SUKABUMI - Penderitaan para ribuan warga korban pergerakan tanah di Desa Cimenteng dan Nagrak Jaya, Kecamatan Curug Kembar, Kabupaten Sukabumi kesulitan memperoleh air bersih,(8/8).
Mereka yang kini mengungsi di tempat-tempat penampungan yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sukabumi terpaksa memamfaatkan air selokan.
Meski sadar dapat berisiko tercemar penyakit, namun mereka tak memiliki pilihan lain. Warga pengungsi sangat berharap pemerintah segera menyedia pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun mandi, cuci, dan kakus (MCK).
"Sudah tiga pekan terakhir ini, kami terpaksa mengkonsumi air selokan. Air yang disimpan ditempat penampungan sehari-hari, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata warga Cimenteng, Ahmad Junaedi.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Mohamad Hairidzulhi mengatakan titik lokasi bencana teranalisis tanah yang ditempati pemukiman warga kini labil sehingga tidak layak untuk dihuni. Bentuk tanahnya terjadi pergerakan seiring adanya lempengan pergesaran tanah.
“Tanah disana memiliki konstrur tidak stabil sehingga tidak layak untuk ditempat warga,” katanya
Mohamad Hairidzulhi mengatakan kondisi tanah pasca pergerseran tanah 2012 lalu, kini telah menyisakan bekas-bekas longsor. Kemungkinan bawah tanah banyak kubangan saat air hujan. Kubangan mengalir melalui celah-celah tanah, dan hingga kini masih banyak titik potensi longsor.
"Air yang terus merembes dari celah-celah tanah mengalir sehingga membuat tanah menjadi labil. Saat musim hujan terjadi pergerakan tanah sehingga berpotensi terjadi bencana," tandasnya.(*Yan)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro