuk ketahanan pangan ini termasuk cetak sawah baru, ini kita galakan terus menerus dari tahun ke tahun, selain itu, membangun berbagai sarana prasarana, seperti saluran irigasi,” ujar Sutedjo.
Bupati berharap petani harus dapat “Ngulir Budi” artinya harus kreatif, harus terus berinovasi dalam hal pertanian, berani mencoba hal-hal atau teknologi baru, tidak itu-itu saja dalam hal budi daya pertanian.
Selain pertanian sawah, masyarakat diminta selalu produktif dan selalu mengoptimalkan setiap jengkal tanah yang dimiliki, salah satunya melalui pemanfaatan pekarangan.
Pemanfaatan pekarangan ini dioptimalkan untuk budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, polo kependhem dan polo gemantung, budi daya ikan, dan budi daya ternak untuk mencukupi kebutuhan pangan dan protein keluarga.
“Membuat gapura hidup dengan tanaman tanaman merambat pada setiap rumah tangga, selain menyebabkan peningkatan produktivitas kita, juga memberikan keindahan/keasrian lingkungan,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi DIY Arofah mengatakan Kulon Progo sebagai salah satu wilayah penopang pangan DIY harus dapat terus menjaga produktivitasnya meskipun telah mencapai surplus.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugroho mengatakan bahwa fasilitasi yang selama ini telah diterima oleh kelompok agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. “Dinas Pertanian dan Pangan beserta jajaran di lapangan akan senantiasa mengawal kegiatan di bidang pertanian,” ujarnya.(*/D Tom)
MALANG – Status Gunung Raung resmi meningkat dari level normal menjadi waspada, Jumat (17/7) pukul 14.00 WIB. Penetapan ini berlaku sejak aktivitas gunung mulai mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir.
Gunung Raung berada di level satu atau normal sejak 24 Oktober 2016. Kemudian mengalami perubahan status setelah dianalisis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Dalam hal ini tidak hanya analisis visual tapi aspek kegempaan juga.
Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan, visual Gunung Raung terlihat jelas hingga tertutup kabut sejak awal 2020. PVMBG sempat mengamati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi sekitar 50 meter dari puncak.
Pada 16 Juli 2020 pukul 10.52 WIB, asap hembusan mengalami kenaikan menjadi 100 meter (m) dari atas puncak.
“Disertai perubahan warna menjadi putih kecoklatan,” jelas Kasbani saat dikonfirmasi , Jumat (17/7/2020).
Sekitar pukul 13.56 WIB, PVMBG kembali menemukan perubahan kolom hembusan menjadi warna putih kelabu. Tercatat, ketinggian hembusannya sekitar 100 m dari atas puncak. Setidaknya telah terjadi 60 kali hembusan/erupsi dari pukul 10.52 sampai 13.56 WIB
Sehari berikutnya, Gunung Raung dilaporkan masih mengalami erupsi sebanyak 26 kali. Jumlah ini tercatat dari pukul 00.00 sampai 06.00 WIB. Erupsi menghasilkan kolom abu cokelat dengan intensitas tipis hingga sedang. “Dengan tinggi 50 sampai 200 meter di atas puncak atau kawah,” jelasnya.
Sejak awal tahun sampai 16 Juli 2020, Gunung Raung didominasi sejumlah kejadian gempa. Tidak hanya gempa tektonik jauh, tapi juga lokal dan satu kali gempa terasa pada 19 Maret 2020.
Gunung Raung tercatat sempat mengalami beberapa kali gempa hembusan sejak 13 Juli lalu. Jumlahnya meningkat sejak 16 Juli 2020 pukul 10.52 WIB yang kemudian diikuti kemunculan tremor non-harmonik dan gempa letusan. “Hari ini hingga pukul 06.00 WIB terekam 26 kali gempa letusan dan 20 getaran tremor non-harmonik,” ungkap Kasbani.
Menurut Kasbani, sebaran material dari hembusan abu Gunung Raung masih aman karena berada di sekitar kawah. Namun sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin. “Dan dalam tingkat aktivitas Level II agar masyarakat tidak melakukan aktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah/puncak,” jelasnya.
Raung merupakan salah satu gunung api aktif yang berada di Jawa Timur (Jatim). Gunung memiliki tinggi badan sekitar 3.332 meter di atas permukaan laut. Gunung Raung berada di Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.(*/Gio)
SURABAYA – Kepala Bidang Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur Asyim Saputra mengatakan, wabah Covid-19 berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah setempat, utamanya di perdesaan. Menurutnya, meningkatnya angka kemiskinan di perdesaan disebabkan pergerakan masyarakat dari kota ke desa.
“Kami duga terjadi mobilitas cukup besar dari penduduk di kota yang tidak mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang kembali ke desa. Dan kita identifikasi banyak yang masuk ke rumah tangga miskin terutama di desil I,” ujar Asyim di Surabaya, Kamis (16/7/2020).
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, terutama Jawa Timur, membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Sebagian besar dari mereka yang mengalami PHK ataupun dirumahkan dari tempat kerja, memilih kembali ke desa.
Kondisi ini, kata dia, membuat musim panen raya yang semestinya terjadi pada April tidak terlalu berpengaruh. Padahal, kata dia, diharapkan dengan pergeseran musim tanam pertama tahun ini, setidaknya masih ada pemasukan untuk masyarakat perdesaan.
“Tapi ada pergerakan dari kota ke desa ini membuat ada penambahan kemiskinan di pedesaan,” ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, angka kemiskinan di Jatim nyaris menyentuh satu digit, atau dibawah 10 persen dari jumlah penduduk Jatim. Namun, pandemi Covid-19 membuat angka kemiskinan Jatim kembali meningkat.
“Kalau kita lihat dari kategori rumah tangga sangat miskin, terlihat ada penambahan proporsi karena ada penambahan dari yang tadinya di kota,” kata dia.
Data BPS Jawa Timur mencatat, per Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 4.419,10 ribu jiwa, atau 11,09 persen dari total penduduk. Bertambah 363 ribu jiwa dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang sebesar 4.056,00 ribu jiwa, atau setara 10,20 persen dari total penduduk.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan menjelaskan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,77 persen. Kemudian naik menjadi 7,89 persen pada Maret 2020. Hal yang sama juga terjadi di perdesaan. Dimana pada September 2019 sebesar 14,16 persen, dan naik menjadi 14,77 persen pada Maret 2020.(*/Gio)
YOGYAKARTA – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di DIY bertambah sembilan kasus pada 15 Juli 2020. Sumbangan sembilan kasus baru ini menjadikan total kasus Covid-19 di DIY menjadi 396 kasus.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, tambahan kasus baru tersebut merupakan hasil pemeriksaan terhadap 470 sampel dari 407 orang yang menjalani tes swab melalui PCR.
Kasus baru ini terdiri dari satu warga Sleman, empat warga Bantul, satu warga Kota Yogyakarta dan tiga warga Kulon Progo. Detail warga Sleman yaitu perempuan dengan umur 30 tahun yang memiliki riwayat perjalanan dari Madura.
Warga Bantul diantaranya perempuan dengan umur 40 tahun dan 42 tahun. Dua warga Bantul ini, satunya diketahui reaktif dari rapid test massal dan satu satu lainnya memiliki riwayat perjalanan dari Solo.
“Warga Bantul lainnya laki-laki berumur 27 yang merupakan hasil screening Dinkes Bantul dan laki-laki berumur 36 tahun yang memiliki riwayat dari Sulawesi,” kata Berty, Rabu (15/7/2020).
Warga Kota Yogyakarta yakni dengan berjenis kelamin laki-laki dan berumur 77 tahun yang memiliki riwayat dari Palembang. Sementara, tiga warga Kulon Progo diketahui positif Covid-19 dari hasil pelacakan kontak terhadap kasus dengan nomor 369 di DIY.
Ketiganya yaitu perempuan dengan umur 32 tahun, laki-laki berumur satu tahun dan 26 tahun. Berty menyebut, tiga kasus ini merupakan satu keluarga. “Belum diketahui apakah indeks kasus adalah 369 atau yang lain diantara tiga (kasus baru) itu. Menunggu hasil tracing (pelacakan),” ujarnya.
Selain adanya kasus baru, kasus positif yang meninggal dunia juga bertambah satu kasus. Kasus positif yang meninggal dunia di DIY rendah yang saat ini mencapai 11 kasus. Kasus positif yang meninggal dunia ini memiliki komorbid Diabetes Mellitus dan reumatik. Kasus ini merupakan perempuan yang berumur 61 tahun, asal Sleman.
“Kasus positif ini meninggal tadi malam (14 Juli) dan kematian dilaporkan hari ini oleh rumah sakit,” jelas Berty.
Selain itu, Berty juga melaporkan adanya tambahan kasus positif yang dinyatakan sembuh pada 15 Juli ini. Ada tambahan lima kasus yang sudah dinyatakan sembuh.
Sehingga, total kasus sembuh sudah mencapai 309 kasus atau 78 persen. Kasus sembuh ini terdiri dari tiga warga Bantul, satu warga Kota Yogyakarta dan satu warga Sleman.”Warga Bantul yang sembuh dengan nomor kasus 330, 344 dan 343. Warga Kota Yogyakarta dengan nomor kasus 361 dan warga Sleman dengan nomor kasus 295,”tukasnya.(*/ D Tom)
KEDIRI – Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan ekskavasi di situs yang diduga merupakan tempat petirtaan kuno di Desa Brumbung, Kabupaten Kediri.
Menurut Kepala Tim Ekskavasi dari BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho di Kediri, Rabu, dengan bantuan tenaga lokal, tim yang terdiri atas enam orang menurut rencana melakukan ekskavasi hingga 17 Juli 2020 di situs yang berada di lahan milik warga di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, tersebut.
Ia mengatakan bahwa di situs tersebut ada struktur berbentuk persegi empat seluas 5,2 meter persegi dengan panel dan relief khas pada bagian dalam yang kemungkinan merupakan petirtaan kuno.
Tanah di bagian luar dan dalam struktur tersebut berbeda. Tanah di bagian luar struktur bertekstur kasar, sedangkan tanah di bagian dalamnya bertekstur halus. Wicaksono mengatakan bahwa tim belum bisa memastikan struktur itu berasal dari era apa.
Berdasarkan temuan arkeologi sebelumnya di kawasan tersebut, Prasasti Geneng I pada masa Kerajaan Kadiri dipimpin Raja Brameswara dan Prasasti Geneng II pada Masa Tribhuana Tungga Dewi, menurut dia, struktur bata di Desa Brumbung tersebut kemungkinan merupakan peninggalan Kerajaan Kadiri pada abad ke-11 hingga era Majapahit pada abad ke-14.
Struktur bata di Desa Brumbung tersebut diduga merupakan bagian dari bangunan utama berupa candi yang berada di selatannya seperti Candi Penataran dan Candi Tikus.
“Dalam konsep, percandian memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada candi di Indonesia yang sama persis, baik ukuran, kemudian tata letak, maupun hias. Semua memiliki khas sendiri. Pun dengan tata letak, biasanya petirtaan berada di sisi selatan bangunan utama. Dalam skala besar Kota Raja Majapahit, petirtaan berada di selatan pusat kerajaan,” Wicaksono menjelaskan.
Situs yang diduga petirtaan kuno tersebut ditemukan di lahan milik Mohammad Sulton di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, saat warga hendak menggali tanah untuk membuat kolam renang anak sebagai fasilitas pendukung wisata. (Antara)
BANDUNG – Salah satu faktor dari sektor pendapatan yaitu industri pariwisata namun hal ini terganjal dengan adanya pandemi corona baik Nasional maupun luar negeri .
Pandemi Covid-19 turut berdampak pada sektor pariwisata Jawa Barat (Jabar). Oleh karena itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jabar Dedi Taufik Kurohman, menurunkan target kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jabar di 2020.
Salah satu faktornya kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara di Jabar yang minim tahun ini. Selain itu, Jabar tidak masuk dalam tujuh destinasi wisata yang didorong Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai daerah tujuan perjalanan dinas ASN untuk menggenjot ekonomi nasional.
“Terdapat penurunan kunjungan (wisatawan) ke Jabar dengan adanya pandemi Covid-19,” ujar Dedi saat konferensi pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (14/7).
Berdasarkan data Disparbud Jabar, sejak awal tahun hingga pariwisata masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dibuka mulai Juni lalu, total kunjungan wisatawan di Jabar baru mencapai 19.908.914 wisnus dan 30.838 wisman.
“Dengan adanya penurunan realisasi tersebut, kita melakukan penyesuaian target kunjungan pada tahun 2020 baik wisnus maupun wisman,” kata Dedi.
Oleh karena itu, kata dia, untuk realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Jabar dari 2,94 persen atau Rp62,48 triliun pada 2019. “Berdasarkan hitungan kami (akan) turun di 1,61 sampai 1,75 persen,” katanya.
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi di sektor pariwisata, kata dia, Disparbud Jabar mendorong berbagai program salah satunya Smilling West Java AKB Great Sale mulai 1 Juli sampai 31 Agustus 2020.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan, ada tiga rumus agar pariwisata di Jabar aman untuk beroperasi kembali di masa AKB.
Pertama, proses reservasi tiket secara online atau dalam jaringan (daring). Kedua, menjaga keamanan transportasi dan perjalanan wisata. Ketiga, menjaga kedisiplinan wisatawan dalam menerapkan protokol kesehatan yakni pakai masker, jaga jarak aman, dan cuci tangan pakai sabun.(*/Hend)
BANDUNG – Sebanyak 41 ribu lebih tenaga medis di wilayah Jabar yang terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19 akan menerima insentif dan santunan dari Pemprov Jabar dan pemerintah pusat.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar) Berli Hamdani Gelung Sakti.
“Tadi pagi kita sudah rapat lagi, khusus di Jawa Barat dengan Kementerian Kesehatan karena memang Jabar ini, pertama paling banyak nakes-nya (tenaga kesehatan/tenaga medis) yakni sekitar 41.000 lebih yang akan mendapatkan insentif, kemudian rumah sakitnya juga paling banyak,” kata Berli Hamdani Gelung Sakti, di Gedung Sate Kota Bandung, Selasa (14/7/2020).
Berli mengatakan insentif untuk tenaga kesehatan atau medis tersebut akan segera dicairkan oleh Pemprov Jabar dalam waktu dekat ini.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini kita sudah ada kepastian (pencairan insentif untuk tenaga kesehatan di Jabar),” kata dia.
Adapun rincian insentif kepada para tenaga medis yang disampaikan presiden adalah untuk dokter spesialis Rp 15 juta, untuk dokter umum Rp 10 juta, untuk perawat Rp 7,5 juta dan untuk tenaga medis lainnya Rp 5 juta.
Menurut Berli, saat ini Pemprov Jabar sedang “membersihkan data” tenaga medis yang akan menerima insentif tersebut.
“Karena uangnya sudah ditransfer ke kita, ada dari bantuan operasional kesehatan. Jadi secepatnya akan kita cairkan,” kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah menyiapkan dana Rp 26 miliar untuk pemberian insentif dan santunan bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19, kata Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad.
“Sebanyak Rp 23 miliar untuk insentif dan Rp 3 miliar untuk santunan kematian nakes yang gugur selama pandemi,” katanya di Gedung Sate Kota Bandung, beberapa waktu lalu.(*/Hend)
SEMARANG – Seorang wakil rakyat anggota DPRD Jawa Tengah, meninggal dunia diduga akibat terpapar Covid-19.
Setelah ditelusuri terdapat 51 orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan almarhum.
Sekadar diketahui, Syamsul Bahri meninggal pada Minggu 12 Juli malam. Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah itu pernah berstatus sebagai PDP Covid-19. Sebelum meninggal, Syamsul diketahui beberapa kali beraktivitas di Gedung DPRD Jateng.
“Orang yang saling bersinggungan berkomunikasi dengan almarhum hari ini dirapid test, ada sekitar 51 orang,” kata Ketua DPRD Jawa Tengah, Bambang Kusriyanto, Senin (13/7/2020).
Pria kelahiran Kabupaten Semarang 10 Desember 1955 ini mengatakan, masih menunggu hasil pemeriksaan rapid test. Jika terdapat gang reaktif, maka akan dilakukan skenario lanjutan yakni melakuan rapid test kepada seluruh wakil rakyat.
“Nanti hasil terakhirnya kita lihat berapa orang, kalau misalnya nanti ada yang reaktif langsung kita swab. Kalau saat ini belum tahu ini ada yang reaktif atau enggak, mudah-mudahan enggak ada,” harap dia.
“Kalau ini nanti ada yang reaktif mala seluruhnya akan dirapid test. Kalau enggak ya orang-orang yang sering bersinggungan,”tuntasnya.(*/D Tom)
PURWOKERTO – Jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid 19 di Kabupaten Banyumas, mengalami lonjakan tajam. Dari hasil sementara test swab massal yang dilakukan Pemkab Banyumas sejak Senin (6/7) silam, tercatat ada tambahan pasien Covid 19 sebanyak 18 orang.
”Dengan tambahan ini, maka total jumlah pasien yang terkonfirmasi Covid 19 di Banyumas mencapai 105 orang. Jumlah ini kemungkinan besar masih akan bertambah, karena jumlah temuan sebanyak 18 orang itu baru dari sebagian hasil test swab yang sudah keluar uji laboratoriumnya,” ucap Bupati Banyumas Achmad Husein, Senin (13/7/2020).
Dia menyebutkan, program test swab massal yang dilakukan Pemkab Banyumas hingga saat ini telah menjangkau 1.085 orang. Dari jumlah tersebut, yang sudah keluar hasil pemeriksaan laboratoriumnya baru sebanyak 444 orang. ”Dari 444 orang yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya sudah keluar inilah, kita mendapatkan 18 orang yang positif Covid 19,” katanya.
Menurut rencana, Pemkab akan melakukan pemeriksaan swab terhadap 4.000 warga Banyumas sebagai sampel. Mereka yang akan dilakukan test swab, berasal dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari ASN, pedagang pasar, santri, dan berbagai profesi lainnya.
Husein menyebutkan, dengan temuan baru sebanyak 18 orang positif tersebut, jumlah warga yang kini menjalani perawatan di Rumah Sakit ada sebanyak 32 orang. Jumlah ini hampir menyamai kondisi puncak wabah Covid 19 di Banyumas pada 3-4 Mei 2020. Saat itu, tercatat ada 37 pasien Covid 19 yang dirawat di berbagai rumah sakit di Banyumas.
Mengenai dari kalangan mana saja warga yang positif Covid, Husein menyebutkan, terbanyak dari kalangan tenaga medis. Dari jumlah temuan sebanyak 18 kasus positif tersebut, sebanyak 11 pasien berasal dari kalangan tenaga medis.
”Seluruhnya merupakan tenaga medis yang bertugas di puskesmas,” katanya.
Sedangkan lainnya, berasal dari kalangan pedagang pasar sebanyak 6 orang berasal dari pedagang pasar Wage sebanyak 5 orang dan Pasar Manis sebanyak 1 orang. Selain itu, juga petugas Satpol PP Banyumas sebanyak 2 orang. ”Dari dua orang petugas Satpol PP ini, yang seorang ber-KTP Purbalingga, sehingga tidak kita hitung,” katanya.
Terkait temuan kasus tersebut, Husein menyatakan, berbagai langkah akan dilakukan Pemkab Banyumas. Terhadap lingkungan pasien, akan dilakukan tracing. ”Seluruh keluarga pasien akan dilakukan test swab,”tukasnya.(*/D Tom)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro