TUBAN – Menuju new normal harus menerapkan protokol kesehatan agar bisa memutuskan mata rantai covid-19 dimanapun berada baik di pasar di tempat pariwisata dan tempat umum.
Wisata religi Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim) kembali dibuka secara bertahap.
Sejumlah peziarah diperbolehkan masuk, tetapi dengan tetap menjalankan protokol kesehatan ketat.
Sesuai peraturan, para peziarah hanya diperbolahkan berada di kompleks makam selama 25 menit. Jumlah peziarah juga dibatasi hanya 60 orang, dan diharuskan mengenakan masker, cuci tangan serta menjaga jarak 1 meter.
Pengurus Yayasan Sunan Bobang, Tuban, Ihwan Hadi mengatakan, sesuai rencana pemerintah, makam Sunan Bonang baru akan dibuka pada Agustus mendatang.
Namun, untuk kesiapan, hari ini pihaknya membuka secara bertahap.
“Semua anjuran pemerintah sudah kami ikuti, terurama kelengkapan protokol kesehatan. Maka sambil menunggu bulan Agustus, ini kita buka bertahap,” katanya, Minggu (28/6/2020).
Pantauan , sejumlah peziarah juga mulai berdatangan, meski tak seramai biasanya. Mereka datang dari wilayah sekitar Tuban serta beberapa daerah lain di Jatim, di antaranya rombongan dari Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro.
“Alhamdulillah, sudah boleh masuk, tetapi ya memang dibatasi,” kata salah seorang peziarah, Sriyati.
Diketahui, sejak pandemi Covid-19, wisata religi Sunan Bonang ditutup total. Kebijakan ini dilakukan sesuai arahan Pemerintah Kabupaten Tuban. Tak hanya wisata religi Sunan Bonang, seluruh objek wisata di Tuban lainnya juga ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19.(*/Gio)
SUKABUMI – Salah satu keberhasilan untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19 selalu menerapkan protokol kesehatan .
Kota Sukabumi menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat yang masuk level 1 zona hijau dalam penilaian gugus tugas Penanganan Covid-19 Provinsi.
Kondisi ini dikarenakan turunnya kasus orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), pasien konfirmasi positif turun, dan laju kesembuhan naik serta laju tranmisi di bawah rata-rata.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi saat memantau jalannya pelaksanaan rapid test Covid-19 di Lapangan Merdeka Kota Sukabumi, Minggu (28/6) pagi.
Kegiatan yang digelar di tempat sarana umum itu untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.
“Alhamdulillah Kota Sukabumi saat ini masuk daerah pertama di Jawa Barat masuk zona hijau, akan tetapi harus tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi.
Rapid tes ini misalnya sebagai salah satu bentuk kewaspadaan dan cara memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Pemantauan rapid test juga didampingi Sekda Kota Sukabumi Dida Sembada dan Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Rita Fitrianingsih. Selepas meninjau rapid tes, wali kota berkeliling Lapang Merdeka untuk memastikan warga tetap menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker.
Meskipun sudah masuk zona hijau lanjut Fahmi, warga diminta tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak. Khususnya bagi warga yang berolahraga di Lapang Merdeka dan tempat umum lainnya.
Fahmi meminta masyarakat jangan menganggap dengan masuknya ke level satu zona hijau merasa telah bebas. Sebab ingat vaksin dan obat spesifik Covid-19 ini belum ada.
Sehingga warga tetap harus sangat waspada dan menjaga protokol kesehatan terutama memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Upaya ini ditekankan agar Kota Sukabumi tetap berada di zona hijau.
Kewaspadaan juga diperlukan kata Fahmi, karena daerah tetangga sekitar Kota Sukabumi belum masuk zona hijau. Kondisi ini menunjukkan bagaimana Kota Sukabumi tetap wajib meningkatkan kewaspadaan.
Di antaranya dengan tetap melakukan pembatasan dan mendoakan agar daerah tetangga sekitar juga masuk ke zona yang sama dengan Kota Sukabumi.(*/Yan)
BANDUNG – Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) menggelar rapid test massal di Stasiun Bogor dan Bojong Gede. Dari 857 orang pelaku perjalanan yang menjalani rapid test sebanyak 15 orang hasilnya reaktif Covid-19.
“Mereka yang reaktif langsung melaksanakan swab test. Pemeriksaan sampel ada yang dilakukan di Labkesda Jabar, ada juga yang diperiksa di mobil PCR,” kata Koordinator Sub Divisi Pengawasan Massa dan Penegakan Aturan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Dedi Taufik Kurrohman,dikutip dari republika, Sabtu (27/6/2020).
Hasil tersebut diperoleh seusai Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) menggelar tes masif bagi pelaku perjalanan di Stasiun Bogor dan Bojong Gede dan Gugus tugas provinsi menyediakan sekitar 1.000 hingga 1.500 rapid test dan swab test.
Dedi menyatakan, tes masif efektif menyaring pelaku perjalanan yang masuk Jabar, untuk cegah munculnya kasus impor (imported case).
Namun, kata ia, menumbuhkan kedisiplinan pelaku perjalanan menerapkan protokol kesehatan amat krusial dalam penanganan Covid-19 di Jabar. “Kedisiplinan dan kewaspadaan harus tetap kami tingkatkan.
Produktivitas kami tingkatkan, tetapi tingkat kewaspadaan dan kedisiplinan perlu melalui protokol kesehatan,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Koordinator Sub Divisi Sterilisasi Fasilitas Publik Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Hery Antasari.
Menurut, Hery tes masif dan operasi gabungan dapat memicu kedisiplinan masyarakat, seperti memeriksa kondisi sendiri dan mempersiapkan masker maupun hand sanitizer sebelum bepergian.
“Masyarakat yang akan melakukan perjalanan siap-siap dengan protokol kesehatan dan mengantisipasi agar tidak diputar balik. Mereka tidak akan nekat melakukan perjalanan dalam kondisi tidak sehat. Itu yang terpenting,” kata Hery.
Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti menyatakan, tes masif digelar sebagai pendeteksian dini, mengingat mobilitas warga Jabar yang keluar-masuk DKI Jakarta di kedua stasiun itu tinggi.
“Kami akan mengecek selalu pintu-pintu masuk ke Jabar. Seperti pekan lalu, kami mengadakan operasi gabungan dan tes masif di kawasan puncak,”tukasnya.(*/Hend)
BANDUNG – Bersepeda menjadi tren baru warga perkotaan dan ini perlu dukungan semua pihak agar bisa lebih tertib dan teratur .
Kota Bandung siap membangun jalur sepeda baru. Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan Pemkot bersama komunitas siap membangun jalur sepeda di tengah anggaran yang terbatas.
“Kami bersama instansi terkait seperti dinas PU dan perhubungan bersama beberapa komunitas sepeda di Bandung untuk mulai mengreaktivasi kembali jalur sepeda yang ada,” ucapnya dalam acara diskusi MTI Wilayah Jawa Barat yang diadakan Sabtu(27/6/2020).
Selain mengaktifkan kembali jalur yang sudah ada, pemerintah kota Bandung juga memiliki rencana untuk membangun jalur baru yang direkomendasikan oleh komunitas pesepeda. Dia berharap dengan aktivasi jalur sepeda ini masyarakat bisa bersepeda dengan aman dan nyaman.
Bandung saat ini memiliki lima jalur sepeda. Pertama pada lajur sepada Asia Afrika, lajur sepeda Balai Kota sampai Saparua, lajur sepeda Dago, lajur sepeda Dipatiukur dan terakhir lajur sepada Buah Batu.
Ia berharap euforia bersepeda masyarakat bandung bisa menjadi sebuah kebiasaan kedepannya. Selain kesehatan, Yana menyebut banyak manfaat yang terjadi ketika masyarkat beralih ke sepeda.
Ia menyebut pemerintah kota Bandung akan terus mendorong fasilitas agar masyarakat saat ini bisa menjadikan sepeda bukan hanya olahraga namun menjadi kebiasaan.
Kasatlantas Polrestabes Bandung, Kompol Bayu Catur Prabowo mengatakan tren bersepeda di Bandung sudah dimulai sejak mulainya bekerja dan sekolah dari rumah. Keadaan jalanan yang sepi turut menjadi alasan masyarakat nyaman untuk menggunakan sepeda.
“Ketika mulainya kegiatan dari rumah sebenarnya sudah muncul komunitas pesepeda yang melaksanakan kegiatan bersepeda. Tetapi yang kita harus liat sendiri di kota Bandung, 3 bulan sebelum PSBB berakhir situasi jalanan sudah sepi dan sepertinya menjadikan kenyamanan untuk bersepeda,” tukasnya.(*/Hend)
MAGELANG – Taman Wisata Candi Borobudur telah resmi dibuka kembali. Meski pembukaan destinasi yang masuk dalam program super prioritas ini masih dalam tahap uji coba, para wisatawan dikabarkan sangat antusias.
Bahkan wisatawan asing juga sudah diperbolehkan main ke Borobudur.
“Wisatawan mancanegara sudah boleh datang kok. Untuk untuk sekarang memang belum ada, karena penerbangan dari luar negeri juga belum optimal.
Namun untuk ke depannya, kami sudah menyiapkan jalur khusus untuk mereka,” ungkap Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, & Ratu Boko, Edy Setijono, saat dihubungi belum lama ini.
“Kenapa kami berani menerima mereka? Karena asumsinya wisman yang ada di Indonesia itu sudah melalui prosesur protokol kesehatan di imigrasi, dan kami pun telah melakukan berbagai persiapan”, timpalnya.
Sebagai informasi, dalam masa uji coba pembukaan ini, jam operasional Candi Borobudur memang sedikit berubah. Wisatawan diperkenankan masuk mulai pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB.
Selain itu, proses reservasi atau pembelian tiket pun harus dilakukan secara online. Namun mengingat masih banyak wisatawan yang belum mengetahui peraturan tersebut, pihak TWC menyediakan kuota pembelian tiket on the spot sebanyak 70% dan online 30%.
“Peraturan ini kan diberlakukan untuk memastikan wisatawan menjaga jarak antara satu sama lain dan tidak memicu kerumunan. Jadi memang ada pembatasan jumlah pengunjung yakni, 1.500 per hari,” ujarnya.
Padahal, sebelum pandemi, rata-rata pengunjung di Candi Borobudur itu 11 ribu per hari. Intinya untuk saat ini fokus bukan di banyak atau sedikitnya wisatawan, yang terpenting protokol kesehatannya bisa dijalankan atau tidak.(*/D Tom)
SURABAYA – Jawa Timur menjadi zona merah dan tertinggi di Indonesia sebab itu berbagai daya upaya diusahakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur .
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa akan berupaya semaksimal mungkin untuk bisa menekan angka penularan virus corona (Covid-19) di wilayahnya. Pihaknya sangat serius dalam memerangi wabah penyakit ini.
Bahkan semua daya dikerahkan untuk menekan penularan Covid-19 di masyarakat. Sehingga jumlah warga yang terpapar bisa menurun. Kemudian nantinya diharapkan Jatim bisa bebas dari wabah tersebut.
“Sejak awal, kami sangat serius dalam menangani ini (Covid-19). Semua daya upaya akan kami kerahkan untuk menekan angka penularannya,” terang Khofifah di Gedung Grahadi Surabaya, Jumat (26/6/2020).
Menurut Khofifah, selama ini seluruh kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Jatim diambil dengan terlebih dahulu melihat data dan fakta di lapangan, serta masukan dari para pakar epidemiologi yang juga dijadikan pertimbangan dalam setiap pengambilan kebijakan.
Fakta tingkat kedisiplinan masyarakat Jatim dalam penerapan protokol kesehatan berdasarkan survei IKA FKM Unair, masih kurang maksimal. Hal inilah yang menurut pakar salah satu penyebab munculnya klaster baru, dan terus bertambahnya jumlah pasien Covid-19 di Jatim.
Sesuai temuan survei itu didapat fakta sejumlah pasar tradisional belum menerapkan protokol kesehatan secara baik.
“Menuntaskan pandemi ini tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Butuh sinergitas bersama seluruh elemen masyarakat agar rantai penularan Covid-19 bisa diputus.
Termasuk di level pemerintahan sendiri, dari pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga desa harus linier. Tidak bisa beda-beda dan sendiri-sendiri,” paparnya.
Khofifah menambahkan, selain itu juga butuh dukungan yang kuat dari semua elemen masyarakat. Mulai dari forkopimda, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, ulama, pengusaha, dan juga media.
Seperti diketahui, dalam kunjungan ke Posko Gugus Tugas Provinsi Jatim, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi waktu dua minggu bagi Pemprov Jatim untuk menurunkan angka penularan Covid-19.
Jokowi juga memberikan sejumlah instruksi terkait penanganan tersebut. Seperti arahan untuk tes masif, pelacakan secara agresif, perawatan, dan isolasi mandiri terhadap pasien tanpa keluhan yang harus terus dilakukan dengan ketat.(*/Gio)
GUNUNG KIDUL – Musim kemarau diperkiarakan sebentar lagi namun Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiapkan dana Rp 700 juta untuk menangani dampak kekeringan pada tahun 2020.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki mengatakan, dana itu belum termasuk dana dalam pos anggaran di Dinas Sosial, pemerintah kecamatan, dan bantuan dari swasta.
“Anggaran di BPBD tersedia sekitar Rp 700 juta. Tapi untuk kecamatan, saya tidak tahu karena mereka memiliki anggaran tersendiri,” kata Edy, Kamis (25/6).
BPBD Gunung Kidul sudah mulai memetakan daerah yang rawan menghadapi kekeringan selama musim kemarau serta berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan untuk mengantisipasi dampak kemarau.
“Mulai tahun ini pemerintah kecamatan dilarang menyalurkan bantuan sendiri. Hal itu dikarenakan dalam pelaksanaan dropping (penyaluran) harus menggandeng pihak ketiga. Tahun sebelumnya bisa melakukan sendiri dengan tangki pengangkut air yang dimiliki, tapi untuk sekarang sudah tidak bisa dan harus bekerja sama dengan pihak ketiga,” katanya.
Sementara itu, Camat Girisubo Arif Yahya mengatakan, pemerintah kecamatan sudah tidak bisa lagi menyalurkan bantuan air bersih kepada warga karena penyaluran bantuan harus dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga.
“Tahun ini anggarannya Rp 90 juta. Rencananya kita akan menggandeng pihak ketiga dan dropping dimulai awal Juli,”ungkapnya.(*/D Tom)
SURABAYA – Jawa timur menjadi sorotan karena mencapai penyebaran covid-19 yang paling tinggi .Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengeluhkan rendahnya kesadaran masyarakat Surabaya Raya untuk menerapkan protokol kesehatan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Curhatan tersebut disampaikan ke Presiden Joko Widodo, saat berkunjung ke Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (25/6).
Di hadapan Jokowi, Khofifah memaparkan hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair). Hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya di tempat ibadah masih rendah.
Di mana, 70 persen di antaranya masih enggan mengenakan masker dan tidak menjaga jarak sebesat 84 persen. “Kemudian di pasar tradisional, masyarakat yang tidak menggunakan masker 84 persen.
Tidak physical distancing 89 persen. Ada juga di tempat tongkrongan, 88 persen tidak bermasker, 89 persen tidak jaga jarak. Ini hasil dari IKA FKM Unair,” ujar Khofifah.
Khofifah mengatakan, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya ini membuat pihaknya kesulitan mengendalikan penyebaran Covid-19. Di mana rate of transmission (RT) atau tingkat penularan di Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1, kembali naik setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.
“Kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni (satu hari setelah PSBB Surabaya Raya berakhir) sebetulnya rate of transmission di Jawa Timur sudah 0,86 persen, tapi kemudian ada kenaikan kembali pada tanggal 24 kemarin menjadi 1,08 persen,” ujar Khofifah.
Khofifah melanjutkan, RT di Kota Surabaya juga sempat berada di bawah satu, meskipun hanya bertahan enam hari. Kemudian di Sidoarjo, angka RT di bawah satu hanya bertahan delapan hari, dan di Gresik bertahan enam hari.
Angka RT di bawah satu, tidak bisa dipertahankan sampai 14 hari sesuai standar WHO dan Bappenas, yang artinya belum bisa menerapkan tatanan normal baru atau new normal.
Khofifah berpendapat, kembali meningkatnya tingkat penularan tidak lepas dari kegiatan kunjungan masyarakat saat Lebaran. Meskipun Pemprov Jatim mengimbau untuk tidak dulu menggelar silaturahim, Khofifah mengakui sulit untuk mengendalikan masyarakat di hari Lebaran tersebut.
“Tetapi kemudian imbauan kami pada saat Lebaran supaya silaturahim secara virtual dan seterusnya, itu tidak mudah untuk mengajak masyarakat halal bi halalnya nanti secara digital saja. Ternyata dianggap kurang afdol,”tukasnya.(*/Gio)
BANTUL – Pariwisata saat ini mulai bangkit walau masigh dalam pandemi namun penerapan protokol kesehatan sangat penting dimanapun lebih-lebih di daerah wisata yang padat pengunjungnya .
Pengelola berbagai jenis objek wisata di Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan destinasi baru di kawasan perbukitan. Hal ini dalam rangka menyambut new normal atau kenormalan baru di tengah pandemi wabah COVID-19.
Ketua Koperasi Noto Wono Mangunan Purwo Harsono di Bantul, Rabu (24/6), mengatakan, sejak kawasan wisata Mangunan Dlingo ditutup tiga bulan lalu akibat wabah COVID-19, pengelola dan pelaku wisata terus melakukan pembersihan. Pembenahan sarana dilakukan, termasuk penataan kawasan agar wisata tetap terurus.
“Sejak ditutup Maret itu saya sudah berhitung berkaitan dengan kawasan itu kalau tidak diurus, tidak dikelola pasti terjadi kerusakan, makanya walaupun tidak ada kunjungan tetap harus aktifitas, membersihkan, menambah yang kurang, karena saya ingin saat new normal itu ada new destinasi,” katanya.
Dia mengatakan, destinasi baru yang dikembangkan di kawasan Mangunan terdapat di Bukit Mojo, konsep destinasi yang ditawarkan, yaitu pesona pemandangan alam dari atas bukit. Kemudian juga kawasan yang dipenuhi dengan susunan batu sebagai daya tarik baru.
“Saya arahkan untuk membuat destinasi baru sebagai daya tarik baru di kawasan ini yang saya ikonkan besok di Bukit Mojo, nanti begitu objek wisata dibuka di sana total new destinasi, sementara objek wisata yang lain itu mengikuti,” kata pria yang akrab disapa Ipung tersebut.
Dia mengatakan, misalnya di objek wisata Hutan Pinus akan dibuat daya tarik rumah keong. Kemudian Bukit Panguk ada kapal, Puncak Becici ada bunga mekar dan cermin kota dengan karya-karya baru dari para pengelola, sehingga banyak hal yang ditawarkan setelah pandemi COVID-19 selesai.
“Jadi daya tarik baru dengan tema new destinasi, khusus di Bukit Mojo itu ada ikon dengan bentuk seperti mahkota raja, kemudian penataan panoramatema menata batu, jadi dibuat alami seperti gerbang gapura dari tatatan batu, dibuat terasiring batu, juga ada panggung batu,” katanya.
Berkaitan dengan persiapan pembukaan kembali objek wisata di Mangunan setelah tiga bulan ditutup karena dampak pandemi corona, kata dia, Dinas Pariwisata DIY sudah melakukan pendampingan kepada pengelola di sejumlah kawasan wisata perbukitan Mangunan.
“Dinas Pariwisata DIY menjelaskan protokol kesehatan di empat objek wisata, juga kepada sanggar pedagang terkait perilaku harus bagaimana, alat kelengkapan apa, loket wisata harus bagaimana, parkir harus bagaimana, sekaligus mengecek kelengkapan yang harus ada,” tukasnya.(*/D Tom)
TASIKMALAYA – BDB yang saat ini menjadi pandemi di daerah – daerah menjadi perhatian ksusus Dinas Kesehatanan .
Dinkes Kota Tasikmalaya mencatat, hingga saat ini terdapat lebih dari 600 kasus demam berdarah dengue (DBD). Sebanyak 16 orang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, sejak awal tahun hingga Juni 2020 tercatat ada 634 kasus DBD.
Angka itu mengalami peningkatakan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yang menunjukkan angka 588 kasus. “Yang paling memprihatinkan, dari 16 orang yang meninggal, 11 orang di antaranya itu anak-anak,” kata dia, Rabu (24/6).
Berdasarkan data per wilayah, Kecamatan Kawalu merupakan wilayah paling tinggi mencatatkan kasus DBD dengan 118 penderita dan lima kasus kematian.
Posisi kedua ditempati oleh Kecamatan Mangkubumi dengan 84 kasus, selanjutnya Kecamatan Tamansari 70 kasus, Cihideung 66 kasus, Cibereum 58 kasus, dan sisanya menyebar di kecamatan lain.
Sementara kasus kematian akibat DBD selain di Kecamatan Kawalu dengan lima kasus, juga terjadi di Cipedes tiga kasus, Purbaratu, Bungursari, dan Cihideung, masing-masing dua kasus, serta Indihiang dan Tawang masing-masing satu kasus.
Uus mengatakan, pihaknya telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk penanggulangan DBB.
Pihaknya juga akan mengumpulkan para camat agar lebih menggerakan warganya dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara bersama-sama. “Karena faktor yang penting adalah PSN. Tidak bisa hanya mengandalkan fogging,” kata dia.
Ia juga mengingatkan agar warga menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Menurut dia, PSBH itu penting bukan hanya untuk menanggulangi Covid-19, tapi juga DBD.
Sebab, DBD di Kota Tasikmalaya juga berpotensi menjadi wabah.(*/Dang)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro