PURWOKERTO – Jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid 19 di Kabupaten Banyumas, mengalami lonjakan tajam. Dari hasil sementara test swab massal yang dilakukan Pemkab Banyumas sejak Senin (6/7) silam, tercatat ada tambahan pasien Covid 19 sebanyak 18 orang.
”Dengan tambahan ini, maka total jumlah pasien yang terkonfirmasi Covid 19 di Banyumas mencapai 105 orang. Jumlah ini kemungkinan besar masih akan bertambah, karena jumlah temuan sebanyak 18 orang itu baru dari sebagian hasil test swab yang sudah keluar uji laboratoriumnya,” ucap Bupati Banyumas Achmad Husein, Senin (13/7/2020).
Dia menyebutkan, program test swab massal yang dilakukan Pemkab Banyumas hingga saat ini telah menjangkau 1.085 orang. Dari jumlah tersebut, yang sudah keluar hasil pemeriksaan laboratoriumnya baru sebanyak 444 orang. ”Dari 444 orang yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya sudah keluar inilah, kita mendapatkan 18 orang yang positif Covid 19,” katanya.
Menurut rencana, Pemkab akan melakukan pemeriksaan swab terhadap 4.000 warga Banyumas sebagai sampel. Mereka yang akan dilakukan test swab, berasal dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari ASN, pedagang pasar, santri, dan berbagai profesi lainnya.
Husein menyebutkan, dengan temuan baru sebanyak 18 orang positif tersebut, jumlah warga yang kini menjalani perawatan di Rumah Sakit ada sebanyak 32 orang. Jumlah ini hampir menyamai kondisi puncak wabah Covid 19 di Banyumas pada 3-4 Mei 2020. Saat itu, tercatat ada 37 pasien Covid 19 yang dirawat di berbagai rumah sakit di Banyumas.
Mengenai dari kalangan mana saja warga yang positif Covid, Husein menyebutkan, terbanyak dari kalangan tenaga medis. Dari jumlah temuan sebanyak 18 kasus positif tersebut, sebanyak 11 pasien berasal dari kalangan tenaga medis.
”Seluruhnya merupakan tenaga medis yang bertugas di puskesmas,” katanya.
Sedangkan lainnya, berasal dari kalangan pedagang pasar sebanyak 6 orang berasal dari pedagang pasar Wage sebanyak 5 orang dan Pasar Manis sebanyak 1 orang. Selain itu, juga petugas Satpol PP Banyumas sebanyak 2 orang. ”Dari dua orang petugas Satpol PP ini, yang seorang ber-KTP Purbalingga, sehingga tidak kita hitung,” katanya.
Terkait temuan kasus tersebut, Husein menyatakan, berbagai langkah akan dilakukan Pemkab Banyumas. Terhadap lingkungan pasien, akan dilakukan tracing. ”Seluruh keluarga pasien akan dilakukan test swab,”tukasnya.(*/D Tom)
SIDOARJO – Tenaga medis merupakan orang yang paling berisiko tetular virus corona (Covid-19). Sebab mereka bersentuhan langsung dengan pasien yang terinfeksi.
Maka tidak heran petugas medis yang terkena Covid-19 terus bertambah. Sebagai gambaran, hingga saat ini tercatat 300 kasus tenaga medis di Sidoarjo dinyatakan positif terinfeksi.
Dari jumlah tersebut, 22 orang di antaranya masih menjalani perawatan secara intensif di ruang isolasi rumah sakit rujukan. Sementara sisanya menjalani isolasi di tempat isolasi yang ditunjuk.
Menyikapi kondisi ini Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya akan akan mengerahkan tenaga kesehatan cadangan dari sejumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Sidoarjo, untuk menangani pandemi Covid-19.
Lebih lanjut dia menjelaskan, dari 22 tenaga kesehatan yang saat ini menjalani perawatan medis di ruang isolasi rumah sakit rujukan tersebut, didominasi oleh tenaga kesehatan dari RSUD Sidoarjo, yakni sebanyak 16 orang.
Sisanya merupakan tenaga kesehatan dari rumah sakit rujukan swasta.
Selain itu sebanyak lima tenaga kesehatan di Kabupaten Sidoarjo dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Mereka merupakan dokter dan perawat yang menangangi pasien Covid-19.
“Nakes (tenaga kesehatan) sampai sekarang masih yang meninggal dunia ada 5 orang yang masih dirawat 22 orang,” ujar Syaf Satriawarman menegaskan.(*/Gio)
SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) kembali memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Tangerang Raya. Perpanjangan PSBB itu dilakukan dengan harapan Banten menjadi zona hijau dalam penyebaran Covid-19.
Wahidin Halim mengatakan pernah dikritik di berbagai forum dan media sosial, seakan-akan Provinsi Banten tidak berbuat apa-apa dalam menghadapi Covid-19.
Faktanya kini Provinsi Banten sudah masuk zona kuning dan berada di posisi 12 nasional.
“Saya jarang tampil dan bicara di televisi, yang penting saya bekerja dan yakin mengurangi kasus Covid-19. Faktanya, bagaimana seluruh lini baik Polda, Korem, Bupati dan walikota serta para alim ulama yang bekerja keras mencapai ini semua. Karena kita tahu apa yang harus kita lakukan,” kata Wahidin Halim dalam telekonferensi Evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar Wilayah Tangerang Raya yang diikuti oleh Wakil Gubernur Andika Hazrumy, Sekda Al Muktabar, Forkopimda Provinsi Banten, Forkopimda Tangerang Raya, serta para kepala OPD Provinsi Banten dan Tangerang Raya, di Serang, Minggu (12/7).
Dari evaluasi itu, disepakati bahwa PSBB di wilayah Tangerang Raya yakni Kabupaten dan Kota Tangerang serta Kota Tangerang Selatan diperpanjang. Namun, dengan kelonggaran untuk sejumlah kegiatan tertentu yang berisiko rendah terhadap penularan dan penyebaran Covid-19.
Sementara untuk kegiatan yang berisiko sedang, agak tinggi, dan tinggi tetap akan dibatasi.
Menurut Wahidin, sejak awal dirinya tidak sepakat dengan istilah normal baru tetapi yang terpenting adalah harus membiasakan diri di dalam suatu kehidupan baru. Karena ada perubahan nilai-nilai budaya dan harus melalui internalisasi dan institusionalisasi dan menjadi suatu kebiasaan baru di masyarakat.
“Kita membutuhkan waktu sampai terjadi internalisasi diri. Kalau sudah menyatu, dan sudah jadi kebiasaan, Insya Allah tanpa sosialisasi lagi kita akan sudah terbiasa dan merasakan pentingnya dan manfaat suatu kehidupan baru,” katanya.
Ia mengatakan berbagai indikator akan diuji lagi dan harus mendapatkan jaminan. Panduan pendekatan dengan format atau model yang bisa menurunkan zona kuning menjadi hijau perlu pertimbangan dari semua pihak.
Agar bisa menembus dan semangat dari merah, menjadi kuning dan terakhir bisa menjadi zona hijau.
“Sehingga kita benar-benar tahu langkah-langkah apa yang harus kita lakukan agar kita mendapatkan standar yang jelas untuk hal ini,” kata Wahidin.
Terkait ritual keagamaan, Gubernur Banten berpesan jangan sampai terganggu karena ketatnya peraturan. Hal yang sudah terbiasa menjadi tradisi seperti Pelaksanaan penyembelihan hewan kurban jangan di RPH tapi tetap perlu diberikan kelonggaran untuk dilaksanakan di masjid-masjid dengan protokol kesehatan yang ketat.
Ia mengatakan, kalau PSBB sebelumnya relatif serba tidak boleh, pada PSBB selanjutnya secara teknis ada yang bisa dilonggarkan. Ada kegiatan yang bisa dibolehkan, namun dengan tingkat risiko yang rendah.
“Kalau PSBB ini tidak kita lanjutkan saya khawatir. Karena ada tugas kita yang harus kita optimalkan. Jangan sampai kalau kita cabut PSBB akan terjadi euforia, masyarakat kembali seperti semula dan lupa,”tukasnya.(*/Dul)
PURWAKARTA – Purwakarta saat ini dikepung tambang tanah ilegal dan dampaknya pada lingkungan ini menjadi perhatian serius orang nomor satu di Purwakarta .Energi Anne Ratna Mustika terkuras habis.
Bagaimana tidak, Bupati Purwakarta itu harus bekerja siang dan malam, lantaran semakin maraknya aktivitas pertambangan kategori C jenis tanah merah di wilayahnya yang disinyalir ilegal.
Anne pun kembali harus dibuat uring-uringan, apalagi setelah mengetahui jika lokasi tambang tanah ini bukan hanya yang terdapat di jalur arteri Purwakarta-Bandung via Padalarang atau masuk ke Kecamatan Sukatani.
Namun, lokasi tambang yang disinyalir illegal ini juga terdapat di Kecamatan Cibatu dan Babakan Cikao.
Tambang tanah merah yang lokasinya di Babakan Cikao, mungkin yang terlihat paling parah. (12/7/2020) siang, perempuan yang akrab disapa Ambu Anne itu menyaksikannya sendiri. Di lokasi pertambangan, awalnya dia terlihat hanya bisa mengelus dada menahan amarahnya.
Namun amarahnya memuncak kala itu. Apalagi, saat melihat kondisi tambang galian tanah merah liar ini yang dinilainya sudah sangat merusak lingkungan.
Alhasil, sejumlah kendaraan bertonase besar yang sedang parkir untuk menunggu giliran muatan tanah merah diminta meninggalkan lokasi galian.
“Pak Kasatpol PP, tolong itu mobilnya suruh keluar semuanya,” kata Anne dengan nada tinggi.
Kemarahan Anne semakin bertambah saat melihat lokasi galian tanah merah telah menjadi tebing yang tinggi dan terjal. Terlebih lagi, diatas ada beberapa rumah warga yang berbatasan langsung dengan tebing yang dikeruk tanahnya oleh pengusaha galian.
“Ya Allah itu tingali mani kawas kitu, asa hayang cerik gogowakan ningalina ge. Kumaha lamun usum hujan, itu imah nu di luhur bisa-bisa kawaba longsor (ya Allah itu lihat sampai seperti itu, liat kondisi seperti ini jadi pengen nangis histeris,” teriak Anne kala itu.
Menurut Anne, aktivitas pertambangan ini sedikit besarnya bisa merugikan banyak pihak. Salah satunya, merusak lingkungan sekitar dan juga bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya bencana alam.
“Jika lingkungan rusak akibat adanya pertambangan, maka kehidupan masyarakatnya akan terancam bahaya. Misalnya, bakal memicu bencana alam,”ungkapnya.(*/As)
SURABAYA – Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran covid .Polda Jatim memberlakukan penutupan tiga ruas jalan utama di Kota Surabaya selama dua hari dari 3-4 Juli, sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona, yang masih tinggi di kota itu.
Penutupan diberlakukan mulai pukul 21.00 hingga 04.00 WIB di Jalan Tunjungan, Pendegiling dan Jalan Raya Darmo. Penutupan tiga ruas jalan tersebut karena masih banyaknya warga yang berkerumun di tiga lokasi ini.
Namun, dalam pelaksanaannya, penutupan tiga ruas jalan utama tersebut dinilai belum maksimal menekankan angka Covid-19 di Kota Surabaya. Untuk itu Polda Jatim memperpanjang masa penutupan kembali pada Sabtu dan Minggu (11-12 Juli), tentunya dengan lebih memperketat penjagaan personel.
Selain itu petugas juga melakukan patroli untuk membubarkan warga yang masih berkerumun juga warga yang memanfaatkan dengan bersepeda malam hari dengan jumlah banyak.
Meski demikian waktu penutupan tetap dengan mengedepankan kepentingan orang banyak sehingga dipilih pada jam tidak produktif sehingga tidak mengganggu kegiatan ekonomi di sekitar jalan yang diberlakukan penutupan.
“Diharapkan dengan perpanjangan penutupan tiga ruas jalan utama Kota Surabaya ini kasus COVID-19 di Kota Surabaya yang hingga kini masih tinggi ada perubahan,” terang Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Trunoyudo Andiko, pada Sabtu.(*/Gio)
BOYOLALI – Begitu banyak benda kuno yang masih terpendam namun ada juga yang ditemukan namun tak dilaporkan ke berwajib . Warga Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah dikejutkan dengan penemuan arca kuno berbentuk badan manusia tanpa kepala.
Belum diketahui asal usul arca yang ditemukan warga saat menggali tanah kuburan. Saat ini,arca itu masih disimpan dirumah salah satu warga.
Ketua RT setempat, Tujino (52) menceritakan, arca berbentuk badan manusia tanpa kepala itu ditemukan tak sengaja oleh warga saat menggali tanah kuburan untuk memakamkan warga setempat yang meninggal dunia.
Saat menggali, pacu yang digunakan menyentuh sesuatu yang keras. Awalnya mereka menduga, pacul menghantam sebuah batu.
Namun, saat diangkat, ternyata benda keras yang dikira sebuah batu adalah sebuah arca. Sontak, penemuan itupun dalam sekejap langsung menyebar luas.
“Awalnya dikirain batu, namun setelah dikeluarkan dari dalam tanah ternyata sebuah arca yanh sudah tidak utuh lagi bentuknya. Tingginya sekira 60 centimeter, dan lebar sekira 40 centimeter,”papar Tujino, Minggu (12/7/2020(.
Menurut Tujino, posisi arca terbalik saat ditemukan. Bagian kaki arca atau bagian bawah kepala yang terlihat terlebih dahulu.
Setelah seluruhnya terlihat dan dapat diangkat ke permukaan. Ternyata merupakan sebuah arca berbentuk figur manusia namun yang bagian atas telah hilang.
“Harus dua orang untuk mengangkatnya soalnya arcanya ukurannya lumayan besar. Setelah diangkat terus ditaruh dirumah warga,”terangnya.
Oleh Tujino, penemuan tersebut sudah dilaporkan ke pemerintah desa yang langsung diteruskan ke dinas terkait di Pemkab Boyolali.
“Penemuan arca ini sebenarnya diwilayah kami dan sudah sering ditemukan.Karena dijaman dulu wilayah sekitar sini, seperti Pengging konon juga bekas kerajaan. Jadi cukup banyak penemuan,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kebudayaan Pemkab Boyolali, Budi Prasetyaningsih, mengatakan, di wilayah Desa Dukuh maupun Boyolali secara umum, sudah beberapa kali ditemukan benda cagar budaya.
Dimana dari temuan itu kemudian didata dan sebagian saat ini disimpan di museum Boyolali.
“Infonya mau dibawa ke museum, tetapi kapan kami tidak tahu. Kewajiban kami adalah melaporkan, selanjutnya tentu kewenangan dari Pemkab,” tandasnya.(*/ D Tom)
GUNUNG KIDUL – Pandemi belum juga landai malah yang perjadi ada meningkatan .Pasien positif COVID-19 di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bertambah tiga orang.
Total kasus kini menjadi 68 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawaty di Gunung Kidul, Sabtu (11/7/2020) mengatakan tiga kasus tambahan itu, yakni laki-laki umur 12 tahun yang merupakan warga Wonosari, perempuan 59 tahun warga Wonosari, dan perempuan umur 22 tahun warga Saptosari.
“Semua penularan baru, tidak terkait dengan klaster atau kasus yang sudah ada. Semua sedang ditelusuri dan belum ada kesimpulan,” katanya.
Ia mengatakan pasien tersebut mengeluhkan gejala seperti pasien COVID-19, kemudian mereka melakukan tes swab secara mandiri. Hasilnya mereka positif, dan langsung dilakukan perawatan dan diisolasi.
“Semua dirawat di rumah sakit, satu di RSUD Wonosari dan dua pasien lainnya dirawat di rumah sakit swasta di Yogyakarta,” katanya.
Dengan bertambahnya tiga warga positif COVID-19, akumulasi kasus di Gunung Kidul hingga hari ini ada 68 orang. Adapun jumlah pasien yang dirawat menjadi 16 orang, satu orang meninggal dunia, sisanya sudah sembuh.
Tidak hanya penambahan kasus positif, di Gunung Kidul juga terjadi lonjakan jumlah warga yang diambil spesimen swab-nya. “Hari ini ada 131 spesimen swab diambil. Sehingga, spesimen dalam proses keseluruhan ada 228,”tukasnya.(*/D Tom)
LEBAK – Salah satu suku yang masih mempertahankan adat istiadat dan juga lingkungannya suku Baduy terletak di Banten .
Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Lebak, Banten meminta istilah wisata Baduy yang melekat pada wilayahnya selama ini untuk diubah.
Mereka meminta istilah tersebut diubah menjadi Saba Budaya Baduy yang berarti silaturahim budaya Suku Baduy.
Kepala Desa Kanekes Jaro Saija menjelaskan istilah wisata sudah lama tidak disukai oleh masyarakat Baduy. Hal ini karena jika kunjungan ke wilayahnya disebut itu, maka akan ada yang dirubah di lingkungan Suku Baduy.
“Saba Baduy itu berkunjung, silaturahmi ke Baduy itu bahasa Sunda bahasa kerennya Baduy. Kalau disebut wisata tidak mau orang Baduy, karena kalau wisata harus dikembangkan supaya menarik masuk wisata sedangkan kalau kami, kalau suka datang, kalau tidak suka tidak apa-apa,” jelas Saija, Sabtu (11/7/2020).
Menurutnya, ketidak sukaan pada istilah wisata Baduy telah ada sejak masa pendahulunya. “Kolot (orang tua) kami tidak mau dan minta agar Baduy tidak disebut sebagai daerah wisata,” ungkapnya.
Saija juga menjelaskan Suku Baduy tidak akan menutup diri dari kunjungan orang luar seperti yang diisukan. Hal ini karena memutus tali silaturahim dengan menutup kegiatan kunjungan orang luar bukanlah kebiasaan Suku Baduy.
“Kalau ditutup lebih ripuh (repot), satu masalah ekonomi, kedua persahabatan bisa putus. Kalau Saba (silaturahim) ditutup berarti menutup silaturahmi, bisa pecah belah dan jadi bumerang,” jelasnya.
Sebelumnya isu penutupan wisata Baduy secara permanen cukup menyita perhatian setelah ada pihak yang mengaku sebagai perwakilan adat Baduy mengirimkan surat permohonan penutupan langsung ke Presiden Jokowi.(*/Dul)
PRABUMULIH – Saat ini banyak peristiwa yang menjadi perhatian publik .Heboh dan membuat gempar warga Prabumulih karena beredaranya foto-foto adegan susila yang diduga dilakukan oleh sejoli yang baru lulus sekolah.
Terlihat dalam foto yang tersebar di Instagram itu dengan jelas pelajar wanita yang memakai seragam sekolah berupa seragam pramuka, berbuat mesum.
Sontak foto-foto tersebut viral dan menjadi bahan gunjingan warga.
Perbuatan pelaku sangat disayangkan karena dianggap telah membuat malu orangtuanya serta asal sekolah tempat mereka mengemban pendidikan.
Lebih lanjut kini foto-foto asusila pelajar tersebut telah dihapus dari akun IG @Prabumulihngehits.
Untuk mengetahui apakah foto asusila itu memang benar dilakukan dua alumni warga Prabumulih, awak media melakukan penyelusuran.
Sementara wakil kepala sekolah bidang kehumasan tempat pelaku menempuh pendidikan, Abdul Hadi menerangkan, pihaknya sudah mengetahui terkait adanya foto-foto asusila yang beredar di media sosial IG.
“Foto itu memang sempat di share ke group sekolah dan guru, ada yang kenal. Memang cewek tersebut bersekolah di sini dan siswa angkatan yang sudah tamat. Kalau tidak salah angkatan tahun 2020 dan merupakan alumni, dan pengawasan kembali ke orangtua,” katanya.
Ditambahkan Abdul, jadi kami pihak sekolah karena yang bersangkutan sudah tamat, maka tindakan sekolah sudah lepas. Dan kalau yang bersangkutan selama bersekolah tidak ada masalah dan seperti pelajar lainnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Prambumulih AKP Abdul Rahman mengatakan pihaknya sudah mengetahui kasus ini.
“Iya kita sudah tahu, namun sampai saat ini belum ada laporan dari pihak keluarga,”jelasnya.(*/And)
SURABAYA – Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur (PPNI Jatim), Prof Nursalam, mendesak pemerintah segera mencairkan insentif bagi perawat yang menangani Covid-19. “Belum. Sampai sekarang perawat di Jatim belum menerima insentif itu.
Tidak tahu kenapa?” kata Nursalam dikonfirmasi di Kota Surabaya, Jumat (11/7).
Dia mengungkapkan, ada sebanyak 12 perawat di Jatim yang meninggal karena terpapar Covid-19, dan dari jumlah itu, baru tiga perawat yang menerima santunan dari pemerintah. “Yang lainnya belum. Perawat yang meninggal mendapatkan santunan sebesar Rp 300 juta,” tutun Nursalam.
Sementara untuk insentif, sesuai dengan SK Menteri Kesehatan pemerintah menjanjikan perawat yang menangani Covid-19 secara langsung mendapatkan maksimal Rp 7,5 juta, sedangkan untuk dokter maksimal mendapatkan insentif Rp 10 juta.
“Tapi perawat-perawat yang menangani Covid-19 baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo atau RS Haji belum menerima insentif tersebut,” ucap Nursalam.
Nursalam mengaku, kebingungan mengapa sampai sekarang insentif bagi perawat belum juga cair. “Tadi katanya dari provinsi sudah dikirim ke Jakarta, tapi masih verifikasi. Saya mendengar ada program baru dari provinsi kalau dinas sudah langsung dieksekusi. Tapi sampai sekarang teman-teman belum terima. Saya akan tanya ke teman di DPR Komisi XI,” katanya.
Nursalam kembali mendesak pemerintah untuk lebih serius memperhatikan nasib tenaga medis yang menangani Covid-19. Sebab, kata dia, di Jatim sudah ada sebanyak 259 perawat yang terpapar Covid-19, dan 12 di antaranya meninggal dunia.
“Surabaya paling banyak yang meninggal dengan tujuh perawat. Sementara daerah lain seperti Tuban, Sidoarjo, Malang, Sampang dan Bojonegoro ada satu perawat yang meninggal dunia,”ungkapn.(*/Gio)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro