INDRAMAYU – Kondisi cuaca di laut Jawa akhir-akhir ini belum sepenuhnya bersahabat dengan para nelayan lantaran masih diwarnai ombak tinggi, terjangan angin kencang serta dibarengi curah hujan yang tinggi.
Karena itu para nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang memiliki perahu kecil dengan bobot di bawah 10 Gross Ton lebih memilih berdiam diri di rumah alias tidak mencari tangkapan laut karena resiko yang dihadapi saat berlayar di laut cukup tinggi.
Salah seorang nelayan, Warnata (38), mengemukakan cuaca kembali normal diperkirakan memasuki pertengahan bulan 2. “Kalau sekarang-sekarang ini ombak laut masih cukup tinggi, anginnya cukup kencang mengganggu jaring yang telanjur ditebar di laut,” ujarnya.
Ditanya soal gangguan curah hujan, kata Warnata, hujan sebenarnya tidak jadi soal. Gangguan hujan dinilai tidak seberapa jika dibandingkan ombak yang tinggi serta angin kencang. “Ombak tinggi memicu kecelakaan kerja di laut, sedangkan angin kencang mengganggu jaring yang ditebar di laut,” katanya.
Karena itu, para nelayan lebih memilih menunggu cuaca kembali normal dengan berdiam diri di rumah. “Ya hitung-hitung beristirahat sambil memperbaiki jaring dan alat tangkap lainnya,” ujarnya. Jaring merupakan sarana yang dinilai paling fital dalam menangkap hasil laut.
Diakui, kondisi jaring sering rusak karena berbagai hal, seperti usia jaring yang sudah lama, tercantol sirip ikan dan perlakuan bidak atau anak buah kapal yang tidak hati-hati saat mengangkat dari laut atau saat melepas ikan.
Ia berharap setelah cuaca kembali tenang, para nelayan yang menggunakan perahu di bawah 10 Gross Ton bisa melakukan aktivitasnya kembali di laut. Kalau nelayan yang menggunakan kapal besar yang bobotnya di atas 10 Gross Ton tidak bergantung cuaca.
“Mereka tetap berlayar mencari hasil tangkapan sampai perairan Papua dengan jangka waktu melaut selama 3 bulan masing-masing 2 bulan berlayar pergi-pulang dan sebulan menjaring ikan,” ungkapnya. (*/As)
LAMPUNG – Puluhan warga Kecamatan Semangka, Kabupaten Tanggamus, Lampung masih mengungsi di Masjid Way Kerap setelah kampung halaman mereka diterjang banjir bandang, Kamis (9/1/2020) petang kemarin. Rumah mereka belum bisa ditinggali karena dipenuhi lumpur dan kayu sisa banjir.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, banjir bandang terjadi pukul 17.00 WIB. Hujan deras yang turun sejak pukul 15.00 WIB menyebabkan Sungai Way Kerap meluap dan tanggul jebol.
Air bah pun langsung menerjang dan merendam tujuh pekon (desa) di Kecamatan Semaka. Masing-masing Pekon Sedayu, Way Kerap, Banding Agung, Sukaraja, Bangunrejo, Kacapura, dan Pardawaras.
“Ada sekitar 300 rumah di tujuh pekon yang terendam banjir,” kata warga Banding Agung, Zuhandar kepada media, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, tim gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanggamus, dan unsur lain langsung melakukan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman.
Evakuasi dilanjutkan pagi tadi. Sementara tim dari PLN mulai melakukan perbaikan jaringan listrik karena banyak tiang yang roboh diterjang banjir bandang.
Hujan deras tidak hanya menyebabkan banjir bandang, tapi juga tanah longsor. Jalan Lintas Barat (JLB) Sumatera yang melintasi Kecamatan Semaka sempat tertutup longsor. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor. “Saat ini, JLB sudah dibuka dan bisa dilalui kendaraan,” ungkapnya.(*/Kri)
MALANG – Bupati Malang, Sanusi mengaku wilayahnya menjadi salah satu daerah di Indonesia yang rawan terjadi bencana, terutama banjir dan tanah longsor.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi topografi kabupaten berpenduduk hampir 3 juta jiwa didominasi perbukitan dan pegunungan.
“Semua harus waspada dan perlu meningkatkan kesiapsiagaan agar jika terjadi bencana tidak timbul korban jiwa. Semua komponen wajib untuk memperhatikan serius untuk melakukan antisipasi,” tuturnya.
Menurut Sanusi, seluruh masyarakat harus dilibatkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Sanusi menuturkan, perlu adanya sosialisasi yang meluas kepada masyarakat.
“Kita harus terus sosialisasi ke masyarakat tentang kebencanaan dan cara mengantisipasinya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi dampak bencana,” ungkapnya.
Sanusi berpesan kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama menjaga lingkungan hidup. Dikatakannya, bencana bisa datang kapan saja karena lingkungan hidup yang mulai rusak.
“Saya pesan, potensi kebencanaan dari alam, tidak bisa diprediksi datangnya, oleh karena itu jaga alam agar tetap lestari dan seimbang. Kurangi berbagai aktivitas yang merusak alam,”tuntasnya.(*/Gio)
SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim keberatan dengan pernyataan ketua DPRD Banten Andra Soni yang mengatakan bahwa Pemprov Banten belum maksimal dalam menangani bencana alam yang terjadi di Kabupaten Lebak.
Terlebih, Andra menyebut Pemprov gagap terhadap bencana lantaran tidak ada crisis center atau pusat data untuk mengetahui jumlah korban jiwa maupun kerugian dampak bencana yang akurat sejak hari pertama bencana terjadi.
Menurutnya, pendataan dan verifikasi data membutuhkan waktu agar data yang dihasilkan valid dan akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan.
“Jangan bilang gagap, gagap. Orang sama dia keliling kok. Kita sejak hari pertama sudah siap siaga, dan hadir dengan para korban,” tegas Gubernur dalam rilisnya, Kamis (9/1/2020) malam.
Gubernur juga membantah ketika disinggung awak media bahwa alasan pernyataan tersebut karena tidak maksimalnya kinerja Kepala BPBD Banten yang saat ini masih berstatus sebagai Pelaksana Tugas.
Karena, prosedur utama penanganan bencana dilakukan langsung di lokasi kejadian pada hari pertama terjadi. “Nggak ada (alasan) itu, orang langsung ke lapangan kok, bahkan saya langsung instruksi dan pimpin sendiri,” tegasnya lagi.
Gubernur juga menjelaskan bahwa pendataan jumlah korban dan total kerugian yang dialami akibat banjir tidak dapat dilakukan dalam waktu satu hari. Karena, jumlah korban dan kerugian terus berubah sehingga perlu dilakukan verifikasi secara terus menerus.
“Korban dan harta benda kan ada yang terbawa arus, atau tertimbun tanah dan benda-benda lain, sehingga membutuhkan proses pencarian dan evakuasi untuk kemudian diverifikasi identitasnya. Supaya datanya valid dan dapat dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Sejak hari pertama kejadian, lanjut Gubernur, pihaknya sudah terjun langsung ke lapangan dan instruksi OPD membuat posko2, termasuk di rumahnya sendiri dijadikan Posko Dapur Umum, Kesehatan, Logistik, Air Bersih dan lokasi tempat evakuasi kendaraan warga perumahan Pinang Griya dan Ciledug Indah.
“Bukan untuk pencitraan rumah saya dijadikan posko, tapi itu kebutuhan segera. Dan sudah saya lakukan sejak dulu disaat daerah2 itu terkena banjir,” tegas WH.
Penanganan Bencana dari proses evakuasi, mendistribusikan bantuan logistik kepada korban bencana di Lebak. Termasuk, menyisir lokasi-lokasi yang terdampak bencana dengan kondisi medan yang berbeda-beda, bahkan akses terputus dan ada daerah yang terisolir. Itu prioritas.
Hari ini adalah hari ke- 9 Tanggap Darurat Penanganan Banjir, dirinya tidak melakukan Rapat Evaluasi tapi memerintahkan seluruh OPD yang terkait dengan pasca bencana dan langsung dipimpin Sekda Al Mukhtabar untuk turun ke lapangan dan menyisir setiap posko hingga ke ujung area yang terisolir dan memastikan jika akses sudah mulai terbuka sambil mendata ulang. (*/Dul)
INDRAMAYU – Hujan yang turun sejak Kamis (9/1/2020) dinihari hingga sore ini mengakibatkan puluhan rumah warga di Blok Kalen Tengah, Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jabar, kebanjiran.
Banjir setinggi 30 Cm hingga 90 Cm itu menyebabkan sejumlah warga, khususnya anak-anak dan manula terpaksa harus diungsikan ke tempat yang lebih aman. Hal itu karena pada Kamis (9/1/2020) sore, tinggi muka air khususnya di Blok Kalen Tengah tampak masih belum surut. Bahkan kecenderungannya air semakin lebih deras mengalir ke pemukiman warga.
Jajaran Polsek Patrol di bawah komando Kapolsek Kompol Mashudi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, aparat Kecamatan Sukra juga Pemerintah Desa Sumuradem berupaya menolong para korban banjir, khususnya anak-anak dan manula.
Satu persatu anak-anak yang rumahnya kebanjiran itu dibopong petugas menuju perahu karet yang siap membawa mereka ke tempat pengungsian yang lebih aman. Ada puluhan anak-anak yang semula berada di dalam rumah yang terkepung banjir diungsikan ke tempat yang lebih aman dari jangkauan banjir.
Menurut Kapolsek Sukra, Kompol Mashudi, banjir di Blok Kalen Tengah itu disebabkan karena tingginya curah hujan. Baik curah hujan yang terjadi di daerah hulu, maupun yang turun di sekitar Blok Kalen Tengah, Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra. Akibatnya air sungai Sendong yang ada di Desa Sumuradem yang biasanya mengalirkan air menuju ke laut Jawa, meluber sehingga menggenangi puluhan rumah warga.
“Banjir itu disebabkan karena tingginya curah hujan sejak Kamis (9/1/2020) dini hari hingga sore hari ini dan meluapnya sungai Sendong sehingga mengakibatkan banjir di Desa Sumuradem, Blok Kalen Tengah, Kecamatan Sukra,” ujarnya.
Hingga berita ini dikirim, petugas Polsek Patrol bersama Pospol Sukra, Tim Penyelamat BPBD Kabupaten Indramayu, jajaran Pemerintah Kecamatan Sukra dan Pemerintah Desa Sumuradem, bahu membahu bekerja mengevakuasi korban banjir, khususnya yang terdiri dari anak-anak dan manula yang rumahnya terkepung banjir. (*/As)
BANDUNG – Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyebut 2.000 kepala keluarga (KK) korban longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor bakal direlokasi. Rencananya relokasi dilakukan ke lahan milik PTPN.
Kang Emil sapaannya mengatakan relokasi tersebut merupakan instruksi langsung Presiden Jokowi kepada Bupati Bogor Ade Yasin.
“Yang di Bogor sudah diputuskan tidak mungkin di tempat yang longsor kemungkinan akan dicari instruksi Pak Presiden di tanah PTPN,” kata Kang Emil kepada wartawan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (9/1/2020).
Menurutnya Ade Yasin sudah ditugaskan untuk mengkaji kebutuhan lahan bagi 2.000 KK terdampak longsor tersebut. Rencananya bentuk rumah tapak tetap yang akan dibangun pemerintah.
“Sifatnya kampung, Bu Ade sudah ditugaskan untuk melakukan kajian seberapa luas yang dibutuhkan. Hampir 2.000 kepala keluarga lebih semuanya direlokasi,” ujar Kang Emil.
Sebelumnya, diperkirakan ada 11 desa di Kecamatan Sukajaya yang terisolir akibat longsor yang terjadi Rabu (1/1/2020). Tiga warga dilaporkan hilang dalam insiden tersebut.(*/Hend)
PALEMBANG – Sepuluh rumah hanyut diterjang banjir di Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel). Banjir merendam permukiman warga setinggi 2 meter.
“Sampai siang ini ada 78 rumah tercatat yang terendam banjir. Sepuluh rumah hanyut,” kata Kepala BPBD Lahat Marjono kepada wartawan, Kamis (9/1/2020).
Sepuluh rumah yang hanyut diterjang derasnya air sungai berada di Gunung Kembang, Kikim Timur. Tim gabungan BPBD, Polri, TNI, dan Basarnas sudah berada di lokasi.
“Kikim dan Gumay Talang masih terendam. Belum bisa melintas kendaraan dari kedua arah, masih macet total,” kata Marjono.
Secara terpisah, Kasat Lantas Polres Lahat AKP Rio Artha mengatakan titik banjir berada di Kikim Timur. Jalur dari arah Lahat menuju Kabupaten Empat Lawang disebut tak bisa dilintasi.
“Untuk lalu lintas sejauh ini dari Lahat ke Pagaralam belum dapat dilintasi akibat longsor tadi pagi. Arah Empat Lawang memang hingga saat ini belum bisa karena terendam banjir,” kata Artha.
Banjir terjadi setelah hujan deras sekitar pukul 23.30 WIB, Rabu (8/1). Akibatnya, sungai di Lematang meluap hingga puluhan rumah terendam banjir. (*/Hen)
MAJALENGKA – Mulai tahun 2020 ini, calon jemaah haji (calhaj) asal Jawa Barat (Jabar), termasuk Depok dan Bekasi akan diberangkatkan melalui Bandara Internasional Kertajati Majalengka, Jawa Barat.
Begitu juga dari setelah mereka melaksanakan ibadah haji juga akan dipulangkan melalui bandara tersebut. Namun demikian, mereka tetap sebelum berangkat ke Tanah Suci calon jemaah haji menginap di Asrama Haji Bekasi.
“Seluruh jamaah haji asal Provinsi Jawa Barat akan diberangkatkan dari Asrama Haji Embarkasi Bekasi, setelah seluruh rangkaian proses Customs, Immigration and Quarantine (CIQ) serta layanan satu atap lainnya selesai dilaksanakan di asrama Haji Embarkasi Bekasi,” tutur Menteri Agama Fachrul Razi saat meninjau Bandara Kertajati, Selasa (7/1/2020).
Fachrul mengatakan seluruh calon jemaah haji akan menginap sehari di Asrama Haji Bekasi, setelah mengikuti proses kelengkapan administrasi penerbangan. “Selanjutnya, seluruh jamaah haji akan diberangkatkan dengan bus dari Asrama Haji Bekasi menuju Kertajati,” sambungnya.
Peresmian Bandara Kertajati sebagai bandara haji ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan Bandara Internasional Jawa Barat sebagai Embarkasi/Debarkasi Haji oleh Menteri Agama kepada Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, di Bandara Kertajati, Selasa (7/1/2020).
Hadir, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar beserta jajarannya, Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat Bukhori beserta para Kepala Kankemenag, Direktur Operasi dan Pelayanan PT Angkasa Pura II, Dirut PT BIJB Kertajati.
Dengan penetapan tersebut, jemaah haji Jawa Barat yang awalnya berangkat ke Saudi dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, mulai tahun ini akan terbang melalui Kertajati. Demikian juga saat pulang dari Saudi, mereka akan mendarat di Kertajati. Kuota haji Jabar sebanyak 38.852 jemaah, dan terbagi dalam 97 kelompok terbang (kloter).
Fachrul menegaskan bahwa Pemerintah terus berupaya meningkatkan layanan bagi jemaah haji Indonesia. Kehadiran Embarkasi/Debarkasi Haji Kertajati ini diharapkan akan menambah kenyamanan bagi jemaah haji Jawa Barat.
“Kami ingin tahun ini ada pilot project percepatan proses imigrasi saat kepulangan jemaah. Jika memungkinkan akan dilakukan di Jeddah atau saat di pesawat sehingga ketika tiba di Tanah Air, jemaah bisa langsung pulang,” ujarnya.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum menyampaikan terima kasih atas adanya kepastian dari menteri agama tentang pemanfaatan Kertajati sebagai embarkasi/debarkasi haji. Karena itu, sudah lama diharapkan masyarakat Jawa Barat.
“Fasilitas di sini sudah memadai, tapi belum bisa dimanfaatkan maksimal. Insya Allah dengan keputusan ini, lebih manfaat untuk agama dan negara,” harapnya. (*/Asp)
LEBAK – Bencana banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Lebak, Banten merendam puluhan kecamatan. Warga pun kesulitan beraktivitas akibat banjir yang merendam wilayah tersebut.
Kondisi tersebut mendorong sejumlah masyarakat turun tangan membantu para korban bencana banjir terutama yang rumahnya terendam air. Salah satunya PT Ridia Akusa Utama dengan menggelar kegiatan Bakti Sosial.
Mereka berinisiasi memberikan bantuan logistik untuk korban banjir di wilayah Lebak, Banten. Bantuan yang dikumpulkan berupa dana, alat kebersihan, pakaian, selimut, hingga bahan makanan.
“Kami mengantarkan bantuan untuk korban bencana banjir di wilayah Lebak, Banten. Kami bantu bahan sembako, popok bayi, obat-obatan dan lainnya,” kata Fasya El Falaqi, Ketua Pelaksana Baksos PT Ridia Akusa Utama.
Wilayah Lebak, Banten menjadi lokasi ketiga yang didatangin tim baksos PT Ridia Akusa Utama untuk membantu korban banjir. Harapannya, aksi sosial ini dapat membantu mengurangi beban korban banjir.
“Sebelumnya di perumahan Pesona Serpong, dan Cipondoh. Dan ketiga di Lebak Banten. Semoga dengan bantuan yang kami berikan dari Ridia Akusa Utama bisa meringankan beban mereka yang terkena musibah,” kata David Gunawan, Penanggung Jawab kegiatan. (*/Dul)
PANGANDARAN – Kesulitan ekonomi jadi faktor utama penyebab tingginya angka perceraian di Kabupaten Pangandaran. Selama tiga tahun terakhir, angka perceraian di daerah ini terus naik.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pangandaran Cece Hidayat mengatakan, angka perceraian di Kabupaten Pangandaran pada 2019 sebanyak 966 kasus. “Rata-rata perceraian dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang kurang baik,” kata Cece ditemui di kantornya, Selasa (7/1/2020).
Cece mengemukakan, pihaknya merasa prihatin dengan tingginya angka perceraian di Kabupaten Pangandaran. “Kami prihatin angka perceraian terus naik setiap tahun selama tiga tahun berturut-turut,” ujar Cece.
Angka perceraian di Kabupaten Pangandaran pada 2017 sebanyak 202 kasus, kemudian 2018 naik menjadi 818 kasus. Pada 2019 melonjak 966 kasus. “Kantor Kementerian Agama Pangandaran memiliki peran penting dalam menekan angka perceraian,” tutur dia.
Kesulitan Ekonomi Faktor Utama Penyebab Perceraian di Pangandaran Tinggi
Upaya menekan angka perceraian dengan cara memaksimalkan peran dan fungsi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). “Kami akui, peran BP4 belum memberikan dampak positif dan belum bisa meminimalisasi angka perceraian,” ungkap Cece.
Cece mengatakan, butuh upaya dan strategi cerdas agar ikatan rumah tangga masyarakat terjalin baik melalui BP4. “Peran BP4 juga perlu dukungan tokoh agama, tokoh masyarakat dari mulai tingkat Kecamatan,” kata Kepala Kantor Kemenag.
Namun untuk angka pernikahan di Kabupaten Pangandaran tergolong cukup bagus, pada 2019 tercatat 4.377 pernikahan.(*/Asp)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro