CIBINONG – Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang, dr. Vitrie Winastri angkat bicara pasca viralnya terkait pelayanan penggunaan ambulans yang diduga tak dilayani dengan baik.
“RSUD Leuwiliang memiliki tiga ambulans, dan dua untuk mobil jenazah. Kami juga memiliki 7 driver (supir) yang bertugas secara bergantian,” kata Vitrie Winastri kepada wartawan, Minggu (12/11/23).
Dia menjelaskan, secara aturan sebenarnya pelayanan ambulans di RSUD Leuwiliang berjalan selama 24 jam.
“Kami juga merujuk pasien dengan sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT) antar Rumah Sakit agar memastikan kebutuhan pasien bisa dipenuhi yang kami rujuk,” jelasnya.
Bahkan menurut Vitrie untuk jam kerja supir ambulans berlangsung secara dua shift pagi dan malam.
“Yang jelas pasien kalau sudah siap dirujuk maka menghubungi tim ambulans dan segera meluncur sesuai kebutuhan, bisa didampingi perawat atau dokter,” ucapnya.
Sedangkan untuk pasien BPJS sudah di cover sepenuhnya, kalau pasien lain (umum) mengikuti secara peraturan tergantung permintaan pasien.
“Mobil ambulans standby dan kita menggunakan sistem pelayanan gawat terpadu tentang rujukan pasien,” tegas Vitrie.
Namun dirinya mengaku, kedepan mengenai komunikasi akan lebih ditingkatkan ke semua pasien.
“Saat kejadian kemarin memang pasien meminta membawa kendaraan sendiri, sudah kami tahan dan diedukasi, tapi pasien keukeuh mau pakai mobil pribadi,” ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Pihak keluarga pasien, diwakili Komang, menceritakan kronologi penyebab mengamuk di lobi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) hingga viral di media sosial (medsos).
Komang mengatakan, bahwa pasien tersebut seorang ibu rumah tangga yang mengalami kecelakaan di wilayah Kecamatan Nanggung.
“Awalnya Kecelakaan lalu dibawa ke RSUD Leuwiliang, saat sampai disana saya minta tolong untuk di urus dibersihkan, lalu setelah itu dirujuk lagi menuju RSUD Kota Bogor. Sebelumnya korban ini dinaikan di mobil Desa karena kakinya mentok pintu tidak bisa ditutup, lalu kami meminta mobil dari pihak rumah sakit RSUD Leuwiliang,” kata Komang kepada Wartawan, sabtu (11/11/23) malam.
Komang menjelaskan, saat itu pihak rumah sakit (RSUD Leuwiliang) menyebut kendaraan ambulans ada, tetapi untuk pengemudinya yang tidak ada.
“Sementara mobil itu ada, kalau memang kita harus bayar ya bayar, karena ini menyangkut nyawa manusia, kata pihak rumah sakit ada mobil sebentar lagi sampai hanya saja katanya nunggu supirnya, karena kita nunggunya sudah lama disitu akhirnya keluar emosi,” ujar Komang.
Menurut dia, emosi keluarga itu naik karena merasa dibohongi oleh pihak rumah sakit soal ambulans.
“Saat emosi, mereka pihak RS bilang ambulans sudah di terminal Leuwiliang, lalu kita samperin dicari sama anak pasien ternyata di terminal tidak ada dan ngamuk lagi di rumah sakit, tapi waktu dibelakang saya lihat itu di parkiraan ada 4 kendaraan ambulans yang terparkir,” katanya.
Lebih lanjut, saat itu kondisi pasien yang merupakan ibu rumah tangga itu menahan kesakitan akibat kecelakaan yang dialaminya.
“Kondisi pasien tidak bisa berbicara apa-apa, sangat kesakitan karena kakinya patah setelah kecelakaan,” terangnya.(*/Ju)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro