SUKABUMI – Dua pedagang terluka akibat kebakaran pasar penampungan pedagang Pasar Pelita Kota Sukabumi, Jawa Barat yang terjadi pada Senin pukul 08.45 WIB.
“Dua pedagang yang terluka tersebut adalah Dede Ilham pemilik kios kelapa parut yang mengalami luka bakar di punggung kaki kanan atas dan seorang lainnya terluka tusuk kaca pada tangan yang diketahui bernama Iwan. Kedua korban sudah mendapatkan perawatan serta pengobatan terhadap lukanya,” kata Kepala Seksi Damkar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Iskandarsyah di Sukabumi, Senin (20/1/2020).
Beruntung kedua korban tidak mengalami luka serius hanya luka ringan saja dan sudah mendapatkan pertolongan pertama dari relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi yang ikut dalam proses pemadaman dan membantu evakuasi.
Menurutnya, kebakaran ini dipicu akibat ledakan mesin parut kelapa milik korban yang mengalami luka bakar. Ledakan tersebut dipicu dari tumpahan bahan bakar jenis bensin ke kabel yang terkelupas, sehingga api dengan cepat membesar dan merembet ke delapan kios lainnya.
Untuk kerugian akibat kebakaran yang menghanguskan sembilan kios di pasar penampungan yang berada di Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang ini masih dalam perhitungan. Dilihat dari besarnya api yang membakar kios mayoritas pedagang yang menjadi korban tidak berhasil menyelamatkan barang dagangannya.
Sementara, Kepala UPTD Pasar Pelita dan Penampungan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi Djabier Ohorella mengatakan belum bisa memastikan apakah ke depannya pedagang yang menjadi korban kebakaran akan dipindahkan atau dibangun lagi kiosnya.
“Kami masih berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Sukabumi untuk menentukan kebijakan terhadap pedagang yang menjadi korban kebakaran. Sebab, kami masih menghitung jumlah kerugian,” tuntasnya. (*/Yan)
CIAMIS – Keberadaan batu susun di tatar galuh Ciamis, belakangan ini viral. Sebenarnya batu susun yang mirip candi tersebut sudah diketahui sejak lama, akan tetapi baru ramai dibicarakan setelah ada yang mengunggah di media sosial.
Pantauan di lapangan, lokasi batu susun sendiri berada perbatasan antara Desa Selasari, Kecamatan Kawali dengan Blok Rompe, Desa Sukaraharja, Kecamatan Lumbung. Sejak muncul di medsos, tempat yang sebelumnya sepi, sejak beberapa hari ini ramai.
Banyak warga dari luar daerah yang penarsaran dengan batu susun yang apabila dilihat mirip struktur bangunan. Untuk mencapai batu susun, juga bukan hal mudah, karena harus meniti jalan setapak sekira dua kilometer. Selain harus meniti pematang sawah, juga menyeberangi sungai kecil yang airnya dingin. Lokasinya juga jauh dari permukiman warga.
Dari jauh formasi batu susun mulai terlihat bentuknya seperti bangunan candi. Pohon kiara berukuran besar serta beberapa pohon lain tumbuh persis di atas batu susun, hingga mengsankan suasana penuh misteri. Ketika lebih dekat, jelas batu yang bersusun tersebut berada di bawah bukit, di sisi persawahan warga.
Beberapa bagian yang tampak mirip gerbang dengan tinggi sekira dua meter. Selain itu juga batu susun yang diduga bagian dari pilar yang kokoh. Semakin meyakinkan lagi, ketika bagian sisi batu susun tersebut tidak lancip. Kondisinya tampak sudah terkikis.
“Sebenarnya batu susun itu sudah dietahui sejak lama, dari dulu warga sini sudah tahu keberadaan batu susun, akan tetapi jarang yang mengunjungi. Setelah viral, di medsos, baru banyak mendapat perhatian,” tutur AgusAwing (30), warga Sukasari yang pertama mengupload batu susu hingga viral, Minggu 19 Januari 2020.
Dia mengungkapkan sejak kecil juga sudah bermaian di sekitar aliran sungai kecil tidak jauh dari batu susun. Perasaannya mulai tergerak usai ikut kerjabakti membersihkan aliran Sungai Selamaya tidak jauh dari lokasi batu susun pada akhir tahun 2019.“Saya kan suka hal yang berkaitan dengan sejarah. Saya kemudian merekam video serta mengupload di medsos. Saya juga melapor ke Dinas kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Ciamis. Tujuannya agar tidak dirusak, dicorat-caret, perlu penelitian,” ungkapnya.
Cawing mengatakan pernah mendengar cerita bahwa pada masa lalu lokasi batu susun tersebut merupakan tempat seserahan calon pengantin. Keberadaan batu susun berkait dengan batu kuda yang dikatakan tidak jauh dari lokasi tersebut.
Ternyata unggahan yang viral tersebut langsung mendapat respons dari Disbudpora Ciamis. Tim dipimpin Kadisbudpora Erwan langsung mendatangi lokasi batu susun. Setelah melihat lingkungan serta kondisinya, mereka menempel tulisan Disbudpora Kab. Ciamis, 16 Januari 2020.
Dalam kesempatan tersbeut Erwan mengusulkan agar Balai Arkeologi Bandung serta Balai Pelestarian Cagar Budaya agar melakukan kajian lebih mendalam untuk memastikan apakah batu bersusun tersebut memiliki nilai hitrois, peninggalan sejarah atau bukan.
Hal serupa juga disampaikan Ketua DPRD Ciamis Nanang Permana yang minta agar Disbudpora Ciamis menindaklanjuti batu susun yang viral. Untuk memastikan batu susun, harus dilakukan penelitian arkeologi. Pada hari Sabtu 18 Januari 2020 Nanang juga langsung melihat batu susun.
“Untuk memastikan apakah batu susun tersbeut peninggalan sejarah atau batu alam biasa, tetap harus melalui penelitian atau kajian ilmiah oleh tim arkeologi. Jika dilihat memang strukturnya mirip candi, ini perlu segera dibedah karena untuk menentukan langkah kedepan,” tandasnya.(*/Asp)
SUMEDANG – Kabupaten Sumedang menyiapkan sejuta pohon untuk menghijaukan kawasan tandus dan menanggulangi rawan bencana.
Rencananya sejuta pohon tersebut akan ditanam di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang termasuk wilayah rawan bencana banjir dan longsor.
“Kami ingin musim hujan ini sejuta pohon yang kita siapkan bisa ditanam di daerah-daerah yang rawan di antaranya Sumedang Selatan dan Sumedang Utara,” kata Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir usai melakukan penanaman pohon di Gunung Palasari, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, Jumat (17/1/2020).
Saat ini 200 pohon dengan berbagai macam tanaman keras ditanam di lahan bekas kebakaran di Gunung Palasari. “Semoga bekas lahan terbakar ini bisa tumbuh kembali, supaya nanti bisa mencegah bahaya longsor di taman hutan rakyat,” Ujar Dony.
Untuk pencegahan, Dony akan terus melakukan monitoring dengan sejumlah pihak dan menggandeng masyarakat untuk upaya penyadaran risiko perusakan hutan. “Dengan seluruh komponen masyarakat tidak hanya pemerintah yang ikut terlibat merawatnya,” tandasnya. (*/Asp)
SERANG – Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) bulan September 2019, Penduduk miskin di Provinsi Banten mengalami penurunan dari total 654,46 ribu orang per Maret 2019, menjadi 641, 42 ribu orang pada September 2019.
Atas data tersebut, Gubernur menyatakan bahwa pada tahun 2020 ini capaian penurunan angka kemiskinan harus lebih baik, dengan terus melakukan upaya-upaya strategis pengentasan kemiskinan baik dari komoditi makanan maupun non makanan.
“Capaian ini kita syukuri, tapi tahun ini harus lebih baik lagi capaiannya. Upaya penekanan angka kemiskinan harus lebih terarah dan tepat sasaran,” papar Gubernur kepada wartawan, Rabu (16/1/2020).
Gubernur menjelaskan, upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Banten setiap tahunnya terus bergulir melalui program-program strategis dari seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Khususnya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dari komoditi makanan seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, roti dan lainnya serta kebutuhan non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
“Termasuk pendidikan dan kesehatan kita dukung melalui program-program unggulan Pemprov Banten yang terintegrasi dengan program Pemerintah Pusat,” tuturnya
Sesuai data Susenas September 2019 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, angka kemiskinan Provinsi Banten tercatat sebesar 4,94 persen atau mengalami penurunan 0,15 poin dibanding periode Maret 2019 yang tercatat sebesar 5,09 persen.
Presentase penduduk miskin di daerah perkotaan yang pada Maret 2019 sebesar 4,12 persen, turun menjadi 4,00 persen pada September 2019. Sementara presentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2019 sebesar 7,49 persen atau turun menjadi 7,31 persen pada September 2019.
“Artinya, selama periode Maret 2019 hingga September 2019 penduduk miskin di perkotaan berkurang 7,5 ribu orang dari 378,73 orang pada Maret 2019 menjadi 371,28 orang pada September 2019. Sementara penduduk miskin di perdesaan berkurang sebanyak 5,6 ribu orang dari 275,73 ribu pada Maret 2019 menjadi 270,13 ribu orang pada September 2019,” jelas Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana
Adhi menambahkan, secara umum pada periode 2002 hingga 2019 tingkat kemiskinan di Banten cenderung menurun baik dari sisi jumlah maupun presentase, kecuali pada tahun 2006, September 2013, Maret 2015, September 2017, dan September 2018.
“Kenaikan kemiskinan pada periode tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak,” tandasnya. (*/Dul)
INDRAMAYU – Penemuan bangunan berbentuk gentong menggemparkan masyarakat Indramayu. ‘Gentong’ raksasa itu ditemukan di timbunan tanah area eks kantor Pegadaian Losarang, Desa Jangga, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu meninjau langsung lokasi penemuan ‘gentong’ raksasa itu. Pendataan awal terhadap struktur benda tersebut pun dilakukan. Menurut data TACB, ‘gentong’ ini memiliki ketinggian lebih dari 5 meter. Diameternya mencapai 2 meter. ‘Gentong’ tersebut terbuat dari bata merah.
“Bahannya bata merah, kemudian perekatnya itu bubuk bata dicampur kapur. Ini hasil pendataan awal kami,” kata Ketua TACB Kabupaten Indramayu Dedy Musashi kepada wartawan melalui pesan singkat, Rabu (15/1/2020).
Menurut dia, ‘gentong’ raksasa tersebut mungkin difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Namun Dedy mengaku belum mengetahui secara persis korelasi benda tersebut dengan kantor Pegadaian.
“Ada informasi di Majalengka juga sama, di kantor Pegadaian, namun bentuknya tidak sebesar ini. Untuk fungsi jelasnya, kami masih mendalami,” ujar Dedy.
Dedy mengaku mendapatkan informasi adanya keberadaan tiga ‘gentong’ raksasa lainnya. Pihaknya masih berupaya mencari wujud ‘gentong’ tersebut. “Menurut warga, ada tiga (‘gentong’ raksasa) lagi. Informasi tertimbun tanah, belum kami temukan,” katanya.
Menurut informasi dari masyarakat setempat, Dedy menjelaskan, ‘gentong’ raksasa ini dikenal dengan sebutan ‘kong’ oleh masyarakat setempat. Namun Dedy mengaku tak tahu arti dari kata ‘kong’ itu.
“Infonya sudah ada sejak 1950-an. Kami coba gali di sekitar bangunan, namun tidak ditemukan apa-apa. Disebut dengan nama ‘kong’, tapi belum tahu maknanya apa,” tandasnya. (*/As))
SURABAYA – Puluhan kendaraan roda dua dan sejumlah mobil terendam banjir di parkiran Darmo Park II. Banjir diakibatkan hujan deras yang mengguyur mulai pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Ketinggian air di parkiran mencapai sekitar 60 cm. Atau merendam separuh tinggi kendaraan roda dua.
Para pemilik kendaraan rata-rata merupakan mereka yang bekerja di wilayah Darmo Park II. Beberapa dari mereka tampak sibuk mencoba memanaskan motor mereka yang terendam.
Tak hanya motor, di parkiran tersebut juga tampak sejumlah kendaraan roda empat. “Ya belum dikeluarin. Paling juga mogok,” kata Satpam Darmo Park II, Sariono, Rabu (15/1/2020).Selanjutnya “Baru kali ini banjir sampai begini.
Sebelumnya belum pernah begini,” ungkapnya.
Kemudian arus lalu lintas dari Jalan Kutai dan Jalan Ciliwung menuju Jalan Mayjen Sungkono macet total. Ada genangan air sampai mata kaki orang dewasa di dua jalan tersebut. Sehingga para pengendara lebih berhati-hati dan menghindari genangan yang lebih dalam.
Bahkan di Jalan Mayjen Sungkono sempat terjadi genangan yang cucup dalam. Sehingga kemacetan mengular sampai Jalan Diponegoro.
Untungnya petugas gabungan dari Satpol PP dan Dishub Kota Surabaya langsung mengambil tindakan. Mereka membersihkan sampah yang menyumbat di gorong-gorong.
Sehingga genangan perlahan surut dan kemacetan mulai terurai.(*/Gio)
SERANG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melanjutkan penanganan dampak bencana banjir dan longsor di Kabupaten Lebak ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Gubernur Banten, Wahidin Halim menjelaskan, sebagai wakil Pemerintah Pusat, Pemprov Banten dapat menetapkan ataupun memperpanjang masa tanggap darurat apabila ada beberapa daerah atau minimal dua kabupaten/ kota yang terkena bencana alam menetapkan hal yang sama sehingga mempermudah penanganan lintas kabupaten/kota.
“Pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi ini, saya sudah menginstruksikan OPD terkait dalam percepatan pembangunan infrastruktur untuk merehabilitasi dampak bencana dan mendukung aksesibilitas,” ungkap Gubernur, Rabu (15/1/2020).
Dijelaskan, sebagai kepanjangan tangan pusat tetap memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada daerah terdampak bencana yang lebih besar. Baik soal pengungsian, rehabilitasi pascabencana, bantuan rumah rusak berat, sedang, dan ringan seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya.
“Pemprov Banten tetap memberikan dukungan (support) ke Pemkab Lebak yang memperpanjang masa tanggap darurat mulai 14 hingga 28 Januari 2020, khususnya memberikan dukungan dalam menangani pengungsian,” kata Wahidin Halim.
Selain memberikan dukungan penanganan pengungsian, Pemprov Banten akan melanjutkan penanganan bencana, yaitu masa rehabilitasi bencana atau penanganan sarana, seperti jalan yang menjadi kewenangan provinsi.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemprov Banten, Kusmayadi membenarkan masa tanggap darurat bencana di tingkat Provinsi Banten tidak dilanjutkan, sedangkan, Pemkab Lebak melanjutkan masa tanggap darurat bencana hingga 28 Januari 2020.
“Meski tidak melanjutkan masa tanggap darurat bencana, tetapi Pemprov Banten tetap men-support Pemkab Lebak dalam menangani dampak bencana, seperti penanganan pengungsian. Apa yang dilakukan Pemkab Lebak dalam menangani pengungsi, kami dukung,” ujarnya.
Selain membantu Pemkab Lebak dalam menangani masalah pengungsian, kata Kusmayadi, Pemprov Banten melanjutkan penanganan bencana ke tahap rehabilitasi. Pada masa rehabilitasi, kata dia, Pemprov akan memperbaiki jalan dan jembatan yang menjadi kewenangan Pemprov Banten, seperti jembatan Ciberang dan Cinyiru.
“Ruas jalan provinsi yang rusak akibat bencana juga akan ditangani Pemprov Banten. Khusus untuk jembatan Cinyiru, sekarang sudah bisa dilintasi,” tandasnya.
Ditanya soal penanganan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat bencana, Kusmayadi mengatakan, Pemkab Lebak akan mengusulkan perbaikan ke pemerintah pusat. “Kami mendorong, agar rumah yang rusak ditangani pemerintah pusat. Dan Pemkab Lebak sudah mengusulkan,” ungkapnya. (*/Dul)
BLITAR – Jumlah anak yang kecanduan game online di Kota Blitar meningkat tiga kali lipat. Ironisnya, kebanyakan mereka berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kesibukan kedua orang tua mencari nafkah membuat anak kurang dilibatkan dalam kegiatan di rumah.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kota Blitar, Sulistiyani menyebut tahun 2018 hanya ada 5 anak yang dibawa konseling orang tuanya ke psikolog di bawah dinas ini. Namun hingga akhir tahun 2019, jumlah ini naik menjadi 18 anak yang terindikasi kecanduan game online.
“Dari jumlah itu, didominasi pelajar SMP. Dan mereka ini latar belakang orang tuanya dari kalangan ekonomi bawah,” kata Sulistiyani kepada wartawan saat dikonfirmasi, Rabu(15/1/2020).
Menurut Sulis, tingkat kecanduan game online di kalangan pelajar Kota Blitar belum sampai ke tahap akut. Ini karena orang tua peka dengan perubahan perilaku anak mereka dalam keseharian.
Seperti tidak tanggap dengan kondisi di sekitarnya, tidak respon saat dipanggil, nilai pelajaran turun dan lebih suka berdiam diri sambil memegang HP di dalam kamar.
“Dalam sesi parenting kami sampaikan gejala-gejala itu. Sehingga saat orang tua menemui kondisi seperti yang kami sampaikan, mereka bergegas membawa anak mereka kesini,” imbuhnya.
Proses konseling dalam tahap pemulihan kondisi anak sampai kembali normal, lanjut dia, memerlukan komitmen para orang tua untuk melanjutkan sendiri di rumah mereka masing-masing. Tindakan preventif terus dilakukan dalam sosialisasi ke sekolah agar kasus kecanduan game online tidak sampai terlambat sampai akut.
“Biasanya sampai tiga empat kali konseling ke sini. Kalau kondisi anak semakin stabil, kami juga minta orang tua punya komitmen untuk meneruskan di rumah,” pungkasnya. (*/Gio)
PALEMBANG – Warga di delapan kabupaten di Sumatera Selatan diminta untuk mewaspadai hujan disertai petir karena berpotensi mengalami bencana banjir dan longsor pada 13-15 Januari 2020.
Dikutip dari Antara, Kasi Informasi dan Observasi BMKG SMB II Bambang Benny S mengatakan, wilayah yang berpotensi mengalami genangan/banjir, banjir bandang dan tanah longsor yakni Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, dan Kabupaten Muara Enim.
Menurut dia peningkatan intensitas hujan di wilayah tersebut seiring aktifnya musim hujan di wilayah Sumsel dengan indikasi menguatnya Angin Muson Cina Selatan (Muson Barat) yang sarat uap air dan melalui wilayah Indonesia pada umumnya.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan curah hujan dan adanya potensi hujan disertai petir dan angin kencang yang umumnya terjadi pada siang-sore hari sedangkan potensi hujan ringan-sedang yang berlangsung lama (kontinyu) apabila terjadi pada malam-dini hari.
Permukaan Sumsel yang berkarakteristik rawa dan sungai menjadi penyuplai uap air dan adanya pusat tekanan rendah di wilayah Australia (Belahan Bumi Selatan) menyebabkan adanya belokan (trough) dan pertemuan massa udara (konvergensi) di wilayah Sumsel.
Hal ini meningkatkan pertumbuhan awan konvektif (awan hujan akibat pemanasan matahari), sedangkan pada wilayah Sumsel bagian Barat (Dataran Tinggi Bukit Barisan) Angin Lembah yang terjadi mendapat pasokan uap air dari Samudera Hindia yang meningkatkan pertumbuhan awan Orografik (awan hujan akibat ketinggian permukaan).
Berdasarkan kondisi tersebut menyebabkan peningkatan dan kontinyuitas (terus menerus) curah hujan di wilayah Sumsel bagian barat yakni pada wilayah dataran tinggi (Bukit Barisan) yang akan berdampak potensi adanya bencana hidrometeorologi.
Sedangkan potensi bencana hidrometeorologi angin kencang/puting beliung dan genangan/banjir) yakni wilayah Kota Pagar Alam, Kota Prabumulih, KabupatenBanyuasin, Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Secara khusus hujan yang disebabkan awan konvektif dan orografis pada siang-sore hari di wilayah Sumsel ini akan berpotensi tetap terjadi hingga tujuh hari ke depan.
Secara umum, berdasarkan prakiraan BMKG diketahui kondisi hujan disertai petir dan angin kencang di wilayah Sumsel akan meningkat pada tanggal 13-15 Januari 2020, kemudian mengalami penurunan 16-18 Januari 2020 dan akan kembali meningkat pada 19-20 Januari 2020.
“Kami mengimbau masyarakat dan stakeholder terkait untuk tetap waspada dan update informasi dan peringatan dini cuaca dari BMKG,” kata dia, di Palembang, Selasa (14/1/2020).
Ia mengatakan, para pemangku kepentingan diharapkan melakukan perbaikan infrastruktur lebih tahan bencana, membersihkan dan memperbaiki drainase, memangkas/mengurangi dahan dan ranting pohon agar tidak tumbang, perbaikan DAS/Daerah Aliran Sungai, menyiapkan kolam-kolam retensi.
Warga juga diminta berhati-hati beraktivitas di luar rumah dengan tidak berteduh di bawah pohon dan menghindari genangan yang berpotensi kemacetan apabila terjadi hujan pada siang-sore hari.(*/Gint)
SEMARANG – Banjir melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir. Paling banyak, banjir terjadi akibat jebolnya tanggul sungai.
Yang cukup parah terjadi di Desa Trimulyo, Kecamatan Guntur, Demak. Di mana akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang, ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir dengan ketinggian yang cukup tinggi.
Menindaklanjuti hal ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung membentuk tim khusus yang diberi nama Tim Jaga Kali. Tim ini bertugas memantau kondisi sungai, agar peristiwa ambrolnya tanggul tak terulang.
Tim ini menurut Ganjar melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai, Pemprov Jateng dan pemkab ataupun pemkot. Tim ini menurut dia, akan rutin melakukan patroli di aliran sungai.
“Maka fungsi tanggul ini jangan diotak-atik untuk apapun. Jangan ditanami, jangan bikin pintu air dan jangan ngambil air dengan membuat gorong-gorong. Ini harus kita rawat. Karena begitu ini rentan, jika curah air hujan tinggi akan langsung dihajar. Kita bentuk tim Jaga Kali untuk patroli,” kata Ganjar,(14/1/2020).
Berdasarkan hasil evaluasi, lanjut Ganjar, jebolnya tanggul menyebabkan banjir di beberapa titik. Dari aliran Sungai Tuntang saja sudah menyebabkan banjir di Demak dan Grobogan.
Selanjutnya di Brebes, yang juga ada sedimentasi. Ganjar mengapresiasi respon cepat yang diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang langsung terjun ke lokasi.
“Ini tindakan cepat. Kalau saya melihat di Sungai Tuntang, di sebelah kirinya adalah kawasan pemukiman yang jelas lebih rendah dari Sungai Tuntang. Maka tanggul ini fungsinya adalah mengamankan, sehingga air tidak limpas atau masuk ke pemukiman,” kata Ganjar.
Untuk itu, Ganjar menghimbau tim Jaga Kali untuk selalu berpatroli dan mengecek kerusakan tanggul. “Kita perlu sosialisasi dan patroli jaga kali. Kenapa? Air mesti kita jaga terus dan semua menggunakan. Tapi selalu saja ada daerah rawan yang di situ perlu tanda peringatan dan sesekali ada patroli apakah di situ ada gangguan atau tidak,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, Ganjar mengatakan, pemerintah pusat maupun daerah terus menggalakkan penanaman pohon secara massal di hulu. Di Jawa Tengah, upaya reboisasi dilakukan di kawasan Gunung Muria, Pegunungan Kendeng dan daerah hulu lainnya.
“Kami bekerja sama merawat sedimentasi. Meski ini ranahnya BBWS tapi kami siap bantu. Kalau semua diserahkan PUPR duitnya tidak cukup. Tapi sedimentasi bukan hanya soal mengeruk lho. Sekarang kita tanam terus dalam beberapa minggu ini. Di Muria, Kendeng dan hulu yang lain,” pungkasnya.
Senin (13/1/2020) kemarin, Ganjar juga meninjau lokasi tanggul jebol di Sungai Tuntang, dan mengunjungi pengungsi.
Ada dua sisi tanggul Sungai Tuntang di Desa Trimulyo yang jebol. Tujuh eskavator telah diterjunkan ke lokasi untuk menggarap tanggul semipermanen. Sebelumnya tanggul darurat telah dibangun namun tak kuasa membendung derasnya arus sungai.
Musibah banjir dan rob yang melanda Kota Semarang juga mendapat perhatian serius Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Usai pulang dari Jeddah Arab Saudi mengikuti kegiatan pameran industri kreatif dan pariwisata asal Jateng, pada Selasa (4/12) siang, Ganjar langsung berkeliling untuk meninjau lokasi-lokasi yang tergenang banjir dan rob di Kota Semarang.(*/D Tom)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro