BEKASI – Kota Bekasi menempati urutan ketiga se-Jawa Barat dalam kasus HIV/AIDS. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat Kota Bekasi.
“Urutan ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bogor,” jelas Tri Adhianto, Wakil Walikota Bekasi, saat memperingati Hari AIDS sedunia, di Plaza Pemkot Bekasi, Minggu (1/12/2019).
Tri Adhianto menjelaskan, dewasa ini masalah HIV/Aids sudah menjadi kompleks dan serius, kenyataan tersebut berimbas kepada masyarakat yang benar benar harus dijaga.
Menurut data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, ada 145 orang pengidap human immunodeficiency virus (HIV), “Itu data dari Januari 2019,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kota Bekasi, Dezi Syukrawati, sambil mengatakan penderita mengalami penurunan setiap tahunnya.
“Sebelumnya tahun 2018 ada sebanyak 360 pendeirta HIV/AIDS, tahun 2017 ada 554 penderita,” jelas Dezi, sambil mengatakan ada penurunan hampir mencapai 50 persen tiap tahunnya.
Dezi menerangkan, para penderita HIV belum tentu terjangkit acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Jika mereka melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur, “Kalau penderita AIDS hingga data Juli 2019 belum ada. Untuk 2018 ada 7 sedangkan 2017 ada 15,” kata Dezi.
Dezi menerangkan, mereka yang terjangkit virus HIV tidak bisa disembuh. Maka dari itu ia meminta agar mereka dapat meminum obat antiretroviral (ARV) seumur hidup sehingga virus itu tak menularkan ke orang lain.
“Karena ini tidak bisa sembuh, tapi kan jangan sampai virus ini menyebar ke lebih banyak orang lagi. Maka harus minum obat seumur hidup sehingga virusnya pasif,” kata Dezi. (*/Aln)
JAKARTA – Anggota DPR RI Adang Sudrajat meminta pemerintah untuk membatalkan rencana kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Legislator dari Kabupaten Bandung dan Bandung Barat ini berkeyakinan bahwa, bila BPJS dinaikkan, dampak yang dirasakan masyarakat yang tergolong memiliki ekonomi lemah akan sangat terasa bebannya.
Baru-baru ini, kata Adang, pemerintah memiliki rencana akan menaikkan Iuran BPJS Kesehatan. Rencana kenaikan ini dilakukan secara serentak pada tahun 2020 pada golongan kelas I, II dan kelas III. Adapun iuran kelas I dari Rp 80.000 menjadi Rp 160.000, kelas II dari Rp 51.000 menjadi Rp 110.000 serta kelas III dari Rp 25.500 menjadi Rp 42.000.
“Saya melihat, bahwa Pemerintah saat ini sedang tambal sulam kebijakan, untuk menutupi defisit BPJS, yang cenderung memberatkan dan membebani rakyat,” jelas Adang seperti mengutip dpr.go.id.
Ia menyampaikan, masyarakat yang paling terbebani oleh kenaikan BPJS adalah masyarakat yang merupakan Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU). Mereka pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi pemberi Kerja; pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah.
“Pekerja bukan penerima upah adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim usaha, tapi paling berjasa dalam memacu perekonomian. Golongan ini ditenggarai yang paling banyak menunggak iuran BPJS, karena iklim usaha yang tidak kondusif,” ujarnya.
Ditegaskannya, kebijakan meletakkan BPJS sebagai satu-satunya penyelenggara JKN adalah keputusan politik yang gegabah karena selain menafikan kemampuan beberapa daerah yang memiliki keluangan finansial. Juga terbukti kontra produktif terhadap desentralisasi kewenangan yang sedang di bangun.
“Pemerintah terhadap BPJS ini seperti menganugerahkan kewenangan monopoli operasional pada badan yang belum terbukti kehandalannya. Pemerintah terlalu percaya diri memberi kepercayaan yang sangat besar kepada BPJS sebagai operator JKN dari sebuah negara besar dengan penduduk yang padat, sehingga pada akhirnya realisasi di lapangan menjadi amburadul,” tuntasnya.(*/Ag)
JAKARTA – Salah satu risiko dari kurangnya asupan gizi pada anak remaja putri berdampak pada putus sekolah.
Hal tersebut karena remaja putri tidak mampu menjalani kehidupannya dengan lebih produktif. Kondisi ini timbul karena remaja putri mengalami anemia.
Pendidikan gizi dan suplementasi tablet tambah darah (TTD) mingguan adalah kunci untuk memerangi anemia. Ini dapat meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri, yang mana dapat membantu memutus siklus kekurangan gizi antar generasi.
Joel Spicer, Presiden dan CEO Nutrition International menekankan, kurang gizi pada dasarnya melemahkan, terutama bagi remaja putri.
“Kurang gizi berarti terganggunya perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh yang rendah, yang menyebabkan performa kegiatan belajar di sekolahnya menjadi terganggu,” ujar Joel.(*/Nia)
JAKARTA – Kontrol kesehatan secara rutin sangat baik bagi setiap orang.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Alergi Imunologi RS Premier, dr. Prasna Pramitha, SpPD, K-AI,FINASIM, MARS, agar masyarakat mulai disiplin untuk hidup sehat dan waspada pada penyakit akibat gaya hidup yang buruk, salah satunya adalah melakukan kontrol kesehatan.
“Jika kita sudah terdeteksi mengidap darah tinggi atau diabetes maka otomatis harus rajin kontrol ke dokter, mengonsumsi obat yang dianjurkan dokter, dan menjalani gaya hidup sehat,” kata dr. Prasna, Jakarta, Rabu, (19/06/2019).
Dia menambahkan, jangan takut melakukan check-up ke dokter karena khawatir akan hasilnya. Walaupun penyakit seperti darah tinggi dan diabetes tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol dengan cara tersebut.
Dr. Prasna menganjurkan agar masyarakat rajin mengontrol kesehatan secara medis, yaitu dengan melakukan check-up ke dokter terutama bagi yang sudah berusia 35 tahun ke atas.
“Bila sudah berusia 35 tahun ke atas perlu dilakukan medical check-up (MCU) minimal sekali dalam setahun. Jika sudah berusia 50 tahun ke atas sebaiknya melakukan check up menjadi 6 bulan sekali dan harus rutin kontrol teratur ke dokter,” tambahnya.
Pasien juga jangan menunggu hingga obat rutin yang harus dikonsumsi habis baru kontrol ke dokter karena beberapa penyakit penyakit, seperti darah tinggi diharuskan rutin mengonsumsi obat resep dokter. (*/Nia)
JAKARTA – Secara umum untuk menghindari dari berbagai penyakit khususnya penyakit kanker, masyarakat diminta hidup teratur.
Salah satunya adalah dengan menghindari gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak merokok dan tidak minum alkohol.
“Hidup tidak ngoyo dan menghindari stress yang berlebihan-lebih apalagi jika sudah usia lanjut atau berumur di atas 60 tahun,” Dr Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi Klinis, seperti yang dikutip dari siaran pers, Jakarta, (03/06/2019).
Selamat jalan Ani Yudhoyono, semoga husnul Khotimah dan keluarga yang ditinggalkan tabah dalam menerima cobaan ini. (*/Nia)
JAKARTA – Sahur menjadi kunci untuk tubuh siap menjalani puasa selama kurang lebih 14 jam. Jangan asal makan, karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Menurut Astri Kurniati, S.T., M.App.Sc., Head of Nutrifood Research Center, konsumsi karbohidrat kompleks sangat penting juga ditambahkan dengan protein.
Tidak lupa dengan asupan serat yang cukup. Ini agar tubuh tidak mengalami sembelit.
“Itu yang harus diperhatikan saat sahur. Kemudian juga untuk berbuka puasa,” kata Astri saat ditemui di Jakarta, Senin, (13/05/2019).
Masih menurutnya, saat berbuka, perbanyak konsumsi air mineral. Kemudian, asupan buah – buahan.
“Jika minum manis justru semakin ingin manis lagi. Kurangi gula dan santan. Lemak adalah nutrisi paling lama dicerna sehingga merangsang produksi asam lambung berlebih,” tambahnya.
Perlu diperhatikan, ketika menjadi seorang yang memiliki keturunan diabetes, maka mengurangi konsumsi gula sangat menjadi prioritas utama.
“Lain halnya dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Bagi penderita hipertensi maka mengurangi garam,” paparnya.(*/Nia)
JAKARTA – Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular.
Vaksin bekerja dengan menimbulkan antibodi melalui cara memberikan antigen berupa bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan sehingga dapat mengetahui, mengingat dan menghancurkan kuman atau penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Alhasil, tubuh pun dapat dengan mudah mengenali dan mencegah benda asing yang nantinya masuk dan menyerang tubuh. Pemberian vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang terbukti efektif dari sisi biaya (cost effective) dan bermanfaat untuk pemberian perlindungan komunitas (herd immunity).
“Vaksin menjadi bagian penting dari program imunisasi nasional,” kata asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda provinsi DKI Jakarta, Catur Laswanto, di peluncuran kampanye Kenapa Harus Vaksi.
Vaksinasi dapat melindungi anak-anak dari penyakit yang mematikan, sebagian besar penyakit tersebut tidak memiliki alternatif terapi selain vaksin. Ketika bayi lahir, sistem kekebalan tubuhnya berjuang melawan jutaan kuman (bakteri dan virus).
Bayi baru lahir memang mendapatkan perlindungan terhadap beberapa penyakit menular karena adanya antibodi dari sang ibu dan vaksin yang diterima oleh ibu sebelum bayi lahir. Namun, perlindungan tersebut perlahan melemah di bulan pertama setelah bayi lahir sehingga bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit menular.
Vaksin ulangan juga memegang peranan vital seiring pertambahan usia anak, terutama ketika memasuki usia sekolah. Selain melindungi diri, hal ini juga membantu menghentikan penyebaran penyakit menular di sekitarnya.
Selain bayi dan anak-anak, vaksinasi juga dibutuhkan orang dewasa hingga lanjut usia sesuai kebutuhannya dalam rangka melindungi seseorang dari penyakit tertentu. Hal ini diperkuat oleh rekomendasi WHO, Kementerian Kesehatan, dan Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia).
“Masih ada beberapa masyarakat yang belum paham. Ada segmen masyarakat yang beranggapan karena gratis sehingga vaksin tidak berkualitas. Padahal vaksin gratis ini berstandar WHO,” ujar Sri Widyastuti selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Beberapa alasan penting mengapa orang dewasa (usia 18 tahun) perlu diberikan imunisasi adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi saat ini belum sepenuhnya tereliminasi, vaksin aman dan efektif mencegah penyakit, vaksin dapat membuat orang dewasa tetap sehat seperti halnya diet dan olahraga, sebagian orang dewasa adalah kelompok berisiko seperti penderita penyakit kronik (diabetes, jantung, asma, penyakit paru) dan ibu hamil, juga orang yang berisiko karena pekerjaannya.
Demikian pula untuk orang lanjut usia ( usia 60 tahun). Kelompok usia ini termasuk rentan terhadap penularan penyakit infeksi karena penurunan kekebalan tubuh dan penurunan fungsi organ secara umum, serta banyaknya paparan kuman pada lanjut usia yang memudahkan terjadinya infeksi pada lanjut usia. Pentingnya vaksinasi serta manfaatnya bagi kehidupan manusia diusung menjadi tema Pekan Imunisasi Dunia yang diadakan pada 24 30 April 2019 yaitu Protected Together: Vaccines Work!.
Pekan Imunisasi Dunia tahun ini juga mengapresiasi upaya para pahlawan vaksin (vaccine heroes) orangtua, masyarakat, pekerja kesehatan, dan inovator yang berperan aktif dalam mengupayakan perlindungan vaksin bagi semua usia.
Tujuan Pekan Imunisasi Dunia yang tak kalah penting adalah meningkatkan pengetahuan publik mengenai vaksin agar target eliminasi berbagai penyakit infeksi dapat tercapai.
Tak sedikit masyarakat yang masih bertanya-tanya atau memiliki keraguan mengenai vaksin. Karena itu, Sanofi Pasteur ingin mengajak masyarakat agar lebih mengenal manfaat dan pentingnya vaksinasi lewat kampanye Kenapa Harus Vaksindi media sosial Instagram dan Facebook.
Kampanye Kenapa Harus Vaksindiharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan masyarakat seperti perlu tidaknya vaksinasi, apakah vaksinasi hanya untuk anak-anak, dan efektivitas vaksin.
Peluncuran kampanye Kenapa Harus Vaksindilakukan bersamaan dengan momen Pekan Imunisasi Dunia 2019. Di mana Sanofi Pasteur bekerja sama dengan WHO, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dan Ronald McDonald House Charities (RMHC). Acara ini diadakan di kawasan Sudirman Car Free Day Jakarta, baru – baru ini.(*/Nia)
KINTAMANI – Migrain adalah salah satu penyakit yang banyak dirasakan orang. Mengatasi masalah tersebut ternyata sangat mudah, cukup dengan pijatan.
Pelatih, I Wayan Sukeria, mencontohkan akupresur untuk migrain yaitu dengan menekan 2 pelipis dengan 2, 3, atau 4 jari sebanyak 30 kali atau dengan memutarnya. Kemudian menekan titik pada bagian belakang kepala, di atas batas rambut bagian belakang dengan menggunakan ibu jari.
“Lokasi lainnya terletak di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan,” kata Wayan di Kintamani, Bali, Kamis, (25/04/2019).
Masih menurutnya, lokasi lainnya terletak di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan jari kedua kaki.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesehatan Tradisional, Dinkes Bali berbagi memang mengembangkan dan memberikan pelatihan tersebut untuk metode kesehatan tradisional.
Metode kesehatan tradisional terbilang mudah, dapat dilakukan secara mandiri tanpa biaya tinggi.
“Setidaknya, bisa melakukan sendiri tanpa harus minta bantuan orang lain. Jika sudah terbiasa, bisa bermanfaat juga untuk keluarga,” tambahnya.(*/Dhan)
BALI – Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila F Moeloek menyayangkan ketika para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), bekerja hingga 24 jam.
Hal ini yang banyak mengakibatkan para anggota KPPS banyak yang mengalami sakit hingga meninggal dunia.
“Saya kira memang ini seharusnya diperhatikan tidak mungkin kita itu bekerja 24 jam, kita itu bisa shifting di sini ini yang barangkali belum, tidak dipersiapkan dengan baik,” kata Menkes saat ditemui usai kunjungan ke pabrik Rapid Test Kimia Farma di Denpasar, Bali,(23/04/2019).
Masih menurutnya, secara medis petugas KPPS bisa disebabkan karena kelelahan. Misalnya, salah satu anggota KPPS mengidap hipertensi, dan lupa mengkonsumsi obat karena bekerja hingga 24 jam. Hal ini mengakibatkan penyakit tersebut kembali timbul.
“Terus terang kalau saya 24 jam mungkin saya hipertensi obatnya tidak saya bawa tentu setelah beberapa jam kemudian keadaan begitu capek, lelah, stres dan sebagainya mereka tidur juga tidak disediakan tempat tidur. Tidak ada tempat, bisa tensinya naik dan akhirnya terjadi serangan,” tambahnya.
Menurut KPU, jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia pada saat proses rekapitulasi hasilPemilu 2019 kembali bertambah tercatat sebanyak 119 orang meninggal dunia.
Saat ini Ada sekitar 119 meninggal dunia, 548 sakit, tersebar di 25 provinsi. Hingga kini, total petugas KPPS yang meninggal dan sakit terdapat sekitar 667 orang.(*/Gio)
PALEMBANG – Jemaah haji yang sehat dan bugar akan lebih mudah menjalankan rukun dan wajib haji.
Kondisi tersebut bisa diperoleh setiap jemaah haji apabila telah menjaga kesehatannya jauh hari sebelum keberangkatan ke tanah suci. Pesan ini yang selalu disampaikan pemerintah kepada jemaah haji Indonesia.
Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan menggelar pengukuran kebugaran dan pembinaan kesehatan kepada 200 jemaah haji asal Palembang di Kambang Iwak Family Park Kota Palembang, Sumatera Selatan, seperti yang dikutip dari siaran pers,(20/04/2019).
Dalam kegiatan ini, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Dr. dr. Eka Jusup Singka, M.Sc, menyampaikan bahwa ibadah haji tidak bisa dipisahkan dengan kesehatan sebab ibadah haji adalah ibadah fisik.
Untuk itu, dirinya meminta jemaah haji yang mempunyai masalah dengan kesehatan atau keterbatasan harus berkonsultasi dengan petugas, sehingga ada hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak dilakukan oleh jemaah haji.
“Pembinaan kesehatan dilaksanakan untuk memperkuat kondisi kesehatan jemaah haji pasca pemeriksaan kesehatan dan pengukuran kebugaran,” terang Eka.
Kegiatan tersebut dilaksanakan mengingat penyelenggaraan ibadah haji tidak lepas dari upaya pembinaan dan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh jemaah haji yang dilakukan melalui beberapa tahapan.
Mulai sejak mendaftarkan diri berhaji hingga menjelang masa keberangkatan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang, dr. Letizia Sanif, M.Kes, menyampaikan kegiatan pembinaan kesehatan dan pengukuran kebugaran perlu terus dilakukan agar status kesehatan jemaah haji dapat dijaga dan ditingkatkan.
Ia juga mengingatkan agar obat yang biasa dikonsumsi oleh jemaah haji, dipersilakan dibawa sesuai dengan kebutuhan selama menjalankan ibadah haji.
Pelaksanaan pembinaan kesehatan ini sesuai dengan ketentuan dalam Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istitaah Kesehatan Jemaah Haji.
Dalam permenkes tersebut diatur bagaimana pola pembinaan kesehatan kepada jemaah haji.
“Semua jemaah haji wajib diperiksa kesehatannya. Setelah diperiksa maka akan dilakukan pembinaan oleh petugas kesehatan,” kata Eka.
Salah satu pola pembinaan kesehatan adalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan, latihan kebugaran dan pemeriksaan darah, termasuk pemeriksaan atau tes cepat kejiwaan bagi jemaah haji.
“Semuanya dijadikan satu paket kegiatan pembinaan kesehatan jemaah haji,” tambahnya.(*/Gint)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro