BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan Jabar Sapu Bersih (Saber) Hoaks untuk menangkal dampak penyebaran berita bohong (hoaks) bagi masyarakat Jabar. Kehadiran lembaga yang di dalamnya berisikan para ahli teknologi informasi (TI) tersebut bertujuan untuk memantau, mengklarifikasi, dan mengedukasi masyarakat Jabar terhadap bahaya hoaks.
Pembentukan Jabar Saber Hoaks didasari alasan masih lemahnya budaya literasi masyarakat, khususnya di Jabar. Kondisi tersebut dinilai berbahaya di tengah perkembangan teknologi digital yang semakin cepat dan berbagai informasi bisa diperoleh masyarakat dengan mudah.
"Menurut saya, (Jabar Saber Hoaks) ini penting karena orang Indonesia itu adalah masyarakat yang tidak suka membaca, tidak suka menulis, sukanya ngobrol. Medsos (media sosial) itu teknologi mengobrol, bukan menulis, makanya laku untuk masyarakat Indonesia karena kita ini hobinya ngobrol," papar Emil, sapaan akrab Gubernur dalam Peluncuran Jabar Saber Hoaks di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, (7/12/2018).
Emil mengungkapkan, indeks literasi masyarakat Indonesia kini berada di rangking 50. Bahkan, kata Emil, masyarakat Indonesia hanya sanggup membaca berita selama 20 detik. Sehingga, banyak yang hanya membaca berita dari judulnya saja tanpa tahu isinya.
"Kita juga malas menulis, penduduk Jepang 70 juta, tapi jumlah produksi buku 10 kali lipat dari orang Indonesia. Kondisi tersebut bermuara pada informasi yang terlalu cepat, namun klarifikasi lambat," katanya.
Oleh karenanya, lanjut Emil, kehadiran Jabar Saber Hoaks sangatlah penting. Jabar Saber Hoaks dinilainya dapat menjadi benteng pertahanan saat masyarakat menerima berbagai informasi yang belum jelas kebenarannya.
"Harus ada sebuah upaya untuk mencegah hoaks beredar di Jawa Barat. Oleh karena itu, hari ini kami memulai program serius bernama Jabar Saber Hoaks dengan tim 90 persen adalah anak anak milenial yang ahli di bidang IT," kata Emil seraya meminta seluruh bupati/wali kota di Jabar juga mengadopsi program yang diklaim pertama di Indonesia itu.
Emil mencontohkan, peristiwa perang dunia kedua yang diawali penyerangan Jerman kepada Polandia hingga menewaskan jutaan orang juga dipicu oleh hoaks.
"Termasuk di Indonesia, ibu-ibu (Ratna Sarumpaet) mengaku disiksa di Bandung, (Bandara) Husein Sastranegara. Sebagai mantan wali kota (Bandung) di-bully saya, dimarahi. Kenapa itu di kompleks militer bisa kecolongan, ternyata hoaks," tuturnya.
Emil mengemukakan, suasana kondusif sebagai fondasi dasar dalam mewujudkan visi Jabar Juara Lahir Batin merupakan hal yang harus dibayar mahal. Oleh karenanya, informasi yang meresahkan, yang diduga hasil rekayasa kebohongan, harus dilawan.
"Kami ingin masyarakat kami produktif. Kalau tiap hari waktu kita habis untuk pertengkaran, padahal bohong kita rugi waktu, rugi materi," tandasnya.(*Hend)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro