JAKARTA - Perubahan status pelajaran Bahasa Inggris, Penjaskes, dan TIK dari mata pelajaran inti ke ekstrakurikuler di tingkat Sekolah Dasar (SD) oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dinilai dapat meningkatkan kreativitas siswa.
"Siswa tetap akan mendapatkan pelajaran tersebut dengan metode yang lebih kreatif, sehingga juga dapat membuat siswa lebih kreatif dan lebih mandiri," kata Kusnaedi, kepala sekolah SD Negeri Gunung Sahari Selatan 01 Kemayoran, Jakarta Pusat .
Walaupun pada awalnya dapat membingungkan guru dan siswa, Kusnaedi menilai dengan adanya sosialisasi dan penataran guru yang tepat, pada akhirnya sistem baru ini dapat dijalankan dengan baik.
"Saya yakin kurikulum yang telah direncanakan oleh pemerintah dengan matang itu, dapat menjadikan pembelajaran di SD menjadi lebih baik, lebih maju," ungkap Kusnaedi.
Hal senada juga diungkapkan Yulianto, kepala sekolah SD Standar Nasional 03 Senen, Jakarta Pusat. Ia menyatakan bahwa kurikulum baru tersebut sudah dirancang dengan baik dan tinggal bagaimana sekolah mengelolanya dengan tepat.
"Apalagi akan diberlakukan secara bertahap, tentu dapat diterapkan dengan baik," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, ketiga mata pelajaran tersebut akan diubah secara bertahap mulai dari tahun ajaran 2013/2014 hingga 2016/2017. Tahun ini, baru diberlakukan untuk siswa kelas satu dan kelas tiga SD.
Kemudian, pada tahun ajaran 2014/2015, tiga mata pelajaran itu akan diubah untuk siswa kelas satu, kelas dua dan kelas empat SD. Lalu, pada tahun ajaran 2015/2016 untuk murid kelas satu, kelas dua, kelas tiga dan kelas lima.
Terakhir, yaitu tahun ajaran 2016/2017, Bahasa Inggris, Penjaskes dan TIK tidak lagi menjadi mata pelajaran inti untuk seluruh kelas di tingkat SD. (Ant/Fet)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro