BOGOR - Bupati Bogor Ade Yasin, bersama Kapolres Bogor AKBP Muhamad Joni, Kasat Lantas AKP Fadli Amri dan Kepala BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) Bambang Prihartono serta instasi lain, terus mematangkan sistem 2-1. Kasat Lantas Polres Bogor, AKP Fadli Amri mengatakan, semua pihak berupaya untuk mencari alternatif solusi penanganan kemacetan di puncak.
Dicanangkannya pelaksanaan uji coba kanalisasi 2-1, sudah dimatangkan di TMC Polres Bogor yang bertempat di Pos Lantas Gadog Ciawi Kab Bogor.
“Pelaksanaan program 2-1 di jalur puncak adalah hasil dari kajian bersama antara akademisi dan masyarakat puncak. Diharapkan dapat memberikan solusi alternatif penanganan kepadatan jalur puncak yang sudah selama 30 tahun lebih yang berlangsung setiap sabtu dan minggu (week end) atau hari libur nasional,” kata AKP Fadli, Senin (7/10/2019).
Menurut AKP Fadli, penelitian dan pemantauan sudah dilaksanakan sejak beberapa bulan ke belakang dengan melibatkan banyak pihak.
Sistem 2-1 ini sendiri menurut AKP Fadli, yakni dengan cara membagi jalan menjadi 3 lajur di pagi hari karena arus cenderung lebih ramai ke atas menuju puncak.
“Polanya, 2 lajur digunakan untuk naik ke atas puncak dan 1 lajur ke bawah arah jakarta. Sebaliknya di siang hari 2 lajur ke bawah arah Jakarta dan 1 lajur arah puncak. Panjang jalan program 2-1 ini hanya dari Pos Lantas Gadog Ciawi hingga persimpangan Taman Safari Indonesia (TSI). Setelahnya normal 2 lajur unruk 2 arah,” tegas Kasat Lantas.
Diakui, ada beberapa hambatan dalam penerapan sistim 2-1 saat para pemangku kebijakan bertemu. Di antaranya adanya titik crossing seperti di Mega Mendung, Pasar Cisarua, Cipayung dan beberapa persimpangan lainnya.
Kendala lain adalah lebar jalan yang tidak homogen dari Gadog hingga simpang TSI.
Seperti, ada beberapa titik yang masih sempit dimana hanya cukup dilalui 2 kendaraan saja.
Selain itu, ada kendala masalah mindset masyarakat yang selama ini terpaku dengan sistim one way, pengguna jalan berbondong-bondong melakukan perjalanan di pagi hari untuk naik ke puncak dan siang hari turun ke arah Jakarta.
Dengan adanya program 2-1 ini, tidak ada lagi pembatasan jam naik maupun turun. Sehingga masyarakat yang hendak mengakses jalur puncak, diharapkan agar tidak memusatkan pergerakkannya di pagi hari untuk naik, tapi bisa setiap saat mengakses jalur tersebut.
“Apabila warga masih berbondong-bondong berangkat di pagi hari, maka akan terjadi penumpukan dan antrian yang panjang saat menuju ke puncak. Saya tegaskan sekali lagi, agar bisa membagi perjalanannya dari pagi sampai dengan malam hari. Pengguna jalan menyesuaikan dengan kebutuhan real masing-masing,” kata AKP Fadli.
Untuk beberapa titik yang mengalami penyempitan, dalam rapat juga sudah dibahas untuk segera di perlebar sehingga bisa dibagi menjadi 3 lajur. Dinas PUPR baik daerah maupun pusat sudah mengamini dan siap melebarkannya.
Uji coba 2-1 pada tanggal 27 Oktober mendatang ini bukan keputusan final. Akan ada evaluasi bersama. Jika pola ini lebih baik, maka akan diteruskan.
Namun jika tidak, maka harus mencari alternatif lain. Program ini merupakan langkah jangka pendek.
“Ada beberapa jalur alternatif guna mengurai kepadatan arus lalulintas dikawasan wisata puncak. Seperti mengalihkan perjalanan ke jalur alternatif Cibubur-Cileungsi-Jonggol dan keluar di Cianjur menuju Bandung. Atau melalui tol Bocimi masuk Sukabumi dan Cianjur. Bisa juga jalur Cigombong -Sukabumi-Cianjur,” ungkap AKP Fadli.
Forum lalu lintas di Kabupaten Bogor berjalan dengan baik. Forum ini sudah di skep kan oleh Bupati Bogor dengan keputusan nomor 550.1/181/Kpts/Per-UU/2019 tanggal 29 April 2019 tentang Pembentukan Forum Koordinasi Pengendalian dan Pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Bogor Tahun 2019.
Tim akan bekerja guna mengatasi berbagai masalah dan hambatan serta kendala dilapangan. Tim bertugas menyelesaikan secara bersama-sama setiap kendala, guna mencari solusi terbaik, demi kepentingan warga Bogor secara khusus maupun masyarakat banyak secara umum.
“Saya mengapresiasi langkah kinerja forum lalu lintas di Kabupaten Bogor dalam menyelesaikan masalah puncak ini. Sudah lebih dari 30 tahun kami warga puncak merasa tersisihkan karena adanya program one way tersebut. Saya berharap langkah ini bisa efektif dan bermanfaat untuk orang banyak,” kata Asep, salah satu warga puncak saat rapat bersama. (*/Fuz)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro