SURABAYA – Proses belajar di rumah masih menjadi kendala bagi para orang tua di tengah pandemi Covid-19. Beberapa anak juga mengalami titik jenuh untuk menjalani proses belajar di rumah.
Mahasiswa doktoral (S3) Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bayu Dwi Hatmoko pun menciptakan aplikasi bernama Banana. Aplikasi ini memiliki kegunaan untuk mendukung pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar yang bisa digunakan secara mudah melalui gawai.
Dari seluruh tingkatan pendidikan, sektor pendidikan tingkat dasar yang mengalami tantangan paling berat. Hal ini karena di masa-masa emas anak harus banyak dididik secara langsung dengan sentuhan pengajar.
Melihat perkembangan zaman, Bayu mengamati anak seusia sekolah dasar cenderung tidak tertarik pada pembelajaran berbasis buku yang tekstual. Sebaliknya, anak senang pada sesuatu yang interaktif, misalnya video permainan pada gawai. Dari sinilah muncul ide membuat aplikasi pembelajaran yang dinamainya Banana.
“Kadi saya sambil membuat aplikasi yang bermanfaat untuk anak-anak, sekaligus belajar pemrograman untuk diri saya sendiri,” kata Bayu, Selasa (21/4/2020).
Setelah sepekan ia belajar program, prototipe aplikasi Banana buatannya ini sudah memiliki empat menu yaitu perhitungan dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tidak hanya itu, di setiap menunya dilengkapi lagi dengan submenu berdasarkan jenis angka yang dioperasikan yakni operasi bilangan bulat, operasi bilangan desimal, dan operasi pecahan.
Pada proses pembelajaran, anak tidak langsung bisa mengerjakan soal yang sulit. Sehingga perlu adanya tingkatan kesulitan dari soal yang mudah menuju yang sulit guna mendorong pemahaman konsep pada anak-anak. Menangani hal ini, dirinya menambahkan pilihan di tiap submenunya.
“Operasi bilangan tersebut saya pisahkan lagi dari operasi bilangan satuan, puluhan, ratusan, hingga ribuan,” kata lelaki yang juga bekerja di Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFa) ITS tersebut.
Peraih beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) ITS ini menambahkan, tidak ada inovasi yang signifikan dari aplikasi serupa yang sudah ada sebelumnya.
Mahasiswa yang sejak program strata hingga doktor menekuni bidang fisika ini menekankan bahwa tujuannya menciptakan aplikasi Banana ini adalah bentuk usaha produktif Bayu di tengah pandemi untuk meningkatkan kemampuan ilmu pemrogramannya.
Menurut lelaki yang menekuni teleportasi kuantum untuk disertasinya ini, walaupun sudah marak aplikasi serupa dengan aplikasi Banana miliknya tetapi proses pembuatan aplikasi tersebut berguna mengembangkan ilmu pengetahuannya.
“Seseorang perlu melakukan proses dari awal, sehingga tidak ada missing informasi dari setiap teknologi yang kita gunakan,” ungkapnya.(*/Gio)
SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali memperpanjang masa belajar di rumah peserta didik atau pelajar Kota Surabaya. Aturan ini berlaku mulai dari jenjang KB, TK sampai dan LKP negeri maupun swasta di Kota Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Surabaya, Supomo menjelaskan, perpanjangan masa belajar di rumah berlaku sampai 22 April 2020. Sementara pelaksanaan libur awal puasa masih sesuai kalender akademik pendidikan tahun pelajaran 2019-2020. Jadwalnya dimulai pada 23 sampai 25 April 2020.
“Dan perpanjangan masa belajar di rumah itu tertuang dalam surat edaran tertanggal 18 April 2020 bernomor 420/7572/436.7.1/2020,” kata Supomo dalam keterangan pers, Minggu(19/4).
Menurut Supomo, perpanjangan belajar di rumah ditetapkan karena situasi Covid-19 yang belum kondusif. Untuk itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya menerbitkan surat edaran kepada seluruh sekolah. Aturan ini diharapkan bisa membantu menjaga kesehatan para pelajar dengan tetap di rumah.
Supomo mengimbau orang tua/wali murid agar memantau aktivitas belajar anak di rumah masing-masing. Sebab, sekolah sudah memberikan tugas kepada para pelajar. Tugas-tugas ini diupayakan dapat diselesaikan dengan baik.
Sementara ihwal kegiatan Ramadhan, Disdik Kota Surabaya telah mengagendakan beberapa kegiatan. Para pelajar akan melakukan sistem pembelajaran secara daring selama Ramadhan. Bahkan, akan terdapat kegiatan perlombaan dengan sistem dalam jaringan (daring).
Di sisi lain, Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya ini juga berharap, pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir. Dengan demikian, masyarakat dan para pelajar bisa kembali melaksanakan aktivitas normal seperti biasa. “Makanya kemudian kita kasih belajar di rumahnya itu seminggu-seminggu,” ungkapnya.(*/Gio)
JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan fleksibilitas dan otonomi kepada para kepala sekolah dalam menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Kesetaraan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu mengatakan penyesuaian kebijakan itu dikeluarkan dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran dari rumah sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.
“Kami sudah memberikan arahan fleksibilitas kepada kepala sekolah, tetapi masih ada sejumlah kepala sekolah tidak percaya diri menerapkan. Makanya, kami cantumkan di peraturan yang artinya secara eksplisit diperbolehkan,” ujarnya .
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Plt Dirjen GTK) Kemendikbud Supriano menjelaskan bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 memberikan kewenangan kepada para kepala sekolah untuk dapat menggunakan dana BOS Reguler untuk membayar honor guru bukan aparatur sipil negara (ASN). Persentase juga tidak lagi dibatasi maksimal 50 persen, tetapi bisa lebih.
“Syarat untuk guru honorer juga dibuat lebih fleksibel, tidak lagi dibatasi untuk guru yang memiliki NUPTK (nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan), tetapi guru honorer tetap harus terdaftar di Dapodik (data pokok pendidikan) sebelum 31 Desember 2019, belum mendapat tunjangan profesi, dan memenuhi beban mengajar,” kata Supriano.
Selain itu, para kepala satuan pendidikan PAUD dan Pendidikan Kesetaraan juga diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP). Permendikbud Nomor 20 Tahun 2020 juga mengubah ketentuan besaran persentase dana BOP per kategori pemakaian di Permendikbud sebelumnya tidak berlaku.
“Penggunaan BOP PAUD dan Kesetaraan juga sekarang diperbolehkan untuk honor dan transportasi pendidik,” ujar Supriano.
Plt Dirjen GTK menambahkan bahwa BOS Reguler dan BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan dapat digunakan untuk melakukan pembelian pulsa/paket data bagi pendidik dan peserta didik agar memudahkan pembelajaran dalam jaringan (daring).
BOS dan BOP juga dapat digunakan untuk membeli penunjang kebersihan di masa Covid-19, seperti sabun cuci tangan, cairan disinfektan, dan masker.
Supriano menyampaikan bahwa alokasi penggunaan dana BOS atau BOP juga fleksibel sesuai kebutuhan sekolah/satuan pendidikan yang berbeda-beda.
Menanggapi anggapan bahwa dana BOS atau BOP akan lebih banyak digunakan untuk honor guru dan pembelian pulsa, ia menjelaskan pada dasarnya Kemendikbud tidak mewajibkan sekolah/satuan pendidikan untuk melakukan pembelian pulsa/paket data untuk menunjang pembelajaran secara daring.
“Kewenangan sepenuhnya ada di kepala sekolah. Jadi, kepala sekolah harus dapat mempertimbangkan dan menghitung secara cermat apa saja yang menjadi prioritas untuk menyelenggarakan pembelajaran selama masa darurat ini,” kata Supriano.(*/Ind)
JAKARTA – Setiap mahasiswa ingin kuliahnya selesai tepat waktu, baik dalam mengerjakan skripsi atau tugas akhir. Namun di tengah wabah virus corona, bagaimana caranya agar seluruh tugas bisa on the track.
Tugas akhir bagi mahasiswa pastinya menegangkan, terlebih pada masa darurat Covid-19 saat ini. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau tugas akhir kuliah tetap jalan meski dilakukan secara daring.
Ada beberapa cara bisa dilakukan agar proses pembimbingan tersebut bisa tetap berjalan.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Dr Ir Sri Nurdiati MSc memberikan kiat agar bimbingan tugas akhir selama Work From Home (WFH)
Hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah dosen pembimbing dapat membuat grup dengan mahasiswanya di media sosial. Melalui grup tersebut, dosen dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa supaya tetap bersemangat mengerjakan tugas akhirnya.
“Dosen pembimbing juga dapat meminta mahasiswanya untuk melaporkan perkembangannya di grup secara periodik. Bila diperlukan, sesekali bisa melakukan video conference untuk mengetahui progres penelitian mahasiswanya,” tambah Dr Sri, seperti dikutip dari laman IPB, Sabtu (18/4/2020).
Dosen pembimbing, lanjutnya, juga dapat membantu mahasiswa dengan memberi informasi terkait materi atau website yang berisi artikel yang relevan dengan topik penelitian.
Bagi mahasiswa yang sedang penelitian di laboratorium, perlu diarahkan untuk melengkapi hasil penelitiannya dengan studi literatur atau jika memungkinkan melengkapi dengan data yang relevan yang bisa didapatkan secara online.
Di samping itu, dosen pembimbing juga dapat mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas online learning yang banyak tersedia di internet. Hal ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan penelitian mahasiswa agar sesuai target yang sudah ditetapkan.
“Jangan lupa juga untuk selalu menanyakan keadaan mahasiswa dan mendoakan agar semuanya tetap dalam keadaan sehat wal afiat,” tandasnya.(*/Ind)
JAKARTA – Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) meminta pemerintah menyediakan kemudahan infrastruktur internet untuk menunjang penerapan belajar dari rumah akibat pendemi Covid-19.
“Jadi pemerintah hendaknya bisa membuat infrastruktur internet menjadi mudah diakses atau dijangkau,” kata Ketua Umum PB PGRI Prof Unifah Rosyidi, Jumat (17/4)
Sebab, kata dia, jika penyediaan internet dibebankan kepada guru atau kepala sekolah termasuk melalui pembelian pulsa, dikhawatirkan nantinya malah tidak cukup hanya digunakan untuk kepentingan guru dan peserta didik.
Ia menyatakan sebaiknya ada dana yang disediakan pemerintah untuk provider atau perusahaan yang menyediakan layanan kepada pengguna internet, sehingga semua orang bisa merasakan manfaatnya terutama dalam kebutuhan penerapan pembelajaran dari rumah.
Sementara itu dari segi konten untuk penerapan belajar dari rumah, ia mengatakan sebaiknya guru membuat model-model yang menekankan aktivitas menyenangkan antara guru dan siswa.
Selain itu juga menyediakan model penilaian yang berubah yakni bukan merujuk pada penilaian konten, melainkan bagaimana siswa menjadi lebih bertanggung jawab serta melaporkan kegiatan selama di rumah.
Hal itu dibutuhkan sebab saat sekarang ini dikhawatirkan siswa sudah mulai jenuh melakukan penerapan belajar dari rumah.
“Sekarang mungkin saatnya kita harus mengatakan bahwa guru tidak bisa digantikan dengan teknologi,” ujarnya.
Sebab nyatanya pendekatan dari manusia itu memang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Sehingga perlu adanya kerjasama antara guru dan orang tua dalam menemani anak belajar di rumah dengan memanfaatkan teknologi dan jaringan internet.(*/Ind)
JAKARTA – Sebanyak 40 dari 157 SMP di empat kecamatan yang tersebar di Jakarta Barat menggelar ujian sekolah secara online pada Kamis (16/4/2020). Ujian dilakukan menggunakan beberapa aplikasi, salah satunya Google Classroom dan dilakukan di rumah.
“Sejak pagi tadi hanya 40 sekolah yang menggelar ujian daring,” kata Kasudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat Agus Ramdhani, Kamis (16/4/2020).
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah meliburkan seluruh sekolah sejak akhir Februari 2020. Langkah ini demi memutus dan meminimalisir penyebaran Covid-19 di Jakarta.
Terbatasnya sejumlah sekolah yang melakukan ujian online karena penerapan itu diukur sesuai kemampuan sekolah dan para peserta. Untuk melaksanakan ujian online, peserta harus memiliki fasilitas, salah satunya laptop. (Baca juga: Tak Bisa Masuk ke Soal Uraian, USBN Online IPS Diulang)
“Dan termasuk kontennya. Masing-masing sekolah menyiapkan sesuai dengan kemampuan sekolah dan peserta didik,” ucap Agus.
Meski demikian, ujian sekolah tersebut bukanlah menjadi penentuan kelulusan siswa. Sebab, merujuk Keputusan Kadisdik Nomor 356 Tahun 2020 tentang Juknis Penentuan Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan 2019/2020.
Maka, kelulusan sekolah ditentukan tiga hal yakni menyelesaikan seluruh pelajaran, memperoleh nilai sikap atau perilaku minimal baik, dan lulus ujian sekolah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Khusus untuk ujian sekolah, Agus menyadari tak semua sekolah memiliki kemampuan sarana. Karena itu, untuk ujian sekolah beberapa sekolah menggunakan portofolio. “Pakai nilai semester rapor untuk SMP mulai semester VII hingga IX, ini disebut portofolio,” ungkapnya.(*/El)
JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengubah petunjuk teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) reguler dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Kesetaraan termasuk gaji guru honorer, karena adanya pandemi Covid-19.
“Saat ini dana BOS reguler dapat digunakan untuk membayar gaji guru honorer yang tidak memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), dengan kriteria sudah tercatat di Data Pokok Pendidikan (dapodik) per 31 Desember 2019, belum mendapatkan tunjangan profesi, dan memenuhi beban mengajar termasuk mengajar dari rumah dalam masa kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 yang ditetapkan pemerintah pusat,” ujar Mendikbud Nadiem Makarim dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu.
Nadiem menjelaskan kebijakan itu ditetapkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dari rumah selama pandemi Covid-19.
Untuk ketentuan pembayaran maksimal 50 persen sudah tidak lagi berlaku. Mendikbud menambahkan kepala sekolah tetap dapat memberikan honor kepada para tenaga kependidikan jika masih tersedia dana setelah digunakan untuk pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada masa darurat Covid-19.
Mendikbud menjelaskan bahwa dana BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan di masa kedaruratan Covid-19 dapat digunakan untuk pembiayaan honor pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Selain itu, juga tetap dapat digunakan untuk memberikan biaya transportasi pendidik.
“Ketentuan besaran persentase per kategori penggunaan tidak berlaku,” terang dia.
Penyesuaian juknis penggunaan BOS Reguler diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Juknis BOS Reguler.
Sedangkan perubahan juknis BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan diatur melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 13 Tahun 2020 tentang Juknis Dana Alokasi Khusus Nonfisik BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2020.
Dalam penyesuaian kebijakan penggunaan BOS Reguler serta BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan yang ditetapkan tanggal 9 April 2020 tersebut, Kemendikbud memperbolehkan satuan pendidikan menggunakan dana BOS dan BOP untuk pembelian pulsa atau paket data bagi pendidik dan peserta didik.
Selain itu, dana BOS dan BOP juga dapat digunakan untuk pembiayaan layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran dari rumah.
Dana BOS dan BOP juga dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, cairan pembasmi kuman (disinfektan), masker, maupun penunjang kebersihan lainnya.
Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler serta BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan itu berlaku mulai April 2020 sampai dengan dicabutnya penetapan status kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19. (Antara)
JAKARTA – Sejak Senin (13/4) pagi, TVRI menjadi topik yang cukup hangat dibicarakan di dunia maya. Di media sosial seperti Twitter, TVRI sempat menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan. Rupanya warganet sedang membicarakan program Belajar dari Rumah yang dimulai memasuki pekan ini.
Dimulai pukul 08.00 WIB tayangan yang ditujukan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimulai. Anak-anak PAUD ataupun yang ingin ikut menyaksikan tayangan pembelajaran mulai menyalakan televisi atau melihat tayangan melalui gawai masing-masing.
Selanjutnya, diikuti oleh program untuk siswa kelas 1 hingga 3 SD yang dimulai pukul 08.30 WIB. Masing-masing program setiap kelasnya ditayangkan dalam waktu 30 menit. Program Belajar dari Rumah ini tidak hanya diberikan untuk siswa namun juga orang tua dengan adanya program parenting pada pukul 14.30 WIB. Pada malam harinya, ditayangkan film-film yang bisa dinikmati bersama keluarga.
Media sosial ramai membicarakan berbagai tayangan yang disajikan. Berbagai komentar pun muncul, termasuk salah satunya keluhan program yang terlalu sebentar. Pendapat warganet ini pun dibenarkan oleh salah satu orang tua siswa MI Alkhairiyah Mampang Prapatan, Inung.
Inung yang menemani anaknya kelas 5 SD belajar melalui program di TVRI mengeluhkan materi yang diberikan terlalu cepat. Ia menceritakan, anaknya belum sempat mencatat dan memahami topik yang dibicarakan namun materinya sudah berganti.
“Dia lari ambil pulpen buat catat soal, eh sudah ngilang dari layar,” kata Inung, menceritakan kegiatan anaknya.
Ia juga menceritakan keluhan teman-teman sesama orang tua yang menemani anaknya belajar di TVRI. Ada yang mengeluhkan TVRI melalui sambungan televisi sulit diakses karena sinyal yang tidak bagus sehingga tampilan layar buram.
Keluhan lain diungkapkan salah seorang orang tua siswa SD Negeri Pela Mampang 03 Pagi Jakarta Selatan, Heru. Heru yang anaknya masih kelas 1 SD mengeluhkan sulitnya mengajak anak untuk fokus menonton TV untuk belajar.
Ia menilai, meskipun sudah ada program di TVRI masih susah untuk mengajak anak belajar bersama. “Umur segitu masih masa-masanya bermain. Maunya sambil main,” kata Heru.
Meskipun mendapatkan sejumlah kritik, tidak sedikit pula masyarakat yang mengapresiasi program Belajar dari Rumah ini. Seorang siswi SMP Negeri 2 Tanah Grogot, Kalimantan Timur, Nabila menceritakan dari sekolahnya meminta agar siswa-siswi menonton TVRI sesuai jadwal jenjang kelasnya untuk belajar.
Menurut Nabila, program yang ditayangkan dan menarik dan sangat membantunya dalam kegiatan belajar di rumah yang diterapkan selama sekitar satu bulan ini. “Sangat membantu sih kalau saya,” kata Nabila.
Ia menjelaskan, selama menonton materi pembelajaran di TVRI, konten yang disampaikan sangat menarik dan mudah dipahami. Nabila juga tidak merasa bosan ketika menonton tayangan yang disiarkan.
“Pas nonton enggak ngebosenin kok. Seru juga untuk media belajar anak milenial,” kata dia lagi.
Sementara itu, apresiasi lain juga datang dari siswi SMA Negeri 1 Parung, Farrel Nathania. Nathania mengatakan, program Belajar dari Rumah yang ditayangkan cukup bagus dalam menemani kegiatan pembelajaran di rumah.
Sayangnya, menurut dia sekolahnya kurang bisa memanfaatkan program yang ada di TVRI. Ia hanya diminta untuk menonton tanpa melakukan tindak lanjut dari program yang disaksikan. Nathania beranggapan hal ini tidak akan efektif untuk menambah ilmu pengetahuan.
“Sedikit kurang efektif di seklahku. Disuruh ikutin saja enggak diberi tugas sekolah dari guru di sekolah. Jadi, maksudnya kalau begitu materinya malah cepat lupa,” kata Nathania.
Namun, ia berharap tugas yang diberikan tidak memberatkan. Sebab, selama kegiatan belajar di rumah tugas yang diberikan cukup memberatkan sehingga apabila ditambah tugas lain dari program di TVRI tentunya akan menambah beban para siswa.
Program ini sebelumnya diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Direncanakan, program di TVRI ini ditayangkan setidaknya selama tiga bulan ke depan.
Adapun konten atau materi pembelajaran yang disajikan akan fokus pada peningkatan literasi, numerasi, serta penumbuhan karakter peserta didik. Kemendikbud juga akan melakukan monitoring dan evaluasi mengenai program ini bersama dengan lembaga nonpemerintah.
“Yang perlu dicatat bahwa sesungguhnya dalam keadaan seperti ini, yang menjadi penting saat adalah pemberian pendidikan yang bermakna,” kata Nadiem.(*/Ind)
BANDUNG – Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) wilayah Jawa Barat mengusulkan perpanjangan masa semester genap tahun ajaran 2019/2020 hingga Desember 2020. Pertimbangannya, kegiatan belajar mengajar secara daring selama pandemi virus corona (Covid-19) tidak maksimal, sehingga hasil yang didapat anak didik pun dikhawatirkan tidak maksimal.
Ketua FAGI Jawa Barat Iwan Hermawan mengatakan, dengan perpanjangan ini maka awal tahun pelajaran kembali ke Januari. Kondisi seperti itu pernah berlangsung sebelum warsa 1978.
Iwan menilai, perubahan tahun ajaran tersebut perlu dipertimbangkan mengingat pelaksanaan belajar mengajar dengan cara daring tidak maksimal, sehingga hasil pembelajaran yang didapat murid tidak maksimal.
Untuk mengisi waktu menunggu tahun pelajaran baru, sebaiknya siswa diarahkan ke kompetensi yang menitikberatkan kepada keterampilan, baik keterampilan bahasa, teknologi kewirausahaan dan pendidikan karakter.
Pendidikan keterampilan selama ini kurang diperhatikan karena hanya menitikberatkan aspek pengetahuan.
“Selain itu, akan terjadi disparitas kualitas siswa, jika suatu daerah melaksanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang secara otomtis meliburkan sekolah, sementara daerah lain yang tidak melaksanakan PSBB misalnya sudah masuk kembali sekolah,” ucap Iwan , Senin 13 April 2020.
Dalam pelaksanaan perpanjangan semester genap, sebaiknya dari Juli hingga Desember 2020, sisiwa tidak lagi dibebankan dengan iuran sekolah. Untuk siswa tidak mampu, pemerintah harus memberikan bantuan biaya personal untuk kepentingan pribadi selama sekolah.
Dengan kembalinya tahun pelajaran ke Januari, maka tahun anggaran sekolah atau Rencana Kegiatan dan Anggaran sekolah (RKAS) kembali ke masa Januari hingga Desember sama dengan tahun anggaran pemerintah. Saat ini, tahun ajaran dimulai Juli hingga Juni tahun berikutnya.
Menurut Iwan, FAGI Jabar sudah mencoba jajak pendapat di beberapa media sosial tentang perpanjangan tahun pelajaran. Pada umumnya, baik guru maupun masyarakat sepakat dengan perpanjangan ini ketika pandemi virus corona berlangsung berkelanjutan.(*/Hend)
JAKARTA – Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPA Lenny N Rosalin menyebut kebanyakan siswa mengeluh dengan sistem belajar di rumah. Mereka semua kesulitan berkomunikasi mendiskusikan materi pembelajaran.
“Sebanyak 58 persen anak mempunyai perasaan tidak menyenangkan dengan belajar di rumah, karena mereka sulit berinteraksi dengan teman-temannya,” kata Lenny dalam diakusi di Gedung Graha BNPB, Sabtu (11/4/2020).
Lenny mengatakan keresahan siswa itu ditambah dengan kesiapan sekolah. Saat ini, beberapa sekolah masih gagap dengan sistem belajar di rumah.
“Sebanyak 38 persen anak menyatakan bahwa sekolah belum memiliki program yang baik dalam penerapan belajar di rumah,” ujar Lenny.
Meski demikian para siswa memahami kondisi belajar di rumah yang diterapkan oleh pemerintah. Para siswa juga paham alasan belajar di rumah untuk memutus penyebaran virus korona (covid-19).
“Namun 99 persen anak menganggap bahwa gerakan di rumah saja ini adalah hal yang sangat penting. Mereka paham,” kata Lenny.(*/Ind)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro