JAKARTA – Kemampuan sains siswa-siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia kini tidak lagi didominasi mereka yang berasal dari pusat pembangunan Ibu Kota dan sekitarnya atau Jabodetabek.
Sebaliknya, kemampuan mereka saat ini lebih merata antara satu daerah dan daerah lainnya.
“Terbukti ajang Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2015 menghadirkan banyak pemenang di luar Jabodetabek. Ini menunjukkan daerah luar kota telah bangkit dan ada pemerataan mutu pendidikan di Indonesia,” ujar penggagas OSK Yohanes Surya di sela seremoni penyerahan medali pemenang
OSK 2015 di Jakarta, kemarin.
Pada ajang tahunan yang didukung harian Media Indonesia itu, terdapat lima kategori pemenang yang dianugerahi medali, yaitu absolute winner (1 pemenang), gold medal (5 pemenang), silver medal (12 pemenang), bronze medal (13 pemenang), dan honorable mention (17 pemenang).
“Dari 48 peraih medali, hanya tujuh anak yang dari daerah Jabodetabek. Bahkan, kategori absolute winner diraih Jonathan Kevin, siswa dari Medan, Sumatra Utara. Ada kerja keras yang mereka lakukan sehingga banyak siswa luar Jabodetabek mampu mengukir prestasi,” kata Yohanes.
Itu sebabnya, lanjut Yohanes, kemauan daerah untuk berkembang mestinya terus difasilitasi melalui ajang kejuaraan sains dan olimpiade sejenis OSK.
Ia optimistis dengan sering latihan melalui berbagai ajang lomba atau olimpiade, otak anak-anak SD akan terus terasah dan bisa mengukir prestasi.
Yohanes juga mengimbau pada orangtua untuk berperan dalam perkembangan kecerdasan anak mereka.
Pasalnya, anak-anak bertambah cerdas biasanya karena terus-menerus dibimbing orangtua mereka.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sependapat kompetisi sains penting untuk perkembangan kecerdasan anak-anak Indonesia.
Melalui proses olimpiade, dapat dilihat anak Indonesia sebenarnya sangat berbakat, bahkan tidak kalah dengan negara lain.
“Itu bisa dilihat dengan banyaknya siswa Indonesia yang meraih medali pada olimpiade berstandar internasional,” ucap Djarot.
Selain orangtua, Djarot menyoroti peran guru yang sangat penting dalam proses perkembangan kemampuan sains siswa.
“Kalau dulu, persoalannya ialah sains menakutkan, tapi dengan guru yang tepat, sains bisa ditanamkan menjadi sesuatu yang menyenangkan dalam benak anak-anak,” tegas Djarot.
Peserta terbanyak
Dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ke-23 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, pada 9-13 Juni, Provinsi DKI Jakarta menyabet juara umum dengan mengumpulkan 25 juara.
“DKI Jakarta berhasil keluar sebagai pemenang dengan meraih 9 piala juara satu, 10 piala juara dua, serta 6 piala juara tiga,” ungkap Direktur Pembinaan SMK Ditjen Dikmen Kemendikbud Mustaghfirin Amin kepada pers di Jakarta, kemarin.
Dia mengaku senang lantaran tahun ini LKS diikuti peserta dengan jumlah terbanyak, melibatkan setidaknya 2.000 orang dari sekitar 150 SMK seluruh daerah.
“Apalagi, sejumlah kalangan industri ikut meninjau para peserta yang meraih juara untuk diberi kesempatan menjadi karyawan perusahaan mereka.” (MI/Ind)
BOGOR- Institut Pertanian Bogor (IPB) akan membentuk sekolah vokasi yang akan menggunkan dual sistem curriculum sebagai jawaban atas persoalan education mismatch.
Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengatakan, peran dan kontribusi IPB dalam menjawab permasalahan bangsa telah dilakukan dengan mendidik para mahasiswanya menjadi lulusan yang kompeten. unruk itu saat ini IPB telah memebentuk sekolah bisnis yang menyelenggarakan program studi yang selama ini sudah diselenggarakan.
“IPB terus konsisten melakukan berbagai riset terobosan untuk menghasilkan berbagai inovasi dan teknologi. Tak tertinggal pula, usulan kebijakan yang mampu memperkuat sisitem produksi pangan nasional”, kata Herry.
IPB kembali melepaskan 840 lulusan mahasiswanya melalui sidang terbuka wisuda dan penyerahan ijazah tahap kelima pendidikan sarjana, profesi dokter hewan, dan pascasarjana. Wisuda dilaksanakan di Graha Widya Wisuda (GWW) Kampus IPB Dramaga Bogor, Rabu (29/4/2015).
Herry berharap para lulusan dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang akan terus berlangsung. Sehingga, para lulusan terus meningkatkan kompetensinya. (Adi)
DUMAI – Untuk mengantisipasi pemadaman listrik saat ujian berlangsung pada 13- 15 April 2015 Dinas Pendidikan Dumai Riau meminta sekolah menengah atas atau sederajat yang akan melaksanakan ujian nasional (UN) agar menyediakan mesin genset.
“Dengan pihak PLN kita sudah kordinasi, tapi untuk kelancaran UN tetap sekolah diminta untuk menyediakan mesin genset,” kata Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Menengah Disdik Dumai, Misdiono, di Dumai Selasa (7/4) kemarin.
Permintaan untuk menyediakan sedia genset ini terutama bagi sekolah yang akan melaksanakan UN berbasis komputer. Karena, sukses dan lancarnya ujian bergantung suplai daya listrik. Kesiapan mesin genset ini juga kepada sekolah yang akan mengadakan UN secara reguler. Khususnya, di daerah pinggiran atau yang jauh dari pusat perkotaan.
“Pihak sekolah agar dapat bersiap menyongsong ujian nasional ini dan mengantisipasi semua kemungkinan buruk agar semuanya berjalan lancar sesuai harapan,” katanya.
Sementara itu Kepala PT PLN Sub Rayon Dumai Kota Dodi Prariyadi mengatakan, siap mendukung suksesnya pelaksanaan UN dengan cara melakukan sejumlah kegiatan persiapan dan pemeliharaan jaringan. Ia mengatakan, PLN menjamin pelaksanaan UN berjalan lancar tanpa ada pemadaman. Namun ia mengatakan, tetap tidak bisa menghindari jika terjadi gangguan pada jaringan atau sistem pembangkit.
“Kami sudah berkordinasi dengan Disdik dan sejumlah sekolah juga sudah meminta agar tidak ada pemadaman dan PLN prinsipnya siap mendukung sukses UN ini,” kata Dodi.(*Roy)
JAKARTA – Mengingat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2015 untuk jenjang SMA dan sederajat tinggal satu pekan lagi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mendistribusikan naskah soal UN setiap rayon yang ada di Kabupaten/Kota mulai pekan ini.
“Alhamdulillah, pekan ini naskah UN untuk jenjang SMA dan sederajat segera didistribusikan ke Kabupaten/Kota,” kata Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Badan Penelitian Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Nizam di Jakarta Kemarin.
Menurutnya, saat ini sudah ada kabupaten/kota yang sudah menerima naskah UN. Ia mengatakan, daerah-daerah yang memiliki jarak sebaran SMA sederajat sangat luas mendapatkan perlakuan khusus. Pendistribusian dilakukan lebih dahulu dari daerah yang memiliki jarak sebaran SMA yang lebih kecil.
Nizam menyebutkan, daerah itu terdiri dari Provinsi Maluku Utara, Provinsi Maluku, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, distribusi lebih dahulu dilakukan supaya naskah telah siap pada saat pelaksanaan UN 2015. Dia pun mengimbau kepada seluruh panitia lokal tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk berhati-hati dalam menjaga kerahasiaan naskah UN. Meski UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan, dia meminta kerahasiaannya tetap dijaga.
Mengingat UN merupakan dokumen negara yang bersifat rahasia Nizam menambahkan, sudah seharusnya sekolah dan para siswa menjaga integritas dalam pelaksanaan UN.
“Kami berharap tidak ada lagi soal UN yang tercecer maupun bocor dalam perjalanan dari provinsi menuju lokal rayon kabupaten/kota,” pungkasnya. (*Did)
DEPOK – Sebanyak 16 sekolah SMA dan sederajat di Kota Depok dinyatakan siap untuk melaksanakan Ujian Nasional (UN) berbasis komputer atau computer based test (CBT).
Dari segi fasilitas dan sarana prasarana penunjang, sedikitnya ada enam sekolah negeri dan 10 sekolah swasta di Depok yang siap menggelar UN CBT.
“Sesuai rekomendasi tim verifikasi yang lolos ada 16 sekolah yang dinyatakan siap. Ada juga yang tidak lolos penilaian karena dianggap belum siap. Sekolah yang ikut UN CBT yakni SMAN 1, 2, 3, 6, 9 dan SMK 2 serta SMA sederajat swasta ada 10 sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Hery Pansila, kemarin.
Hery mengklaim Depok merupakan sekolah terbanyak yang paling siap menggelar UN CBT.
“Depok total 16 sekolah. Itu jumlahnya terbanyak atau tertinggi se-Jawa Barat,” jelasnya.(*NIA)
DEPOK – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan didampingi oleh Nizam Kepala Pusat Penilaian Kemendikbud dan Herry Pansila Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok meninjau pelaksanaan gladi bersih ujian nasional computer based test (CBT) di SMAN 1 Depok, Kamis (2/4) pagi.
Anies meninjau salah satu ruangan tempat dilaksanakannya gladi bersih UN CBT yang telah diselenggarakan selama dua hari sejak Rabu (1/4).
Menurut Anies, ujian menggunakan komputer lebih berintegritas. Hal ini karena soal antara satu dan komputer lain berbeda sehingga para peserta ujian tidak memiliki kesempatan untuk menengok kanan kiri. Artinya, siswa mengerjakan ujiannya sendiri.
“Dengan komputer, setiap jawaban yang sudah dikerjakan ditandai sudah terjawab sehingga memudahkan. Sementara bagi operator yang mengelola server juga tahu bahwa siswa sudah menjawab. Semuanya dimonitor satu per satu,” katanaya.
Ia mengatakan, UN CBT menjadi rute bagi Indonesia untuk menyelenggarakan ujian yang berintegritas. Meski begitu, Anies sadar bahwa dari 200.000an sekolah di Indonesia, setelah diverifikasi baru 585 sekolah yang dinilai siap menjalankan UN CBT. Karenanya, fasilitas perlu dipikirkan.
“Tetapi perlu digarisbawahi, jangan memikirkan pengadaan komputer untuk ujian nasional. Pengadaan komputer dimaksudkan untuk pembelajaran karena sekarang masuk ke dunia digital, sementara bagi anak, digital merupakan dunia mereka,” jelasnya.(*Nia)
JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memastikan proses percetakan lembar jawaban ujian nasional transparan. Sehingga tidak ada permasalahan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN).
“Proses pemantauan berjalan terus. Bahkan ada tim yang melakukan pemantauan proses pencetakan,” kata Mendikbud kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (20/3.
Anies juga mengatakan, pemantauan dilakukan di sejumlah percetakan dengan menggunakan kamera pengintai. Begitu ada yang ganjil, tim pemantau langsung menghubungi petugas yang berada di percetakan dan konfirmasi langsung dengan percetakan.
“Proses pencetakan lembar jawaban ujian nasional (LJUN) maupun soal UN transparan. Masyarakat bisa melakukan pengecekan langsung melalui situs Kemdikbud,” terangnya.
Persentase naskah soal UN SMA/SMK hingga saat ini yang sudah dicetak sebanyak 14,5 juta eksemplar atau 87,93 persen.
Sementara, naskah soal UN tingkat SMP yang sudah dicetak sebanyak 2,28 juta eksemplar atau 12,18 persen.
“Naskah soal UN SMP masih sedikit karena pelaksanaannya masih lama,” pungkasnya.(*Nia)
JAKARTA – Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta ada 24 SMK yang akan dicoba menggunakan sistem Ujian Nasional (UN). Namun dari 24 sekolah itu hanya lima sekolah saja yang memiliki alat UPS (uninterruptible power supply). Lima sekolah yang memiliki UPS itu berada di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.
Sehingga sejumlah SMK negeri di Jakarta yang siswanya bakal menjalani UN Online pusing apabila listrik PLN sampai mati saat UN berlangsung. Maka ujian bakal terganggu. Sebab, siswa yang telat menyimpan data mesti mengerjakan soal UN dari awal.
“Kalau punya alat UPS (uninterruptible power supply) pasti aman,” kata Kepala SMKN 6 Jakarta, Sudiono kepada Wartawan, Jumat (13/3).
Dalam waktu dekat Sudiono bakal mengirim surat ke PLN. Dia ingin meminta agar saat UN berlangsung pasokan PLN ke SMKN 6 jangan sampai terputus.(*Adit)
BEKASI – Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bekasi salah satu dari 276 SMA dan SMK negeri ataupun swasta yang layak mengadakan ujian nasional (UN) dengan sistem online di tahun 2015.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Rudi Sabarudin mengatakan, awalnya ia mengajukan lima sekolah yang dianggap mampu mengadakan UN dengan sistem online. Namun saat dilakukan pendalaman, dari lima sekolah hanya satu saja yang memenuhi syarat, yakni 1:3 atau satu komputer digunakan oleh tiga siswa.
“Beberapa waktu lalu kami mengusulkan lima sekolah, yakni SMA Negeri 1, SMA Negeri 5, SMA Negeri 4, SMA Swasta Al Azhar dan SMK Negeri 1. Tapi saat dicek ke lokasi hanya SMA 5 Negeri saja yang dinyatakan siap mengikuti UN secara online,” kata Rud, kemarin.
Rudi juga mengatakan, SMA 5 Negeri dinyatakan layak lantaran perangkat keras dan sumber daya manusia (SDM) nya mendukung. Hal ini berbeda dengan sekolah lainnya, di mana jumlah unit komputer tidak sesuai dengan siswanya.
“Ada sekolah yang jumlah komputer 30 unit, tapi jumlah siswa kelas 3 mencapai 300 orang. Ini kan tidak memenuhi syarat dari Kemendikbud bahwa penggunaan komputer minimal 1:3,” terangnya.
Bagi sekolah yang tidak mengadakan UN dengan sistem online, kata Rudi, tetap mengikuti ujian seperti biasa, yaitu dengan sistem manual. Menurut Rudi ada keuntungan yang didapat bila menerapkan sistem online, yakni hasil dapat diketahui langsung di Kementerian dan menghindari upaya kecurangan dalam mengisi lembar jawaban.(*Far)
MAKASSAR – Berdasarkan adanya kesiapan dari hampir seluruh sekolah tingkat SMA-SMK di Makassar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menunjuk sembilan sekolah unggulan untuk menggelar uji coba ujian nasional (UN).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar menyatakan kesiapan seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA-SMK) menggelar ujian nasional (UN) dalam jaringan (online) sesuai dengan rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Jika ini memang untuk peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, maka semuanya harus siap dan berdasarkan hasil pertemuan dengan seluruh sekolah tingkat SMA/SMK, semuanya siap,” kata ujar Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Makassar Arismunandar, kemarin.
Dia mengatakan, ujian nasional dengan sistem online ini akan mulai dipersiapkannya sejak dini dan sebelum digelar disemua sekolah, maka akan dilakukan simulasi dan pelatihan.
“Ada sembilan sekolah yang betul-betul siap dan sembilan sekolah ini adalah unggulan kita di Makassar. Ini juga sudah kita laporkan ke Kementerian dan secepatnya kementerian akan melakukan verifikasi,” terangnya.
Daftar yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Makassar ini seperti di tingkat SMA adalah SMA Katolik Rajawali, SMA Frater, SMA Athirah, SMAN 1, SMAN 3, SMAN 5, SMAN 11, SMAN 15 dan SMAN 17.
Di tingkat SMK mulai SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3, SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 7, dan SMKN 8. Sedangkan di tingkat SMP adalah SMPN 6 dan SMPN 12.
“Jika dinyatakan layak dari segi sarana penunjang, maka peserta UN yang ditunjuk tak perlu lagi membawa alat tulis dan papan alas saat ujian,” jelasnya.
Sementara untuk sarana penunjang yang wajib ada di sekolah yang akan diverifikasi oleh Kementerian Pendidikan, antara lain tersedianya jaringan internet, perangkat server dan komputer.
“Dinas pendidikan sangat menyambut baik konsep ujian ini karena sejalan dengan program Wali Kota sebagai Makassar kota dunia serta menjadi kota pendidikan,” pungkasnya.(*Far)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro