JAKARTA - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menyebut, industri farmasi di Indonesia khususnya alat kesehatan, cukup prospektif untuk berkembang.
Keyakinan Airlangga ini cukup beralasan. Lantaran adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang jumlah pesertanya mencapai 217 juta jiwa.
"Tentu potensi tersebut menjadi kesempatan untuk pengembangan industri farmasi di Indonesia," kata bos Partai Golkar ini di Jakarta, (27/3/2019).
Kata dia, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035, menyebutkan, industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu sektor manufaktur andalan yang mendapatkan prioritas pengembangan. Karena berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian nasional.
"Sebagai sektor andalan masa depan, industri farmasi dan bahan farmasi, akan kami terus dorong pengembangannya melalui berbagai kemudahan dan insentif berupa pengurangan pajak maupun bea masuk yang ditanggung pemerintah serta bentuk insentif lainnya," tutur Airlangga.
Hal itu didukung adanya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Regulasi ini menginstruksikan 12 kementerian dan lembaga agar saling bersinergi dan mendukung dalam mendorong kemandirian obat nasional. "Oleh karena itu, industri farmasi harus terus dipacu untuk ekspansi dan investasi baru.
Sebab, untuk menekan impor perlu ada investasi, selain itu bea ekspor produk farmasi ke banyak negara masih nol persen sehingga menjadi potensi besar bagi Indonesia dalam pengembangan sektor ini," ungkapnya.(*/Ag)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro