JAKARTA - Sektor pariwisata di Bali terkena dampak wabah virus korona. Sejumlah kawasan wisata di Bali tampak sepi karena meluasnya wabah virus korona.
Tanjung Benoa, kawasan wisata olahraga air yang sangat populer di Bali, tampak sepi. Hanya ada beberapa turis domestik yang bermain di pantai.
Para pengemudi perahu, penarik jangkar, pemandu menyelam, dan staf lain lebih banyak tiduran di bawah banana boat yang diparkir.
Ragil Pratama, yang bekerja mengemudikan perahu cepat untuk turis, mengakui penurunan penghasilan menyusul anjloknya kunjungan turis.
"Biasanya bisa bawa tamu sampai 80 orang. Sekarang dapat 30 saja sudah syukur," katanya.Ragil, yang normalnya bisa mengantongi Rp100 ribu per hari, kini hanya sekitar Rp20.000 per hari.
"Sudah sejak Imlek kondisinya begini. Mau bagaimana lagi. Ini kan memang tidak hanya masalah Bali atau nasional, tetapi global," lanjutnya.
Menurunnya pendapatan usaha memaksa Komang Suaryasa, pengelola usaha lainnya, untuk memotong gaji pegawai yang kebanyakan bekerja dalam skema paruh waktu.
"Kami hanya bisa mengupah karyawan setengah gaji. Itu pun kami kurangi," katanya.
Suaryasa berusaha optimis jika kondisi ini tidak akan berlangsung lama.
"Saya berharap secepatnya (pulih). Apalagi kami di Bali sudah membuat persembahan khusus untuk menolak bala," kata Suaryasa.Elly Hutabarat, ketua umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), mengapresiasi stimulus pemerintah yang bertujuan menggerakkan perjalanan domestik. Namun, ia katakan langkah itu tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.
"Berat sekali (dampak dari virus corona), kita nggak bisa tertolong dari itu aja, tapi itu suatu hal yang kita hargai," kata Elly dilansir dari BBC News Indonesia, Minggu (15/3/2020).
Selain penerbangan dan hotel, Elly sebut bahwa biro perjalanan juga terpukul.
Ia menjelaskan bahwa berbagai sektor tengah mengambil langkah dengan tujuan untuk menghemat. Di antaranya adalah memberikan cuti tanpa dibayar bagi karyawan.
"Dampaknya itu adalah orang itu unpaid leave, ada seminggu maupun dua minggu dari sebulan itu, mulai mengurangi karyawan. Kalau nggak ada yang masuk (wisatawan) bagaimana?" ujarnya.
Elly meminta agar pemerintah mempertimbangkan subsidi lainnya juga, seperti untuk pajak maupun biaya listrik.
"Kita membantu yang ada ini, existing hotel, maupun travel agent, dengan stimulus. Mungkin subsidi-subsidi sementara, sampai bertahan sampai virus ini hilang," kata Elly.
"Kita kan nggak tahu sampai kapan nih, mudah-mudahan summer (pertengahan tahun) ini sudah selesai. Kalau misalnya (subsidi) bisa bertahan sampai April atau Mei itu bagus sekali. Jadi pemerintah yang kita minta tolong itu, pajaknya, tarif listrik, sementara dikurangi lah," tambahnya.
Elly mengatakan dampak paling gawat dirasakan oleh industri pariwisata sejak awal Februari, bagi wisatawan yang datang maupun penjualan perjalanan ke luar negeri.
"Semua daerah tujuan wisata terkena dampaknya, di antaranya untuk inbound yang paling parah Bali, Yogyakarta, Jakarta, Belitung, Manado," ujar Elly.
"Apalagi ke Manado, Belitung atau Bali, yang jumlah wisatawan China itu nomor satu. Itu dampaknya sudah luar biasa," ungkapnya.(*/Tya)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro