CIREBON - Kondisi miris saat Pandemi covid-19, dirasakan semua pengusaha batik di Kabupaten Cirebon. Dampaknya, seluruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengrajin batik harus menutup produksinya. Saat ini, pengusaha batik Kabupaten Cirebon masuk dalam area "Mati Suri".
Hal itu dibenarkan oleh Suja'i, seorang pelaku industri batik di Kecamatan Ciwaringin. Dirinya mengaku tidak bisa berbuat banyak, saat covid-19 melanda. Selama hampir lebih dari empat bulan, tidak ada satupun pemasukan. Kendalanya, tidak ada pemesanan sama sekali.
Seluruh pengrajin batik yang bekerja untuk galeri batik miliknya, sudah di rumahkan.
Hal itu dilakukan, sebelum pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
"Sebelum PSBB diterapkan, pegawai sudah saya rumahkan semua. Galeri juga hanya menyisakan beberapa batik saja. Saya punya pegawai 29 orang, sekarang sudah tidak bekerja lagi," kata Suja'i, Senin (17/8/2020)
Menurutnya, Sebelum serangan covid-19, omzet yang bisa diraup untuk produksi batik tulis, sebesar Rp7,5 juta setiap pekannya. Dalam sebulan, Suja'i mengaku, bisa mendapatkan untung sebesar Rp30 juta. Namun kondisi semakin parah, terhitung sejak bulan Februari tahun ini.
Omzet terus terjun bebas, dan puncaknya pada Bulan April sampai Agustus ini.
"Sejak Bulan Februari sampai Agustus ini, seperak pun saya tidak menghasilkan omzet. Wong yang pesan batik saja tidak ada. Sisa digaleri sampai sekarang belum satupun yang terjual," keluhnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lanjutnya, terpaksa menggunakan dana tabungan yang ada. Dirinya berencana, akan memulai usaha lain agar kebutuhan ekonomi bisa terpenuhi. Dirinya berharap, ada bantuan dari Pemkab Cirebon kepada para pelaku UMKM. Bantuan bisa berupa permodalan atau jaminan pemasaran produk.
"Mudah-mudahan pandemi bisa cepat selesai. Kalau terus terusan begini, bagaimana kelanjutan usaha kami," harapnya.
Sementara pantauan di Centra Batik Trusmi, beberapa minggu ini, sangat sepi. Tidak ada aktivitas yang berarti pada centra batik terbesar di Kabupaten Cirebon tersebut. Sebagian kios-kios batik memilih untuk menutup usahanya. Hanya ada beberapa kios batik bagian depan yang masih buka, dan sangat jarang melayani pembeli.
"Mau bagaimana lagi. Lagipula memang sebelum pandemi centra batik disini juga sepi. Apalagi dihajar corona seperti sekarang. Kira banyak nganggurnya," aku salah seorang pelayan kios batik.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon, Fery Afrudin, beberapa waktu lalu mengaku, penurunan omzet yang dialami oleh para pelaku usaha bisa sampai 100 persen. Imbasnya, beberapa pengusaha terpaksa gulung tikar.
Fery menyebutkan, ada 365 pelaku UMKM terdampak covid-19. Dari jumlah tesebut, 59 pengusaha sama sekali tidak mendapatkan pendapatan selama beberapa bulan terakhir ini.
"Kami akan mencoba mengusulkan bantuan untuk ratusan pelaku UMKM kepada pemerintah daerah. Datanya sudah diserahkan ke Dinsos Kabupaten Cirebon,"ungkapnya.(*/Dang)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro