BOGOR - Unjuk rasa yang dilakukan oleh para guru madrasah dan didukung oleh para alumni madrasah makin melebar karena unjuk rasa tersebut menjadi perhatian orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman .Bupati Bogor dicap ingkar janji perihal keberpihakan terhadap Madrasah.
Ade Yasin akhirnya angkat bicara. Menurutnya aksi demo yang dilakukan belum lama ini di di depan kantornya itu dilakukan oleh orang yang tak bertanggung jawab yang mengatasnamakan madrasah.
“Jangan demo dong bicara saja sama Bupati kenapa harus demo kan Bupati sudah mengeluarkan kebijakan – kebijakan soal Madradah. Tapi kalau keinginan seseorang mengatasnamakan sendiri jangan juga mengatasnamakan madrasah dong, jujur aja dong siapa si yang gak setuju, tampil temuin saya jangan ada orang di belakang madrasah,” tegas Bupati Bogor Ade Yasin
Ade Yasin menambahkan dirinya bahkan telah bertemu dengan orang – orang madrasah dan mereka tidak keberatan dan mereka tahu bahwa Bupati telah merealisakikan kebijakannya itu.
“Udah deh jangan mengatasnamakan madrasah saya sudah ketemu dengan orang madrasah itu mereka gak keberatan mereka senang ko Bupati sudah merealisasikan janjinya sudah melaksanakan janjinya kalau ada seseorang yang gak suka yang tampil saja kedepan,” sindir Ade.
Lebih lanjut soal Ade Yasin mengatakan Pemerintah Kabupaten Bogor melaui kebijakanya bersama Wakil Bupati, Iwan Setiawan untuk madrasah telah menganggarkan Rp 20 Miliar untuk insfrastuktur dan insentif guru Madrasah, dan tahun 2020 akan direalisasikan.
Sementara itu Ikatan Alumni Madrasah Bogor, lokomotif Aksi Bela Madrasah Jilid II mengatakan, carut marut rencana pengelolaan dana hibah tahun anggaran 2020 untuk madrasah yang menuai banyak kritikan dari kalangan pemerhati pendidikan, tokoh pendidikan Islam, aktivis Bogor masih bergulir, bahkan ada upaya konsolidasi lebih masif dengan ada gelaran aksi bela madrasah jilid II.
“Gerakan ini murni kesadaran para penggiat madrasah, guru madrasah, dan alumni madrasah yang masih banyak ketimpangan di madrasah baik dari kesejahteraan guru yang belum sertifikasi, maupun infrastruktur madrasah yang notabenenya belum representatif menunjang Karsa Bogor cerdas yang menjadi misi dari Bogor Pancakarsa,” ujar Korlap aksi bela madrasah jilid 1, Asep Kurnia.
Ketika ditanyakan tentang gerakan ini sebagai gerakan sakit hati pribadi ia menegaskan, bahwa gerakan ini bukan hanya gerakan kelompok organisasi atau lembaga Islam yang sentimen karena persoalan pribadi yang hari ini menjadi stigma publik Kabupaten Bogor.
“Tapi gerakan ini murni dari keprihatinan situasi madradsah dan hal ini sudah di sampaikan dengan undangan seruan aksi bela madrasah kesemua rekan – rekan guru madrasah, alumni madrasah namun belum ada kesadaran yang masif dari rekan2 itu, tapi saya tegaskan gerakan ini bukan berbicara kuantitas tetapi kualitas tuntutan,” tandasnya.(*Iw)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro