JAKARTA – Ranty Maria tidak lagi menjalin hubungan dengan Ammar Zoni, karena sang mantan memilih Irish Bella. Kenyataan itu tak membuat Ranty Maria sakit hati. Ranty mengaku perpisahan di antara mereka dilakukan baik-baik.
Artis 19 tahun berdarah Manado Korea ini ikut merasa senang dengan kabar mantan kekasihnya itu. Lewat obrolan bersama Natasha Wilona di channel YouTube, Ranty pun blak-blakan soal hubungannya dengan Ammar Zoni. Dirinya juga mengaku telah move on. Bahkan jika Ammar mengundang ke pernikahannya, Ranty akan datang dan menyalaminya.
“Kalau aku diundang, aku dateng. Iya dong, aku diundang, aku ada waktu, aku dateng ya pasti aku salamin,” ucap artis yang memulai debut aktingnya setelah membintangi sinetron Menanti Keajaiban Cinta Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie.
Surat undangan telah beredar di media sosial. Jika tanggal 28 April mendatang mereka akan melangsungkan pernikahan.
“Sebenernya it’s not my business anymore, dan sebenernya there is nothing I feel about that lagi cuma still – bukan urusan saya lagi dan rasa lagi.
Ranty pun menyampaikan doa tulus agar sang mantan bahagia. “I wish them always happy, always healthy. Happy married, dan semoga cepet punya momongan dan yang terbaik buat kalian berdua,” katanya.
Ranty dan Ammar terlibat cinta lokasi saat membintangi sinetron yang sama. Hubungan keduanya mendapat dukungan dari penggemar kedua artis itu.
Ammar Zoni sempat masuk penjara karena kasus narkoba/ganja, menjalani program rehabilitasi oleh Badan Narkotika Nasional selama beberapa bulan namun Ranty Maria setia menunggu dan terus melanjutkan berpacaran sekeluarnya.
Meski demikian, kisah cinta di antara keduanya harus berakhir. Meski begitu, Ammar membocorkan bahwa Ranty masih sering meneleponnya.(*/Indr)
….. BERBAGAI seruan baikot makan nasi Padang viral di dunia maya beberapa hari terakhir ini. Pasalnya, petahana Joko Widodo tidak dipilih hampir 100 persen orang Minang. Orang Padang yang bukan Minang memang menyisakan sekitar 10 persen ke Jokowi. Dulu, 2014, masih ada orang Minang ke Jokowi, karena faktor Jusuf Kalla orang sumando (beristri Minang).
Kebencian pendukung Jokowi terhadap orang Minang ditantang di dunia maya. Para nitizen mengatakan, “silakan kalau tidak mau makan nasi Padang, tapi apa gak rindu?”
Dari sejarah politik, orang Minang sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemerdekaan kita. Pengaruhnya ini meliputi spektrum pemikiran sosial ideologis pergerakan anti penjajahan. Kalau di ekstrim Islam, ada Mohammad Natsir, Agus Salim, Buya Hamka, Rasuna Said dan lain seterusnya. Kalau di ekstrim kiri, ada Sutan Malaka alias Tan Malaka. Kalau di tengah, ada Mohammad Hatta, Dr. Sutan Syahrir dan Muhammad Yamin.
Orang-orang tersebut di atas bukan soal sejumlah nama dalam pengertian number, namun mereka adalah ideolog-ideolog besar bangsa kita. Umpamanya, suatu hari Datuk Anwar Ibrahim, tokoh perjuangan Malaysia, menceritakan, ketika dia mau direkrut menjadi bagian pergerakan Ikhwanul Muslimin, yang didirikan Hasan Albana, di Mesir, dia menolak sambil mengatakan, “guru saya adalah Mohammad Natsir, di Indonesia, dia tidak kalah dengan Hasan Albana”.
Di kubu kiri, Tan Malaka malah tak kalah legendarisnya. Suatu hari Bung Karno menceritakan kepada seorang tamu yang datang dari Banten, dalam situasi pergolakan kemerdekaan. “Bung, kata Sukarno pada dia, seandainya ada orang yang lebih pantas dari saya menjadi presiden di Indonesia, maka orang itu pastinya adalah Tan Malaka”. Bung Karno tidak tahu bahwa orang yang dia ajak bicara adalah Sutan Malaka, dalam penyamaran. Tan Malaka adalah manusia yang ditakuti Belanda, dikejar di seluruh dunia. Dia pemuda Indonesia yang berpidato dalam Kongres Komunis International di Soviet Russia, dia ikut mendirikan Partai Komunis China, dia anggota Komintren (Komunis Internasional), yang buku-buku atau klipping pikiran-pikirannya “meracuni” Sukarno dan kaum pergerakan menentang Belanda.
Selain cerita di atas, tentu Mohammad Hatta tak kalah pentingnya. Dia adalah bapak ekonomi kita. Manusia politik yang paling jujur. Hampir bertahun-tahun dia menyisihkan gajinya dalam tabungan untuk membeli sepatu merk Belly, sampai akhir hayat, tidak berhasil dibelinya. Bagaimana Wakil Presiden RI pertama tak bisa beli sepatu?
Lalu Dr. Syahrir apa perannya? Tentu Syahrir-lah yang berunding dengan Amerika dan Barat untuk memuluskan kemerdekaan kita. Kita bisa bilang bambu runcing penting melawan Belanda, tapi fakta mengatakan Belanda hanya takut dengan Amerika yang mengalahkan Hitler di Eropa kala itu. Peran Syahrir adalah berunding dengan Amerika untuk kita bisa merdeka.
Orang-orang Minang adalah manusia yang berjalan dengan pikirannya.
Falsafah “adat bersandi syarak, syarak basandi Kitabullah” telah membuat hampir semua orang Minang hidup dalam religiusitas. Bahkan, Tan Malaka pun dalam pidato internasional Komunisnya di Moskow menganjurkan agar Komunis menerima Islam. Atau orang-orang menterjemahkan Tan Malaka adalah Komunis yang bertuhan.
Religiusitas orang-orang Minang dan sifat merantaunya telah menjadikan mereka pusat jaringan Islam di berbagai wilayah-wilayah Indonesia.
Belum lagi profesor-profesor di kampus-kampus terkemuka, seperti ITB, setidaknya di era 80-an, didominasi orang-orang Minang.
Bagaimana orang-orang pro Jokowi mau memboikot masakan Padang? Tahukah kalian sejarah orang Minang dan kemerdekaan kita yang saya ulas di atas?
BACA JUGA
Tidak Ada Yang Salah Pelawak Menjadi Presiden
Orang-orang Minang adalah masyarakat rasional. Mereka tidak akan tunduk pada tekanan kekuasaan atau pemboikotan nasi Padang. Kalau mereka 100 persen kurang sedikit tidak mendukung Jokowi, pastilah pikiran mereka yang membimbingnya. Orang-orang seperti ini hanya bisa ditundukkan dengan kebenaran dan kelembutan.*****
Penulis adalah Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle.(*/Ag)
JAKARTA – Aktris yang go internasional, Cinta Laura (25) kini kembali intensif berlatih beladiri setelah sebelumnya membintangi film horor berjudul ‘Mati Anak’.
Kini, dia ditantang untuk membintangi film laga sebagai jawara silat asal Bogor.
“Selama ini aku latihan Muay Thai dan kick boxing, yah seni beladiri tarung bebas gitu. Tapi kali ini aku diplot lebih spesifik, yaitu jago silat,” ujar pemain film ‘Target’ ini.
Bagi Cinta, hal itu tidaklah mudah. Gerak silat menurutnya sangat spesifik dan etnik. “Silat sendiri aku sama sekali belum pernah belajar. Silat ternyata style-nya beda banget, kayak kombinasi dansa dengan martial arts, benar-benar gerakannya halus banget,” tutur artis berdarah Jerman itu.
“Untungnya aku selama ini juga suka atletik, gampang belajar koreografi berantemnya. Abis lebaran nanti syutingnya,” jelasnya.
Selama ini, adegan laga yang dilakoninya lewat sejumlah film bioskop, selalu mengeksplorasi kemampuan kick boxing yang dipelajarinya di salah satu sasana terkenal di Amerika Serikat.
“Tentu saja ini beda. Aku harus belajar silat dengan sungguh-sungguh nih masih ada sekitar dua bulan buat latihan,” tandasnya.(*/Indr)
JAKARTA – Meski bisa menerima kenyataan sebagai pengidap kanker stasium tiga, penyesalan menggayut di benak artis Cinta Penelope. Sebelumnya penyanyi dan juga DJ yang bertato ini juga harus menerima kenyataan pahit ditinggal sang suami. Padahal pernikahan mereka baru seumur jagung.
“Ini titik baliknya, aku dikasih penyakit, suamiku pergi, tapi ya itulah kehendak Allah,” kata Cinta Penelope.
Meski begitu, artis 35 tahun yang kini berhijab ini menerima takdir ini dengan baik. Ia yakin, keburukan apapun yang menimpanya adalah merupakan yang terbaik bagi kehidupannya.
Apalagi, jauh sebelum berhijab, Cinta mengaku begitu dekat dengan maksiat. Hal ini yang kemudian menjadi penyesalannya sekarang.
“Ini mungkin adalah buah yang aku tanam dan sudah aku tuai, ginjal rusak, hipokalemia, dan sekarang kanker. Dulu ‘kan aku nge-DJ, mabuk-mabukan dan aku menyesal kenapa baru sekarang aku menemukan jalan-Mu ya Allah,” ucap artis yang sudah empat kali menikah dan berakhir dengan perceraian ini.
“Buat di luar sana yang masih dengan kehidupan aku dulu yang perokok, tatoan, minum-minum, banyak begadang, pulang malam. Mungkin lebih ekstra hati-hati aja sekarang, diubah mindset-nya jadi lebih sehat,” ujar Cinta Penelope kepada wartawan di Jakarta Selatan, pekan lalu.. (*/Indri)
….. Banyak yang bertanya-tanya, kalau benar Jokowi menang mengapa wajahnya terlihat murung, bahkan tegang.
Tidak ada semburat kegembiraan, apalagi eforia kemenangan. Wajah Jokowi bukan wajah seorang petarung yang baru saja berjaya.
Padahal Pilpres 2019 merupakan kontestasi terkeras sepanjang era demokrasi pasca reformasi.
Ketika menyampaikan pidato mengomentari hasil quick count di Jakarta Theater Rabu (17/4) wajah Jokowi terlihat datar. Begitu juga para petinggi TKN lain yang berada di belakangnya.
Wajah Jokowi juga masih terlihat tegang hingga dua hari berselang. Media menayangkan wajah Jokowi yang membeku ketika akan menunuaikan salat Jumat (20/4) di Istana Bogor.
Misteri itu terjawab ketika kita mencermati hasil suara quick count per provinsi. Jokowi dinyatakan menang oleh lembaga survei, namun sesungguhnya dia kalah. Dia menang jumlah suara, namun kalah secara wilayah/provinsi.
Bila meminjam istilah yang berlaku dalam pilpres di AS, Jokowi menang secara popular vote. Tapi dia kalah electoral vote.
Beberapa lembaga survei menyebut jumlah provinsi Jokowi menderita kekalahan cukup bervariasi antara 18-21 provinsi.
Charta Politika: Jokowi 16- Prabowo 18. Indo Barometer : Jokowi 15-Prabowo 19. Kedai Kopi: Jokowi 13-Prabowo 21.
Mencermati data quick count yang disajikan, Jokowi tampaknya sangat menyadari, walaupun dinyatakan menang, namun dia menghadapi problem yang sangat besar.
Sebuah sumber menyebutkan, Jusuf Kalla bahkan sampai harus meyakinkan Jokowi.
“Yang penting Bapak kan sudah menang.” Ekspresi Jokowi tetap tak berubah.
Pertama, dia menyadari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Indonesia sudah tak menghendakinya kembali menjadi presiden.
Berbagai survei sebelumnya menunjukkan pemilih yang menghendaki ganti presiden jauh lebih besar dibandingkan yang menginginkannya kembali menjadi presiden.
Sejumlah lembaga survei sampai beberapa pekan sebelum hari H menyatakan tingkat keterpilihan Jokowi di bawah 50 persen ( Litbang Kompas, Median).
Dia tahu bila tanpa kecurangan, mobilisasi besar-besaran, maka dia akan kalah.
Kedua, hasil quick count itu sangat mengecewakan Jokowi karena selisih suaranya hanya berkisar antara 7-9 persen. Selama ini dia dininabobokan oleh lembaga survei dengan keunggulan di atas 25 persen.
Hasil itu sungguh sangat mengagetkan. Sudah kampanye habis-habisan selama lima tahun, mengerahkan habis-habisan aparat negara, menguras habis anggaran bansos dan CSR, namun hasilnya hanya seperti itu.
Ketiga, kemenangan Jokowi kurang dari separuh jumlah provinsi menunjukkan basis legitimasinya sangat lemah.
Lebih dari separuh wilayah Indonesia tak menghendakinya kembali. Di Aceh dan Sumbar angkanya bahkan sangat kecil di bawah 20 persen.
Dia hanya menang di Jateng, Jatim di luar Madura, dan provinsi dengan mayoritas non muslim seperti Bali, NTT, Sulut, Maluku dll
Perolehan suara ini menjadi persoalan serius bila bicara masalah representasi. Indonesia bukan hanya Jateng, Jatim, sebagian wilayah Nusra, dan Indonesia Timur.
Persepsi yang terbentuk Jokowi hanya akan menjadi presiden untuk Jateng, Jatim dan wilayah mayoritas non muslim. Ini bisa berbahaya.
Keempat, menangnya Jokowi di Jateng dan Jatim memperkuat posisi tawar PDIP dan PKB/NU atas Jokowi. Sebab kedua wilayah itu merupakan basis kedua partai/ormas.
Dengan fakta-fakta itu seandainya, sekali lagi seandainya, dia tetap dinyatakan menang oleh KPU, maka dia akan menjadi presiden yang sangat lemah. Jauh lebih lemah dibandingkan saat ini.
Posisi tawarnya terhadap Megawati akan semakin lemah. Sebagai figur yang sangat populer pada Pilpres 2014 saja Jokowi diposisikan sebagai “petugas partai.” Apalagi saat ini ketika pesonanya sudah meredup.
PDIP berhak mengklaim bahwa posisi Jokowi bisa diselamatkan, hanya karena kuatnya mesin politik PDIP di Jateng, dan Jatim. Saham politik Jokowi sudah terdelusi.
Jokowi juga akan menjadi sandera politik PKB/NU, Golkar, bahkan Nasdem, karena ketiga partai itu bisa mengklaim memiliki saham besar atas kemenangan Jokowi.
Dia juga harus berkompromi dan memberi kompensasi yang setimpal terhadap kelompok-kelompok oligarki-pengusaha, elit politik, aparat keamanan, akademisi, lembaga survei dll-yang dengan susah payah mengerek dan mengamankan elektoralnya.
Sebagai presiden, pada periode kedua Jokowi pasti menginginkan posisi politiknya kian menguat. Dia ingin keluar dari bayang-bayang politik kelompok kepentingan yang selama ini mengendalikannya.
Sayang tidak semua skenario yang dia rancang berjalan mulus. Hasil Pilpres kali ini menunjukkan sebaliknya.
Arus besar publik sudah menunjukkan secara nyaring dan jelas (loud and clear) tidak lagi menghendakinya sebagai presiden.
Kalau tetap dipaksakan juga menjadi presiden, maka dia akan menjadi presiden terlemah sepanjang sejarah.*****
*Penulis adalah Pemerhati Ruang Publik. Artikel ini khusus dikirim ke Kantor Berita Politik RMOL
JAKARTA – Tatjana Saphira (22) mengaku punya kepuasan tersendiri selepas merampungkan perannya sebagai Naya, seorang penulis novel dalam film horor-komedi Ghost Writer.
“Awalnya sempat nyesel terikat main di film ini. Baca draft pertama lucu, pas reading tahu treatment gimana jadi nyesel ya,” ujar Tatjana.
Tapi pemeran Hulya dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 ini tak bisa mundur. Maka, meski merasa takut, Tatjana mencoba menjalani karakternya yang notabenenya keluar dari zona amannya.
Selama proses syuting film yang disutradarai oleh Bene Dion Rajagukguk tersebut, Tatjana menandaskan tidak pernah diganggu apapun.
“Mungkin aku lebih ekstra hati-hati. Aku ngga mau sendirian dan ngga mau pecicilan. Justru aku selalu doa dan berusaha kalem,” imbuhnya.
Film Ghost Writer juga sebagai film horor-komedi Tatjana yang pertama. “Ngga suka film horor, tapi ini sekaligus tantangan,” terang artis berdarah blasteran Indonesia-Jerman.
Tantangan yang diberikan Chand Parwez Servia, produser Kharisma Starvision serta Ernest Prakasa itu pun dirampungkannya tepat waktu bersama lawan mainnya, Deva Mahendra, Ernest, Gie Pamungkas, Asmara Abigail, Slamet Rahardjo, Arif Didu, Arie Kriting dan lainnya.(*/Ind)
JAKARTA – Aktris Mikha Tambayong ditantang warganet ditantang untuk menjajal kontes kecantikan Puteri Indonesia tahun depan.
Sebelumnya, Cinta Laura juga mendapat tantangan yang sama, namun ditolak. Kini, giliran Mikha yang diajak untuk mengikuti ajang Puteri Indobesia 2020.
Pemain film ‘Belok Kanan Barcelona’, ini belum memberikan jawaban atas tantangan dan ajakan netizen yang sebagian besar adalah fansnya. Namun, pada pernyataannya beberapa waktu lalu, pemilik album ‘Bekas Pacar’ ini mengatakan dirinya masih fokus ke akting.
“Masih konsen main film, belum ada rencana untuk ikut, entah nanti mungkin bisa berubah pikiran,” ujarnya.
Mengaku tidak tahu cara berlenggang-lenggok di atas catwalk, Mikha merasa lebih enjoy berakting. (*/Ind)
JAKARTA – Lama sekali perfilman nasional tak mempergunjingkan adegan ranjang. Mendadak ramai diperbincangkan, aktris cantik Raline Shah melakukannya dengan lawan main aktor Indonesia dalam film aksi laga yang diproduksi Malaysia.
Film itu berjudul ‘Police Evo’ kolaborasi Screenplay Films, Astro Shaw, SCM, dan Blackflag. Dalam film ini Raline Shah mencoba peran sebagai seorang Polisi Wanita (Polwan) yang pemberani dan piawai menembak.
Namun hal yang menarik dalam perannya di film ‘Police Evo’ ini, yaitu aktris 34 tahun ternyata dituntut untuk melakoni adegan ranjang bersama lawan mainnya, Tanta Ginting. Hal itu dibeberkan langsung oleh Raline Shah, tetapi ia tidak mau membocorkan banyak informasi tentang adegan ranjangnya tersebut di film ini.
“Saya belum pernah punya adegan ranjang sama pemain di film-film sebelumnya dan ini adegan ranjang pertama saya dan sama Tanta Ginting,” ungkap Raline Shah .
Di sisi lain, Tanta Ginting pun menceritakan adegan ranjangnya bersama Raline Shah di film ‘Police Evo’ ini. “Adegan ranjangnya nggak yang bagaimana begitu sih bukan, filmnya nggak ke situ ‘kan. Nanti lihat sendiri, lumayan membanggakan di bagian saya. Jadi, kalau ditanya ‘pernah adegan ranjang enggak? Pernah dong. Sama siapa? Raline’,” ujar Tanta Ginting sambil tertawa.
Film laga ‘Police Evo’ dibintangi oleh aktor-aktor Indonesia dan Malaysia. Selain Raline Shah, Tanta Ginting, juga Mike Lucock, Shaheizy, Zizan Razak, dan Husnul Rahmat. Film ini akan tayang di seluruh bioskop Tanah Air pada 18 April 2019 mendatang.(*/Ind)
JAKARTA – Aktris film dan pesinetron Asha Shara (31) begitu mahir berlogat Betawi di serial populer Dunia Terbalik.
“Aku terbawa logat lawan main aku, Zacky (Zacky Zimah) jadinya kepancing, mudah, ngga susah sih,” kata pemeran mpok Wiyah dalam serial tersebut.
Wanita berdarah Aceh- Arab, ini mengaku sangat enjoi melakoni perannya itu hampir setiap hari.
“Rasanya kayak orang bercanda aja, ribut ama Rojak, dialognya pun terasa lepas,” imbuh pemain film Suami Untuk Emak, Terowongan Casablanka, Rumah Pondok Indah dan Hantu Jeruk Purut ini.
“Kalo di film aku kebagian genre yang serem-serem terus. Padahal aku sukanya yang komedi gitu,” beber Asha yang mengawali karirnya sebagai pelakon lewat FTV Mawar Merah Dan Mawar Putih garapan Jajang C.Noer.
Sudah main di puluhan judul sinetron, Asha banyak mendapat peran antagonis, ibu dari 2 anak buah pernikahannya dengan pengusaha berdarah Arab, Syafiq Assa’dy ini bertekad untuk terus eksis berakting.
“Suami ngizinin sih, anak-anak juga ngga rewel kok,” tandas Asha yang kini mantab berhijab. Ke depan dia pun berharap bisa keluar dari karakter antagonis. “Ingin komedi atau protogonis,” harapnya.(*/Indr)
JAKARTA – Setelah cukup lama vakum, Annisa Rawles (20) balik lagi ke layar lebar. Kakak kandung aktris belia Amanda Rawles ini memang belakangan lebih banyak menghabiskan waktunya di Australia, pasca membintangi film “Single” tahun 2015 lalu dan “Marmut Merah Jambu Series” di televisi ini.
Kini, ia kembali ke Tanah Air untuk mempromosikan film terbarunya “Single” part 2. Sutradara muda sekaligus pelakon, Raditya Dika, kembali mengajak Annisa membintangi film produksi Soraya Film tersebut.
“Sempat kaget juga ketika dihubungi kak Radit tahun lalu, nggak nyangka bisa syuting lagi, hampir empat tahun nggak syuting film,” ujar artis kelahiran Sydney, 4 Agustus 1998 ini.
Sebetulnya, Annisa sangat berbakat di jagat akting. Buktinya, saat membintangi film Single yang juga sebagai debutnya, dia langsung diganjar dua nominasi penghargaan film.
Kembali lagi ke industri hiburan, Annisa tak merasa harus bersaing dengan sang adik. “Amanda udah banyak film dan sinetronnya ya. Dia produktif syuting. Aku senang dan bangga punya adik kayak dia. Sedang aku baru dua film dan satu serial. Mudah-mudahan nanti ada film yang bisa mempertemukan kami dalam satu frame,” harap Annisa.(*/Ind)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro