BANTEN – Kemarau panjang yang terjadi selama ini mengakibatkan sebagian besar wilayah Provinsi Banten mengalami kekeringan. Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, kekeringan terjadi di 80 Kecamatan di Provinsi Banten. Kekeringan di Provinsi Banten saat ini menjadi perhatian serius pemerintah.
Kepala BPBD Banten, Komari mengatakan dengan kondisi seperti ini pemerintah telah memperpanjang masa tanggap darurat bencana kekeringan yang semula 1 hingga 15 September diperpanjang dari 15 hingga 30 September 2015 mendatang. Untuk mengatasi dampak kekeringan, kata Komari, Pemprov Banten akan mengirimkan pasokan air bersih ke lokasi-lokasi yang mengalami kekeringan.
“Untuk masalah ini, BPBD Banten menyewa 74 unit tangki dari pihak ketiga dengan anggaran yang tidak sedikit, yakni Rp 750 ribu per unit per hari,” jelas Komari.
Kendati demikian, lanjut Komari, pihaknya tetap menghawatirkan dengan kondisi sumber-sumber air yang semakin hari mulai berkurang. Dalam hitungannya, sudah hampir 50 persen mata air berkurang, seperti di pintu air 10 Tangerang yang biasa 400 tangki per harinya sekarang hanya tinggal 200 tangki per hari. Wilayah lain bahkan lebih parah, yaitu dalam posisi nol atau kosong seperti di Pelamunan, Sempu, dan Mauk.
“Yang masih ada sumber air yaitu di Baros, Pandeglang dan Serpong,” ungkapnya.
Dikatakan Komari, pemerintah melalui BNPB dan BPPT juga akan membantu hujan buatan. Hujan buatan tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat. “Insya Allah dalam minggu-minggu ini kita dapat bantuan hujan buatan dengan metode penyemaian awan, terutama di wilayah Pantura dan Banten Selatan,” pungkasnya,(23/9).(*Eln)
SUKABUMI – Krisis air bersih di Kabupaten Sukabumi, (12/9) semakin meluas. Bahkan tiga pekan pejabat bupati Sukabumi, Achadiat Supratman, menyatakan darurat bencana krisis air bersih telah menerjang delapan belas kecamatan. Padahal sebelumnya, krisis air bersih hanya menerjang tiga belas kecamatan.
Bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi telah melakukan pemetaan diperkiarakan akan terus bertambah. Potensi bencana menerjang kecamatan lainnya, sangat besar mengingat hampir seluruh debit sumber mata air, sungai dan sumur milik masyarakat berkurang.
“Dan kalaupun masih ada diperkirakan hanya akan bertahan hingga sepekan. Karena itu, diperkirakan wilayah yang mengalami krisis air akan bertambah karena musim kemarau diprediksi berlangsung hingga akhir tahun in,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo, (12/9).
Sementara itu, kata Usman Susilo, status darurat bencana siaga kekeringan ditetapkan telah ditetapkan hingga November 2015 mendatang. Tapi jika musim kemarau lebih lama, maka statusnya akan diperpanjang hingga Desember mendatang. “Tapi kami berharap hujan akan segera tiba memasuki Oktober mendatang,” kata Usman Susilo.
Dari hasil pemetaan sementara, BPBD telah melakukan inventarisi sejumlah daerah krisis air bersih. Diantaranya, disejumlah desa di Kecamatan Cimanggu, Cidolog, Cidadap, Cikakak, Cikembar, Pabuaran, Palabuhanratu, Kalibunder, Bantargadung, Cireunghas, Gegerbitung, Cicurug, Cidahu, Nyalindung, dan di Kecamatan Ciemas.
Untuk mengatasi masalah krisis air bersih, kata Usman Susilo, BPBD telah menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan.
Hampir setiap hari BPBD menyalurkan bantuan air bersih menggunakan dua tangki berkapasitas 5.000 liter. “Airnya disuplai dari PDAM, kita yang menyalurkan ke warga yang membutuhkannya,” katanya
Karena keterbatasan sarana pendukung, kata Usman Susilo, hanya lima wilayah yang dibantu penyaluran air bersih. Diantaranya, di Kecamatan Simpenan, Palabuhanratu, Gegerbitung, Bantargadung, serta di Kecamatan Cireunghas.
“Sedangkan wilayah lainnya, relatif sulit dijangkau karena jarak dari sumber air ke daerah yang mengalami krisis air cukup jauh. Tapi kita bantu dengan pemasangan pipa, seperti di Kecamatan Ciemas,” katanya.
Pejabat Bupati Sukabumi Achadiat Supratman, mengatakan Pemkab Sukabumi telah berupaya meminimalisir dampak kekeringan. Termasuk mencari solusi jangka panjang mengantisipasi musim kemarau. Karena kemarau merupakan siklus tahunan, maka sangat diperlukan penanganan lebih serius.
“Perlu dipikirkan bagaimana mengatasi permasalahan krisis air saat musim kemarau. Termasuk mengantisipasi bila musim kemarau panjang, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan berarti,”tutupnya. (*Yan)
CIREBON – Sedikitnya 7.500 hektare lahan pertanian di Kabupaten Cirebon yang ditanami hingga kini terancam puso akibat kekeringan.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunnakhut) Kabupaten Cirebon Dedi Nurul, Minggu (16/8) menyebutkan, dari sekitar 53 ribu hektare, hanya 31.589 hektare yang bisa ditanami. Dari luas tersebut, setidaknya 3.517 hektare kekeringan.
“Ada potensi kekeringan seluas 7.565 hektare, hanya untuk perhitungan kerugian materil masih belum kami hitung,”katanya.
Kondisi itu, menurutnya, telah dilaporkan kepada Kementerian Pertanian. Distanbunakhut pun telah mengajukan kompensasi lahan puso bagi para petani kepada pemerintah pusat.
Namun, besaran kompensasinya belum diketahui.(*Rez)
KABANJAHE – Lahan pertanian petani yang ditanami cabai, tomat, wortel, jeruk, kubis, dan tanaman lainnya tampak tertutup dan mengering akibat timbunan material debu vulkanik yang keluar dari kawah Sinabung.
Erupsi dan awan panas Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo menyebabkan ratusan hektare (ha) lahan pertanian di sejumlah wilayah terpapar debu. Lahan pertanian di Kecamatan Berastagi, Merdeka, dan Naman Teran terancam mengalami gagal panen (fuso).
Barunta Tarigan Petani di Desa Gajah, Kecamatan Berastagi, mengatakan, akibat dihujani debu vulkanik buah tomat miliknya yang tinggal menunggu hari untuk dipanen harus dibersihkan sebelum mengalami kerusakan.
“Apabila tidak dibersihkan, buahnya akan jatuh dan membusuk. Tentunya sangat berpengaruh terhadap penjualan. Apalagi jelang Lebaran saat ini harga tomat mengalami kenaikan hingga Rp 9.000/ kilogram (kg). Sungguh berat cobaan yang diberikan Tuhan sejak tahun 2010 lalu,” kata Tarigan,Sabtu (20/6).
Dia mengatakan, dengan kondisi seperti itu dirinya berharap-harap cemas menunggu produk pertaniannya siap panen. Sebab, buah tomat sangat sensitif bila terkena debu.
“Sedikit saja kena debu vulkanik, baik buah, batang maupun daun langsung layu.” jelasnya.(*Yan)
BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan kembali memasang 300 wifi gratis di masjid,taman dan balai RW.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengakui ketidakjelasan kesepakatan Pemkot Bandung dengan pihak ketiga yang pertama bekerjasama untuk penyediaan WiFi gratis. Sehingga memang banyak WiFi yang saat ini tidak bisa digunakan.
“Kalau dulu itu tidak jelas memasang untuk berapa tahun dan perawatannya bagaimana, kurang didetilkan. Kalau yang ini menggaransi 3 tahun sudah jelas,” katanya di Balai Kota Bandung, Kamis (18/6).
Tahun 2014 lalu, Pemkot Bandung mendapat bantuan hibah WiFi gratis dari pihak ketiga. Namun fasilitas koneksi cepat gratis itu sering dikeluhkan warga karena kerap mati. Diklaim ada 5.000 titik fasilitas publik di Kota Bandung yang sudah dipasang WiFi. Lalu saat ini bagaimana kondisi fasilitas Wi-Fi itu?
“Yang lama masih ada. Nanti kita cek yang harus dire-connect (dikoneksi ulang-red). Karena dulu tidak didetilkan hibahnya bagaimana,” pungkasnya.(*Yan)
MAKASSAR – Akibat meluapnya sungai Walenae dan Danau Tempe mengakibatkan banjir dengan ketinggian satu meter merendam Kelurahan Salomengraleng dan Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Sudah dua pekan lamanya banjir terjadi di wilayah tersebut, hingga kini warga masih mengharapkan bantuan pemerintah setempat.
Darwis, warga Kelurahan Salomengraleng mengatakan, hingga saat ini pemerintah belum memberikan bantuan meskipun banjir telah merendam selama dua pekan, bantuan dari pemerintah belum juga datang.
“Kami berharap pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk apa pun,” kata Darwis, Rabu (17/6)
Meski terkendala alat transportasi perahu, kaum ibu bergerombol melintasi banjir menuju ke kota untuk berbelanja. Mereka nekat menerjang banjir lantaran persediaan makanan dalam rumah mereka telah menipis. Apalagi malam nanti sahur pertama Bulan Ramadan.(*Dar)
MEDAN – Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terekam 41 kali gempa guguran.
Selain itu tercatat dua kali gempa Low Freqwency, satu kali gempa vulkanik dalam, dan tremor secara terus menerus dengan amplitudo 0,5 – 2 milimeter (mm).
“Untuk hari ini tercatat 1 kali kejadian awan panas guguran namun tidak dapat teramati karena tertutup kabut,” kata petugas PPGA, Arif, Senin (15/6)
Menurutnya, atas dasar hal tersebut PVMBG merekomendasikan agar desa – desa di sekitar lingkar gunung api tersebut dievakuasi karena berpotensi terancam terkena dampak langsung baik rentetan awan panas, maupun lontaran material bilamana tejadi erupsi eksplosif Gunung Sinabung.
“Hal tersebut kita rekomendasikan berdasarkan data aktivitas Sinabung yang setiap harinya kita pantau. Memang terjadi peningkatan gempa – gempa yang dapat memicu awan panas dan erupsi. Untuk keselamatan warga kita pun merekomendasi kepada Pemda, dan hari ini juga langsung dievakuasi untuk menghindar sementara ke tempat yang lebih aman,” jelasnya.
Sebanyak kurang lebih 2.500 jiwa warga yang berada di desa–desa dalam kawasan lingkar Gunung Sinabung kembali dievakuasi, Senin sore (15/6) untuk menghindari awan panas.
Evakuasi dilakukan menyusul keluarnya rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menyatakan adanya ancaman rentetan awan panas yang dapat berdampak terhadap warga.
Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo Jhonson Tarigan, desa – desa yang dievakuasi diantaranya, Desa Kuta Tengah, Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, dan Desa Mardingding, Kecamatan Tiganderket.
“Proses evakuasi ini mengacu pada rekomendasi pihak PVMBG. Untuk hari ini kita memindahkan sementara masyarakat yang desanya dapat terancam efek dari awan panas, debu vulkanik, ataupun lontaran batu ketika aktivitas sinabung meningkat signifikan,” kata Jhonson.
Selain warga ketiga desa diatas, besok juga akan dievakuasi sekitar 6.000-an warga Desa Sigarang – garang, Kuta Gugung, Kutarayat, Kecamatan Naman Teran.
Untuk sementara lanjutnya, warga Desa Jeraya ditempatkan di posko pengungsian Gudang Jeruk Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat.
Desa Kuta Tengah ditempatkan di pengungsian Gereja GPDI Ndokum Siroga Simpang Empat, dan Desa Mardingding ditempatkan di lokasi Desa Tanjung Mbelang, Kecamatan Tiganderket.
“Desa Jeraya berpotensi terdampak awan panas Sinabung. Sementara, desa lainnya seperti, Mardingding, Kutarayat, Sigarang – garang berpotensi terdampak lontaran batu, dan material debu. Berdasarkan rekomendasi PVMBG sebelumnya yang menyatakan, bila terdapat potensi rentetan awan panas yang juga diikuti erupsi eksplosif maka desa – desa diatas dievakuasi sementara ke tempat yang lebih aman,” tandasnya.(*Yan)
NGANJUK – Sudah satu bulan ini warga bekerja bakti menembus hutan untuk membuka jalan menuju dua air terjun baru yang ditemukan warga Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Gunung Wilis di Desa Bendolo, Kecamatan Sawahan berada sekitar 40 kilometer dari pusat kota Nganjuk, Jawa Timur.
Dua air terjun yang ditemukan warga, yakni Air Terjun Watu Lumbung dan Air Terjun Tetes Embun. Untuk sementara, jalur menuju kedua lokasi air terjun memang masih tergolong berat.
Untuk menuju dua air terjun tersebut, dari permukiman warga di Desa Bendolo masuk ke dalam hutan sejauh 6 kilometer hanya dengan menggunakan kendaraan roda dua. Medannya sangat sempit dan licin.
Warga mengaku terdorong semangatnya membuat jalan menuju Air Terjun Watu Lumbung karena berharap air terjun itu kelak menjadi objek wisata baru yang menarik wisatawan datang ke desa mereka.
Semangat warga yang luar biasa ini memang cukup beralasan. Karena, pesona Air Terjun Watu Lumbung setinggi 50 meter ini memang cukup menakjubkan, berada di tengah hutan belantara yang masih perawan.
Dinamakan Watu Lumbung karena di atas air terjun ini konon ada sebuah batu yang mirip lumbung atau sejenis alat penumbuk padi.
Air terjun yang satu lagi, namanya Air Terjun Tetes Embun. Namun, untuk sementara ini, jalur menuju Air Terjun Tetes Embun masih cukup berbahaya. Karena, kita harus melalui tebing curam yang di bawahnya terdapat jurang menganga.
Saat ini, ratusan warga Desa Bendolo juga sedang berusaha membuka jalan menuju Air Terjun Tetes Embun agar kelak nyaman dilalui dan tidak berbahaya.
kepala Desa Bendolo Salim mengatakan, warga berharap pemerintah mau turun tangan membantu mengangkat Air Terjun Watu Lumbung dan Air Terjun Tetes Embun menjadi objek wisata andalan baru di Kabupaten Nganjuk.
Sebuah keajaiban alam yang luar biasa di air terjun tetes embun setinggi 75 meter ini, ditemukan sebuah keajaiban alam yang luar biasa, yakni adanya hujan yang terus turun dari atas rerimbunan hutan meski sedang musim kemarau sekalipun.
Turunnya hujan di sekitar air terjun yang tiada henti inilah yang kemudian membuat warga menamai air terjun kedua temuan mereka dengan nama Air Terjun Tetes Embun. (*Bag)
BANDUNG – Memasuki hari keempat Tim SAR gabungan melanjutkan pencarian empat korban yang diduga masih tertimbun longsor di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Petugas meningkatkan kewaspadaan dan menjaga stamina selama proses evakuasi di area longsor.
“Tim pencari korban ini diberikan vitamin agar tetap fit serta menjaga daya tahan kesehatan tubuh saat bertugas,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan, Jumat (8/5).
Marlan memastikan tim terdiri TNI, Polri, Basarnas, BPBD dan relawan hingga kini kondisinya sehat. Tim gabungan berjumlah sekitar 300 orang.
Selain itu, kata Marlan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung untuk menyiapkan obat antitetanus. Menurut Marlan, tim pencari mendapatkan suntikan obat sebelum terjun mencari empat korban.
“Mayat kalau lebih tiga hari tentu berisiko kalau bersentuhan dengan petugas yang kondisinya terluka. Maka perlu disuntik tetanus. Hal itu sudah menjadi protap,” kata Marlan.
Hingga siang ini empat korban yang masih dicari karena diduga tertimbun yaitu Dedeh (35), Wiwi (50) Asep Juju (50) dan Ayi (42).
“Data itu berdasarkan dari RW dan pihak desa,” jelas Marlan.(*Yan)
PALEMBANG – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei diisi berbagai kegiatan di bidang pendidikan. Mahasiswa di Palembang memperingatinya dengan nonton bareng (nobar) film dokumenter yang baru diproduksi oleh tiga sineas muda berjudul “Jangan Tutup Sekolah Kami”.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Trian, mengungkapkan salah satu agenda hardiknas kali ini adalah berusaha mengkritisi dunia pendidikan di wilayah register 45 Provinsi Lampung.
Sebagai provinsi yang berbatasan paling dekat Lampung, Palembang juga menjadi kota yang dipilih dalam kegiatan roadshow film tersebut. Kegiatan nobar yang akan digelar di areal kampus yang akan diisi dengan berbagai diskusi dan aksi massa.
“Ini film tentang sulitnya pelajar moro-moro untuk mendapatkan pendidikan. Sebagai mahasiswa, kami pun menjadi bagian dari dunia pendidikan di negara ini,” kata perwakilan organisasi mahasiswa FMN ini, Jumat (1/5).
Bakal hadir dalam kegiatan itu, salah satu sineas sekaligus Director filmnya Miftahudin. kepada wartawan Miftahudin mengatakan, film pendek ini diproduksi dalam waktu singkat dengan target diputar serentak dalam peringatan hardiknas.
“Kami menargetkan film ini menjadi bagian Hardiknas di Indonesia. Film dokumenter yang real menjelaskan permasalahan pendidikan di negeri ini,” katanya.
Film yang menceritakan persoalan pendidikan dasar pelajar moro-moro Register 45 Mesuji ini hendak menyampaikan pesan jika pendidikan merupakan hak konstitusional setiap warga negara.
Sekolah-sekolah di wilayah Register 45 terancam ditutup, karena Pemerintah Kabupaten Mesuji tidak mengizinkan kelas jauh pada sekolah tersebut. Penyebabnya karena sekolah tersebut berada di kawasan Hutan Register 45.
Padahal, sekolah ini dibangun atas usaha swadaya masyarakat di wilayah tersebut.
“Jarak ke sekolah induk amat jauh hingga 10 Km. Bayangkan jika sekolah ini ditutup, akibatnya anak-anak harus menempuh jarak yang teramat jauh,” jelasnya.(*Nana)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro