PURWAKARTA - Sebagian wilayah di Kabupaten Purwakarta merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan. Sebut saja seperti Kecamatan Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, dan Darangdan. Selama ini, masyarakat di empat kecamatan tersebut mengandalkan penghasilan dari berkebun.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Agus Rachlan Suherlan mengatakan, komoditas daun teh selama ini menjadi salah satu produk perkebunan unggulan di wilayah dataran tinggi itu. Sejauh ini, mungkin belum banyak yang tahu jika di kabupaten kecil ini terdapat produk perkebunan khas yang cukup melimpah. Bahkan, hasil alam ini sangat menjanjikan dari sisi ekonomi.
Menurutnya, di empat kecamatan itu memiliki potensi hasil alam cukup melimpah yang bisa dikembangkan. Selama ini, pihaknya terus mendorong dan menjembatani agar hasil perkebunan rakyat ini menguntungkan dari sisi ekonomi.
“Selain cengkeh, kopi dan pala, di empat wilayah itu kita juga punya produk perkebunan unggulan yakni daun teh,” ujar Agus, Selasa (4/2/2020).
Dia menutukan, potensi ekonomi dari komoditas itu relatif besar. Apalagi, daun teh dari perkebunan rakyat ini banyak yang dikemas menjadi beragam olahan. Misalnya, ada yang menjadi teh celup, hingga jadi campuran obat herbal.
Untuk itu, jajarannya berkomitmen untuk terus membantu para petani teh ini, misalnya dalah hal pemasarannya. Supaya, gaung teh khas Purwakarta juga bisa bernasib sama seperti buah manggis yang sudah berhasil tembus ekspor ke luar negeri.
“Memang sudah tugas pemerintah dalam fasilitasi agar produksi semakin berkembang dan pemasaran lebih luas, tentu akan kami dorong,” jelasnya.
Terkait lahan perkebunan teh, wilayahnya memiliki luas mencapai 4.506 hektare. Lahan teh itu tersebar di empat kecamatan tersebut. Adapun hasil produksi teh masyarakat di wilayah itu, sekitar dua ton daun teh basah dalam satu hektarenya.
“Selama ini, pangsa pasarnya lumayan bagus. Selain kebutuhan lokal, teh khas Purwakarta juga ada yang dikirim ke luar daerah,” paparnya. (*/As)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro