PALEMBANG - Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Provinsi Sumsel mencatat kawasan kumuh di Bumi Sriwijaya mencapai 5.777 hektare.
Kepala Dinas Perkim Sumsel Basyaruddin Akhmad mengatakan, setiap tahunnya kawasan kumuh di Sumsel terus bertambah.
"Data di tahun 2019 kawasan kumuh ada sebanyak 5.777 hektare yang ada di 42 kawasan yang tersebar di 17 kabupaten/kota di Sumsel," ujarnya,(12/12/2019).
Basyaruddin menjelaskan, di tahun 2020 mendatang pihaknya menargetkan kawasan kumuh di Sumsel dapat berkurang 100 hektare setiap tahunnya.
"Kota Palembang menjadi penyumbang terbesar kawasan kumuh di Sumsel, sedangkan Kabupaten Lahat dan Musi Banyuasin yang paling sedikit," ungkapnya.
Untuk mengurangi kawasan kumuh, lanjut Akhmad, pihaknya akan membangun rumah melalui Program pembangunan baru Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang digagas oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membangun rumah berbasis komunitas.
Rumah berbasis komunitas itu akan diperuntukkan bagi pekerja Ojek Online (Ojol), peternak lele, penyapu jalan, pembersih sungai, dan buruh harian lepas.
"Tahun depan program rumah komunitas itu akan membangun sebanyak 1.200 rumah. Kita juga punya program Kotaku dan mendorong pihak pengembang atau developer untuk sebanyak-banyaknya membangun rumah di Sumsel," jelasnya.
Menurut Basyaruddin, indikator wilayah kumuh bisa dilihat dari bagaimana kondisi jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase lingkungan, pengelolaan limbah, pengelolaan sampah dan proteksi kebakaran, ruang terbuka hijau/publik dan drainase lingkungan dan perumahan tidak layak huni.
"Asal mula kawasan kumuh itu adanya lahan kosong seperti di pinggiran sungai yang membuat masyarakat yang belum mempunyai rumah itu membangunnya di sana. Mereka juga mengajak orang lain untuk membangun rumah di sana," katanya.(*/Gint)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro