JAKARTA – Myasarakat perlu diberi pencerahan baik bimbingan dan penyuluhan perlunya rapid test yang diselenggarakan oleh Pemerintah karena semua itu untuk kebaikan masyrakat itu juga melibatkan para tokoh dan alim ulama.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten memberikan 120 ribu tes cepat (rapid test) deteksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) gratis untuk warganya.
Kendati demikian, banyak masyarakat Banten yang enggan menjalani tes ini karena faktor psikologis.
Menurut Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, dari total 12 juta, penduduk di provinsinya, pihaknya telah menyiapkan paket rapid test di BKKBN untuk satu persen warganya atau sekitar 120 ribu kepala keluarga (KK). Rapid test ini gratis dan sebenarnya bukannya warga tidak tahu mengenai hal ini.
“Ternyata banyak masyarakat masih tak mau melakukannya karena faktor psikologis, misalnya harus terpisah dengan keluarga atau dikarantina,” ujarnya saat konferensi pers virtual di akun Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema Manfaat Rapid Test Pada Kondisi Saat Ini, Jumat (19/6).
Karena itu, pihaknya langsung melakukan pendekatan personal termasuk mendekati sebuah lingkup pondok pesantren yang awalnya menolak tes ini.
Kemudian, dia melanjutkan, setelah diberikan pemahaman setiap langkah-langkah melakukan tes ini, masyarakat kini perlahan sadar.
“Sekarang sudah tidak menolak. Jangan takut rapid test karena tes (Pemprov Banten) gratis,” katanya. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat yang akan keluar rumah supaya bisa melaksanakan prosedur tetap Covid-19.(*/Dul)
SERANG – Mungkin kurangnya sosialisasi untuk masyarakat karena banyak yang menolak untuk di test covid-19. Beberapa waktu belakangan ramai diberitakan penolakan rapid test Covid-19 oleh masyarakat. Salah satu kasus ada di Kota Serang, Banten.
Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengungkapkan, penyebab banyaknya masyarakat menolak dilakukan Rapid Test Covid-19 yang dilakukan petugas.
Menurut Andika, banyaknya penolakan masyarakat di Banten melakukan rapid test disebabkan karena faktor psikologis. Masyarakat kehawatiran, jika positif akan langsung di isolasi atau dikarantina sehingga dipisahkan dari keluarganya.
“Kami telah melakukan upaya pendekatan secara personal dengan memberikan pemahaman kepada mereka melalui alim ulama, tokoh masyarakat dan pesantren bahwa rapid test ini dilakukan untuk keselamatan bersama dalam upaya deteksi dini penyebaran virus corona,” kata Andika, Jumat (19/6/2020).
Selain itu, kata Andika, adapula kekhawatiran masyarakat mengenai rapid test yang harus mengeluarkan biaya dari masyarakat. Padahal, rapid test telah disediakan pemerintah secara gratis untuk masyarakat.
Dalam menjalankan rapid test Pemprov Banten berpedoman kepada apa yang dinamakan positif rate yang merupakan salah satu indikator pelonggaran sosial dengan target kurang dari 5 persen jumlah penduduk, Jelas Wagub.
“Saya harapkan juga dari pelaksanaan rapid test yang dilaksanakan oleh pemerintah ini bisa diterima oleh masyarakat, dan tidak ada pemikiran harus bayar karena ini kan gratis disediakan untuk masyarakat,” kata Andika.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Andika, harus memperbanyak jumlah orang yang diperiksa PCR. Diakuinya, target sampel PCR berdasarkan BAPPENAS adalah 3.500/1 juta penduduk.
“Bukan karena ketidaktahuan rapid test, tapi lebih ke faktor, mereka khawatir kalau hasilnya positif beban psikis, terpisah dari keluarga, karantina,” ujarnya saat video conference di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Padahal, pemerintah provinsi Banten sudah menyiapkan 1% atau sekitar 120 ribu alat rapid test untuk pelaksanaan tersebut. Adapun jumlah penduduk Banten sendiri sebanyak 12 juta jiwa.
Menurut Andika, sudah dilakukan pendekatan personal agar momok menakutkan rapid test tidak berulang. Bahkan, telah dilakukan sosialisasi di lingkup pondok pesantren dengan koordinasi yang dilakukan ke pihak terkait.
“Setelah masyarakat menolak langsung sosialisasi, sudah memberikan pemahaman, step by step rapid test,” ujarnya lagi.
Tak hanya faktor psikologis, ketakutan lain adalah soal biaya. Menurut Andika, masyarakat takut akan dipungut sejumlah uang ketika melakukan test cepat ini.
“Jumlah penduduk Provinsi Banten sendiri adalah 12 juta. Artinya sampel yang harus diperiksa sebanyak 42.000 orang. Saat ini Sampel yang dikirim baru 30 persen dari target,” paparnya.(*/Dul)
BANYUMAS – Diduga yang menggelapkan uang para nasabah oknum dari BMT Insan .Ratusan nasabah menggeruduk kantor BMT Insan Mandiri di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Bannyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/6/2020). Mereka kecewa karena tidak bisa mencairkan uang simpanannya yang ditabung dan didepositokan.
Diduga, uang kurang lebih Rp5 miliar milik para nasabah ini dibawa kabur oleh pelaku penipuan dan hingga kini masih buron.
Nasabah menitipkan uangnya sejak berdiri tahun 2014 dengan alasan aman dan mendapat bunga yang tinggi. Sehingga merasa tertarik menyimpannya dalam bentuk deposito ratusan juta bahkan ada yang sampai Rp1 miliar di Lembaga Keuangan BMT Insan Mandiri.
Setelah merasa kesulitan untuk mengambil uangnya, nasabah mulai curiga hingga beramai ramai mendatangi kantor. Namun pada kenyataannya hanya sebagian saja yang tercatat dalam sistem keuangan lembaga tersebut.
Manager BMT Insan Mandiri, Toidin, merasa kaget karena saat kantor baru buka nasabah bergerombol untuk mengambil dananya besar besaran. Lebih terkejut lagi, kartu dan slip setoran berbeda dengan yang dikeluarkan kantor.
Diduga, oknum karyawan pada lembaga keuangan BMT Insan Mandiri di Ajibarang, Banyumas, inisial ES melakukan penggelapan uang nasabah senilai lebih dari Rp2 miliar rupiah. Hal itu terungkap saat dilakukan pengecekan.
Ditambahkan, terduga pelaku Edi Santoso memalsukan kartu dan slip setoran dengan cara mencetak sendiri dan tanda tangan manager dipalsukan. Hal itu nampak tidak adanya stempel dan nomor seri serta nomor nasabah.
“Pelaku mengelabui nasabah dengan cara mencetak sendiri slip setoran dan kartu deposito palsu, dan ini sangat berbeda dengan bentuk aslinya, bila yang terbuat dari kertas seperti piagam, sedang yang dipalsukan terbuat dari kertas biasa,” kata Toidin.
Eko Daryono, nasabah yang merasa kesal karena uangnya tidak ada BMT Insan Mandiri mengungkapkan kekesalan dengan mengecam kelakuan ES. Menurutnya, dirinya sudah mulai curiga saat akan mencairkan deposito senilai ratusan juta diulur ulur dengan alasan wabah COVID-19.
“Saya kesal saat ingin ambil tabungan dan deposito kok ditunda terus dengan alasan masih Corona, padahal uang untuk kebutuhan selama COVID-19. Karena penasaran saya datang ke kantor ternyata tidak ada duit dan kartu depositonya abal-abal,” terangnya.
Saat terjadi unjuk rasa, sempat terjadi ketegangan di ruang kantor antara pegawai BMT Insan Mandiri dengan nasabah. Nasabah meminta agar pihak BMT Insan Mandiri ikut bertanggung jawab dalam penggelapan uang nasabah.
Sejumlah anggota TNI dan Polri ikut mengamankan dan menengahi persoalan nasabah. Kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.(*/D Tom)
TASIKMALAYA – Bencana alam dengan kerusakan dihulu dan juga tidak menyerapnya air hujan mengakibatkan tidak tertahannya air dalam tanah akibatnya air begitu cepat mengalir ke muara.
Hujan yang turun secara terus-menerus sejak Kamis sore kemarin hingga Subuh tadi mengakibatkan meluapnya Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy yang melintasi Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Akibatnya sekitar 500 rumah warga di lima kampung terendam banjir hingga 1,5 meter.
Lima kampung yang terendam banjir yaitu Mekarsari, Cicalung, Hegarsari, Bojong Soban dan Bojong Waru; Desa Tanjungsari; Kecamatan Sukaresik; Kabupaten Tasikmalaya; Jawa Barat.
Akibat banjir yang terjadi bukan hanya ratusan rumah yang tergenang air namun ratusan hektare sawah juga ikut terendam.
Bukan hanya itu banjir juga memutuskan akses jalan yang menghubungkan sejumlah desa di Kecamatan Sukaresik.
Sebelumnya banjir juga terjadi pada hari Rabu pagi (17/06/2020) lalu dengan kedalaman hingga 1 meter yang merendam tiga kampung yaitu Hegarsari, Bojongsoban dan Bojong Waru.
Namun banjir kali ini lebih parah karena merendam sekitar 500 rumah warga di lima kampung dengan kedalaman hingga 1,5 meter.
Menurut AI (45) warga setempat, banjir mulai datang sejak pukul 04.00 WIB tadi akibat hujan yang terus menerus turun sehingga Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy meluap.
“Jika dibandingkan dengan banjir beberapa waktu lalu banjir sekarang lebih besar karena merendam ratusan rumah warga di lima kampung dengan kedalaman setengah meter hingga satu setengah meter. Banjir juga membuat susah warga karena tidak bisa beraktivitas,” katanya.
“Jika di daerah sini ketinggian air sekitar 50 centimeter kalau di kampung lainnya bisa setinggi 1,5 meter,” timpalnya.
Banjir, kata dia, juga akibat tanggul Sungai Citanduy ada yang jebol/ sehingga air sungai meluap ke pemukiman warga.
Kami berharap agar banjir tidak kembali terjadi karena di daerahnya ini sudah sering kali terjadi setiap musim hujan tiba.
Sementara itu sejumlah kendaraan mobil dan motor warga yang akan melintas terpaksa harus balik arah. Karena jalannya terendam banjir bahkan sebuah truk yang mengangkut barang juga terpaksa harus balik arah karena banjir saat ini lebih besar dan jalan tidak bisa dilalui oleh kendaraan tinggi.
“Hingga saat ini ketinggian air terus naik dan ratusan rumah warga masih terendam banjir,”pungkasnya.(*/Dang)
BANDUNG – Kasus positif Covid-19 di Kota Bandung terus bertambah. Dinas Kesehatan Kota Bandung menyebut penambahan tersebut disebabkan adanya transmisi lokal.
Tingginya aktivitas masyarakat di luar rumah diperkirakan masih menjadi penyebab penyebaran Covid-19 ini.
Hingga hari ini, Kamis (18/6/2020) total kasus positif mencapai 373 orang, dengan jumlah 128 orang positif aktif, dan sisanya telah sembuh dan meninggal dunia.
Kepala Seksi Surveillance dan Imunisasi Dinkes Kota Bandung Grinda Wardana mengatakan, kenaikan positif Covid-19 disebabkan adanya transmisi lokal, bukan penambahan cluster baru.
“Transmisi lokal disebabkan adanya aktivitas masyarakat di luar rumah. Misalnya masih belanja keluar, beli sembako, aktivitas ke beberapa tempat, termasuk saat kemarin Lebaran,” kata Grinda, Kamis (18/6/2020).
Kendati begitu, pihaknya belum bisa memberikan data lebih rinci, berapa prosentase positif Covid-19 akibat cluster dan transmisi lokal. Pihaknya, saat ini terus melakukan tracing, terutama bagi mereka yang berinteraksi dengan pasien positif.
Selain itu, salah satu yang menjadi konsen dinas kesehatan adalah status Orang Tanpa Gejala (OTG). Untuk kasus ini, dia menjelaskan, orang dengan kategori OTG adalah mereka yang berinteraksi erat dengan orang positif covid, namun tidak menunjukkan gejala sakit.
Update Covid-19 di Kota Bandung, jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) aktif sebanyak 292 orang. Sementara ODP yang telah selesai sebanyak 4.140 orang. Sehinga total ODP sejak awal pandemi hingga hari ini mencapai 4.432 orang.
Sedangkan orang dengan kategori PDP aktif sebanyak 169 orang, dengan jumlah total 1.137. Sedangkan kasus positif aktif atau yang masih dalam status positif mencapai 128 orang. Sehingga jumlah total positif 373 orang. Dadi jumlah itu, 40 meninggal dunia dan sisanya sembuh.(*/Hend)
DEMAK – Air laut pasang atau rob yang disertai abrasi di wilayah pesisir utara Kabupaten Demak, Jateng, kian mengganas. Wilayah pesisir Desa Bedono, Kecamatan Sayung, tepatnya di Dukuh Mondoliko, menjadi wilayah terparah yang digenangi banjir rob.
Ratusan rumah warga hingga akses jalan desa tersebut terputus karena terendam banjir rob dengan ketinggian di atas lutut orang dewasa. Akibatnya, ratusan warga Dukuh Mondoliko terancam terisolir jika banjir rob yang merendam di wilayahnya tidak segera tertangani.
Ironisnya, banjir rob yang merendam wilayah Dukuh Mondoliko ini sudah berlangsung sejak belasan tahun. Hal itu diakui oleh Kepala Desa Bedono, Agus Salim. Ia mengungkapkan bahwa Dukuh Mondoliko merupakan salah satu dari tujuh dukuh di Desa Bedono yang terancam terisolir saat datangnya musim rob.
“Namun warga tetap bertahan di kampungnya, karena ingin mempertahankan tanah kelahirannya, Meski setiap hari selalu bergelut dengan banjir rob, mereka merasa nyaman tinggal di tempat tinggalnya,” beber Agus, Kamis (18/6/2020).
Ia menyebutkan, warga yang tinggal di Dukuh Mondoliko, semula mencapai 350 KK. Namun karena banyak rumah yang rusak dan hilang tersapu gelombang air pasang, kini jumlah rumah yang masih dihuni tinggal 125 KK. Mereka tinggal dalam satu RW dan terbagi 4 RT.
Atas kondisi tersebut, pihaknya berharap program talud pantai segera direalisasi oleh pemerintah sehingga banjir rob di wilayahnya bisa segera teratasi.
Sementara itu, meski akses jalan di wilayah Dukuh Mondoliko terputus, warga tetap nekat menerabas genangan banjir rob. Pasalnya, kawasan tersebut merupakan akses utama bagi warga yang hendak beraktivitas seperti belanja ke pasar, mengurus surat surat ke Kantor Desa hinggaberangkat bekerja.
Apalagi akses jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Genuk, Semarang, dengan Tambak Bulusan Sayung Demak, terputus dan terendam banjir rob.(*/D Tom)
GARUT – Wakil Bupati (Wabup) Garut Helmi Budiman menyatakan, proses pembangunan objek wisata Situ Bagendit di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menjadi wisata kelas dunia tetap berlanjut.
Saat ini masih dalam proses pembahasan dan lelang di tingkat pemerintah pusat.
“BPPW (Balai Prasarana Permukiman Wilayah) Jabar memberitahukan bahwa proses sedang berjalan di pusat, ya mudah-mudahan segera bisa dilaksanakan, tergantung proses lelangnya sedang dilakukan di pusat,” kata Helmi Budiman di Garut, Kamis (18/6/2020).
Ia menuturkan, pemerintah pusat melibatkan empat kementerian yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam rencana membangun wisata Situ Bagendit lebih bagus.
Jajaran Pemkab Garut, kata dia, telah meninjau langsung kesiapan lahan objek wisata Situ Bagendit seluas 105 hektare sebelum dilaksanakan pengerjaan pada tahun anggaran 2020 atau 2021.
Helmi menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jabar yang siap membangun objek wisata di Garut menjadi wisata kelas dunia. “Untuk itu masyarakat harus ikut berpartisipasi dengan menjaga dan merawatnya,” kata Helmi.
Menurut dia, objek wisata Situ Bagendit akan memberikan dampak yang manfaat bagi masyarakat, terutama akan tumbuh kembang sektor perekonomian yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Sinergitas ini menjadikan objek wisata Situ Bagendit sebagai wisata kelas dunia guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Helmi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut Budi Gan Gan menambahkan, pandemi wabah Covid-19 tidak mengganggu rencana pembangunan objek wisata Situ Bagendit, saat ini prosesnya masih tahap lelang di tingkat pemerintah pusat.
Ia menyampaikan, objek wisata danau itu akan ada banyak perubahan dan membangun berbagai tempat seperti saung, taman bermain, dan taman bunga teratai. “Jadi nanti ada pembangunan zona satu dan zona dua, nanti akan ada taman, ada taman teratai, pokoknya banyak yang akan dibangun,” ungkapnya.(*/Dang)
SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mempertanyakan status tiga daerah yang dinyatakan masih dalam status zona merah pandemi Covid-19 oleh Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranomow.
“Apa benar hanya tiga daerah?” kata wali kota yang akrab disapa Hendi itu di Kota Semarang, Rabu (17/6/2020).
Gubernur Ganjar menyatakan tiga daerah di Jateng masih dalam kategori zona merah Citu-19, yakni Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Magelang. Menurut Hendi, meningkatnya angka penderita Covid-19 di ibu kota Jateng tersebut tidak terlepas dari masifnya tes cepat dan tes usap yang dilakukan di pusat-pusat keramaian.
Hendi meminta perlu adanya data yang jelas dalam mengukur kriteria zonasi Covid-19 ini. “Harus ada data yang jelas agar tidak cepat-cepatan zona hijau, agar tidak seperti pertandingan,” katanya.
Dia mengungkapkan, masih ada kepala daerah yang wilayahnya masuk dalam kategori zona kuning, namun galau untuk melakukan tes massal di tempat keramaian. “Mereka galau kalau di tes massal di tempat umum akan ketahuan jumlah positifnya bertambah,” kata Hendi.
Oleh karena itu, menurut dia, jika pergerakan dalam upaya mencegah Covid-19 tidak berstandar dan tidak sama, maka zona hijau hanya akan dicapai oleh daerah yang tidak melakukan tes massal di tempat ramai.
Hendi menegaskan, Kota Semarang tidak akan ragu melakukan tes massal di tempat-tempat ramai agar penelusuran kasus lebih cepat diketahui. “Semarang ingin menjadi zona hijau alami, semua warganya sehat. Bukannya dengan tidak ada pergerakan di lapangan,”tukasnya.(*/D Tom)
LEBAK – Seorang warga Kabupaten Lebak, Banten menjemur nasi bekas (nasi aking) menjadi penganan untuk konsumsi makanan tambahan di tengah pandemi Covid-19. “Saya kira nasi bekas dijemur itu bisa dijadikan makanan tambahan dan dapat mengurangi beban ekonomi keluarga,” kata Sukanah (60 tahun), seorang nenek warga Rangkong RT 04 RW 03, Desa Aweh, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak pada Rabu (17/6).
Nasi bekas yang dijemur itu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan aneka penganan yang menyehatkan dan memiliki kandungan gizi di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, nasi bekas dijemur bisa jadi bahan penganan cangkaruk maupun gipang dan jika tidak diolah bisa disimpan serta tak menimbulkan bakteri maupun busuk.
Namun, Sukanah ingin memproduksi makanan gipang dari nasi yang dijemur itu, tetapi belum memiliki uang untuk membeli gula putih dan minyak goreng. “Kami memproduksi aneka penganan dari nasi bekas itu dijadikan makanan tambahan untuk mengirit ekonomi keluarga, terlebih di tengah pandemi Covid-19,” kata Sukanah yang telah ditinggalkan suaminya meninggal dunia.
Sukanah mengatakan, selama ini kehidupan ekonomi keluarganya di tengah pandemi Covid-19 cukup terpukul karena usaha dari sektor pertanian pun terdampak. Saat ini, ia sudah tidak bekerja, namun bisa menghidupi enam anaknya yang masih duduk dibangku SD, SMP dan SMA. Sedangkan empat anak lainnya sudah berkeluarga.
Beruntungnya, kata dia, pada tahun ini, anaknya yang berprestasi di SMAN 1 Rangkasbitung menerima beasiswa dari salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Meskipun demikian, Sukanah hidup tak menggantungkan orang lain dan merasa terbantu dengan menggarap sawah milik orang lain.
Bahkan, Sukanah belum pernah membeli beras karena hasil bagian panen padi dengan pemilik sawah itu terpenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga.
Selain itu, ia juga belum menerima dana bantuan sosial tunai (BST) yang digulirkan pemerintah akibat dampak Covid-19. Setahun lalu Program Keluarga Harapan (PKH) untuk dicabut dengan alasan tidak jelas. “Kami juga merasa bingung dengan tidak menerima BST, padahal sudah dilakukan pendataan KK dan KTP juga termasuk dicabutnya PKH itu,” kata Sukanah.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lebak, Eka Darmana Putra mengatakan, masyarakat yang belum menerima dana BST maupun bantuan langsung tunai (BLT) segera mengajukan kepada desa dan kelurahan setempat dengan dilengkapi identitas kartu keluarga (KK) dana kartu tanda penduduk (KTP). Pasalnya, nantinya desa dan kelurahan bisa melakukan memasukkan data ke Kementerian Sosial (Kemensos) untuk mendapatkan uang sebesar Rp 600 ribu selama tiga bulan.
Pendistribusian dana sosial itu bantuan dari APBN, APBD, dan Dana Desa setempat. “Kami menjamin semua warga yang terdampak Covid-19 menerima dana sosial itu,” ungkapnya.(*/Dul)
CIREBON – Dengan adanya pandemi corona membuat banyak yang tinggal dirumah senyebabkan jenuh dan ingin menikmati suasana yang berbeda . Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Air Goa Sunyaragi Kota Cirebon perlahan mulai mengalami peningkatan. Wisatawan pun masih didominasi warga lokal.
Pengelola lokasi wisata Taman Air Goa Sunyaragi, Jajat Sudrajat, mengatakan, Gua Sunyaragi sebelumnya sempat ditutup akibat pandemi Covid-19. Namun, sejak dua pekan yang lalu, Gua Sunyaragi sudah kembali dibuka.”Saat hari pertama buka dua pekan lalu, pengunjung hanya ada empat orang,” kata Jajat, Selasa (16/6).
Namun, lanjut Jajat, setiap hari jumlah pengunjung terus bertambah meski angkanya masih di bawah sepuluh orang. Menurutnya, jumlah pengunjung tertinggi dalam dua pekan terahir terjadi pada Minggu(14/6) yang mencapai 80 orang.
Jajat mengaku bersyukur dengan terus meningkatnya jumlah pengunjung meski masih jauh dari kondisi normal sebelum ada pandemi Covid-19.
Dia menyebutkan, dalam kondisi normal, jumlah pengunjung terutama setiap Sabtu dan Minggu, bisa mencapai tiga ribu sampai empat ribu orang.
Jajat menambahkan, dalam dua pekan terakhir ini pengunjung yang mendatangi Goa Sunyaragi masih didominasi warga lokal. Padahal biasanya, pengunjung datang dari berbagai daerah bahkan mancanegara.”Untuk tiket masuknya tidak ada kenaikan, masih tetap Rp 10 ribu per orang,” tutur Jajat.
Jajat menambahkan, pihaknya juga menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19. Bagi para pengunjung, diwajibkan menggunakan masker. Pihaknya juga menyiapkan handsanitizer dan secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan. “Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga pariwisata di Kota Cirebon bisa kembali pulih,” kata Jajat.
Gua Sunyaragi merupakan salah satu situs milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Situs yang telah berumur ratusan tahun itu dulunya digunakan sebagai tempat berkhalwat (menyepi) para sultan dan keluarganya.(*/Dang)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro