JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar untuk menerapkan industri 4.0, karena sedang menikmati bonus demografi hingga tahun 2030.
“Negara-negara seperti China, Jepang dan Korea mengalami booming pertumbuhan pada saat bonus demografi dan masa ini adalah peak performance bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonominya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke-73 di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (22/2/2019).
Selain meningkatkan nett export sebesar 10 persen atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini, sasaran Making Indonesia 4.0 juga meliputi peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, dan alokasi aktivitas R&D teknologi dan inovasi sebesar 2% dari PDB.
“Sangatlah jelas bahwa aspirasi tersebut adalah lompatan yang besar, kerja keras yang luar biasa yang perlu didukung oleh segenap pemangku kepentingan yang ada,” ujarnya.
Airlangga menambahkan, penerapan industri 4.0 juga akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga 1-2 persen, penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja, dan peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.
Berdasarkan riset Mckinsey, guna mencapai sasaran tersebut, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja melek digital, dengan komposisi 30 persen di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjangnya. “Ini berpotensi memberikan tambahan hingga USD150 miliar kepada ekonomi Indonesia,” imbuhnya.
Adapun lima sektor industri yang akan menjadi tulang punggung untuk mencapai aspirasi besar Making Indonesia 4.0, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika. Kelompok manufaktur ini dipilih karena dinilai mempunya daya ungkit yang tinggi.
“Pendekatan pick the winner dalam hal menetapkan target bertujuan memberikan contoh yang nantinya akan dapat diikuti oleh sektor-sektor lain yang secara tidak langsung akan membawa kita ke sektor-sektor yang perlu kita prioritaskan dalam berkontribusi terhadap aspirasi yang dimaksud,” paparnya.
Menperin optimistis, Indonesia akan melompat jauh ke arah ekonomi yang lebih kuat. “Kita bisa lihat bahwa langkah-langkah awal pelibatan teknologi dalam ekonomi Indonesia telah melahirkan empat unicorn, yaitu GoJek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak,” sebutnya.
Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan jumlah unicorn terbanyak di ASEAN. Unicorn, atau perusahaan start up dengan valuasi di atas USD 1 miliar, tidak hanya mendorong pemanfaatan teknologi yang makin luas, namun juga mengangkat perekonomian masyarakat dengan memudahkan para pelaku ekonomi mikro mendapat akses pasar.
“Semenjak peluncuran Making Indonesia 4.0, revolusi industri 4.0 menjadi word of mouth di berbagai kalangan perguruan tinggi,” ungkapnya. Inisiatif ini disambut positif berbagai pihak di Indonesia. Bahkan menjadi rujukan untuk industri dan mendapat apresiasi dari beberapa perusahaan dunia yang terkesan dengan inisiatif ini. Mereka berencana untuk menjadikan Indonesia sebagai hub teknologi mereka.
Di luar itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang menarik perhatian dalam hal pembelajaran mengenai industri 4.0. Dalam berbagai forum dunia seperti World Economic Forum, Indonesia.(*/Ni)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro