Apa itu new normal? Berawal dari seruan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir yang meminta seluruh perusahaan pelat merah melakukan sejumlah aksi mengantisipasi dampak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) demi kelanjutan aktivitas perusahaan, menyusul terbitnya Surat Edaran Nomor: S-336/MBU/05/2020 Menanggapi surat edaran tersebut sejumlah BUMN dari berbagai sektor telah menyiapkan sejumlah skenario new normal dengan versi masing-masing, berdasarkan kapasitas dan aktivitas perusahaan.
Lebih jauh, sebagaimana dijelaskan Deputi Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi pada Kementerian BUMN, Alex Denni, skenario new normal dirumuskan dengan mengidentifikasi sejumlah variabel yang paling tidak pasti dan paling berpengaruh. Lalu, dari variabel tersebut muncul dua aspek, yaitu kepastian penemuan vaksin dan perilaku masyarakat terkait pandemi Covid-19.
Berdasarkan dua aspek tersebut maka dirumuskanlah empat skenario. Skenario pertama, death zone diterjemahkan virus menyebar dengan cepat di mana vaksin belum ditemukan, dan sistem perawatan medis tidak sanggup menanggulangi pasien yang melebihi kapasitas. Sedang perilaku masyarakat sangat abai terhadap protokol keselamatan dan kesehatan.
Skenario kedua adalah new normal . Diterjemahkan bahwa kondisi virus masih ada dan vaksin belum ditemukan. Adapun perilaku masyarakat terhadap protokol keselamatan dan kesehatan membuat penyebaran Covid-19 melambat, sehingga sistem perawatan rumah sakit bisa menangani jumlah pasien dengan baik.
Dengan demikian, jumlah yang meninggal sedikit dan bisnis akan mencari cara baru, produk baru, solusi baru yang dibutuhkan masyarakat dalam menjalani kehidupan dalam dunia dengan peradaban dan budaya baru. Adapun pengertian new normal bukan berarti kembali seperti kondisi normal sebelumnya.
Skenario ketiga, disebut donkeyman , yakni kondisi vaksin ditemukan dan perawatan medis bisa menanggulangi atau mengobati pasien Covid-19. Akan tetapi, perilaku masyarakat kembali tak peduli terhadap aspek keselamatan dan kesehatan. Dampaknya, rumah sakit tetap ramai, meski fatalitas akibat Covid-19 tidak tinggi.
Skenario keempat, menyangkut longer life hope, vaksin ditemukan dan sistem perawatan medis bisa menanggulangi atau mengobati pasien Covid-19. Kerja secara virtual dan remote sudah menjadi kebiasaan masyarakat di mana transformasi digital terjadi secara masif dan produktivitas meningkat secara signifikan.
Lalu, bagaimana respons manajemen perusahaan pelat merah menuju new normal ? Sejumlah BUMN sedang mempersiapkan skenario, PT ASDP Indonesia Ferry sedang membentuk task force untuk merumuskan skenario new normal dengan tetap memperhatikan berbagai unsur dalam perusahaan. Tak terkecuali terhadap stakeholders perusahaan pengelola pelabuhan dan angkutan penyeberangan antarpulau itu.
Begitupla dengan maskapai PT Garuda Indonesia Tbk, sedang merumuskan skema new normal yang disesuaikan dengan bidang bisnis (jasa penerbangan). BUMN sektor industri tak mau kalah, adalah PT INKA telah merumuskan skenario new normal dengan membagi karyawan menjadi dua grup. Jam kerja karyawan INKA akan dibagi menjadi dua shift baik di perkantoran maupun di pabrik.
Rupanya, skenario new normal yang akan dilaksanakan di lingkungan BUMN diapresiasi oleh anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam. Dalam keterangannya yang dimuat sejumlah media massa, Mufti meyakini skenario new normal dapat memberi tiga dampak positif. Pertama , gaya hidup sehat akan semakin meningkat di lingkungan BUMN yang melibatkan jutaan orang, dari karyawan hingga ekosistemnya. Kedua , produktivitas ekonomi lokal dan nasional bisa bertahap ditingkatkan.
Skenario new normal BUMN memungkinkan semua rencana bisnis kembali digerakkan lebih cepat. Ketiga , dapat menaikkan produktivitas ekonomi secara langsung yang berdampak ke masyarakat.
Tentu timbul pertanyaan mengapa mesti BUMN yang menjadi acuan yang menggerakkan masyarakat untuk menuju new normal ? Memang, perusahaan pelat merah diharapkan menjadi influencer dan role model untuk mengajak masyarakat menuju new normal , karena BUMN menjadi lokomotif lebih dari 1/3 perekonomian nasional.
Pihak Kementerian BUMN berharap lokomotif tersebut dapat bergerak cepat ke new normal sehingga diikuti pergerakan new normal dengan alamiah di tengah masyarakat. Pascapandemi virus mematikan ini dipastikan gaya hidup dan aktivitas keseharian masyarakat berubah sehingga memang perlu antisiapsi sebaik mungkin untuk menghindari kegagapan yang mendadak.
Sekali lagi, pengertian new normal bukan dalam konteks kembali normal sebagaimana sebelum terjadinya pandemi Covid-19.*****
JAKARTA – Belakangan aktris Naysila Mirdad menjadi perbincangan hangat. Apalagi ia dikabarkan segera mualaf menyusul rencana pernikahannya dengan Roestiandi Tsamanov.
Terbaru, Naysila pun merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H bersama Roestiandi. Dalam unggahan di Instagramnya, sang calon suami tampak bahagia merayakan lebaran bersama keluarga besar Naysila.
“Selamat Idul Fitri 1441 H semua. Mohon maaf lahir dan batin ya,” tulis Naysila, dikutip dari Instagram pada Selasa (26/5/2020).
Di foto-foto lainnya pun, Roestiandi tampak tak canggung menikmati waktu bersama dengan keluarga Naysila sehari sebelum hari lebaran. Mereka makan malam bersama di rumah.
Kebersamaan Naysila dengan sang calon suami di momen lebaran itu langsung menuai komentar dari netizen. Tak sedikit yang mendoakan putri Jamal Mirdad dan Lydia Kandou itu segera mualaf.”Semoga Mbak Nay mendapat hidayah dan memeluk islam,” komentar netizen.
Tapi banyak juga yang memuji kekompakan keluarga Naysila. Kendati berbeda keyakinan, mereka tetap toleransi dengan berkumpul di hari lebaran.
“Senang banget lihat kebersamaan keluarga kumpul bareng seperti ini. Semoga tetap selalu seperti ini ya kakak @naymirdad. Awet selamanya, amin,” komentar netizen.(*/Ind)
JAKARTA – Model Vitalia Sesha kini sedang mendekam di Rutan Pondok Bambu, Jakarta akibat tersandung kasus narkoba. Menjalani kehidupan sebagai tahanan rupanya membuat dirinya depresi.
“Coba hubungin dia (Vitalia) lewat petugas. Cuma nanya gimana kabar kayak gitu. Depresi dan turun berat badan,” kata Olive, sang manajer saat dihubungi pada 24 Mei 2020.
Meski depresi, Vitalia tampaknya tetap berusaha merawat penampilannya selama berada di balik jeruji besi. Ia sempat meminta sang manajer mengiriminya produk kecantikan dan makanan.
Lebih lanjut, Olive mengatakan bahwa kondisi Vitalia sehat. Sayangnya, ia tak diperbolehkan menjenguk sang artis di hari Lebaran sehubungan dengan aturan pihak rutan.
Vitalia Sesha diketahui ditangkap oleh polisi bersama kekasihnya di apartemen di kawasan Pademangan, Jakarta pada 24 Februari 2020. Dari hasil penangkapan keduanya, polisi mengamankan sabu seberat 0,63 gram lengkap dengan alat hisapnya dan 4 butir pil happy five.(*/Ind)
JAKARTA – Penyanyi Rossa merayakan Idul Fitri dengan menahan rindu untuk kedua orangtuanya yang berdomisili di Sumedang, Jawa Barat.
Lewat Instagram, dia mengatakan, sengaja tidak mudik di tengah pandemi Corona.
“Kami berdua mengucapkan selamat Idul Fitri untuk semuanya. Yang tidak mudik, berarti berkorban demi kesehatan dan keselamatan keluarga. Enggak apa-apa ya, kita menahan rasa rindu dan sedih,” ujarnya dalam unggahan tersebut, pada Minggu (24/5/2020).
Rossa meyakini bahwa kondisi saat ini akan membawa kebaikan ke depannya. “Semoga, semua sehat ya teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin. Sungguh, aku rindu sama mama, papa, keluarga, dan Sumedangku tercinta,” katanya.
Unggahan pelantun Terlalu Cinta itu kemudian dikomentari para penggemar yang sebagian harus mengalami nasib serupa. “Sama teh @itsrossa910, aku juga enggak bisa mudik ke Jakarta karena aku dan suami sedang di Kuala Lumpur,” ungkap akun @echa_ktchn.
Tak hanya tidak bisa kembali ke Tanah Air karena Malaysia lockdown, warganet itu juga harus jauh dari kedua anaknya. “Anak yang satu tugas di Semarang dan satunya lagi di Manokwari. Hari Raya tahun ini berpencar-pencar. Semoga COVID-19 cepat berlalu ya Teh,” kata warganet tersebut.(*/Ind)
Pelonggaran kebijakan penanganan Covid-19 seperti rencana pembukaan mal, pasar, pertokoan, hingga sekolah dalam waktu dekat membuat banyak masyarakat kaget, penuh harap, sekaligus waswas. Dalam perspektif ekonomi, kebijakan itu bisa dipahami karena didasari asumsi untuk menggerakkan keuangan.
Ketika aktivitas ekonomi bergerak lagi, ancaman pengangguran dan kemiskinan yang berpotensi menjadi masalah besar bangsa ini harapannya bisa dihindari.
Namun, asumsi ini tak cukup menjawab kekhawatiran publik. Di tengah penanganan Covid-19 yang belum tuntas, kebijakan ini memang cenderung kontraproduktif. Kita lihat, hingga kemarin, penambahan kasus positif baru terus terjadi. Tak hanya di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tren kenaikan juga tampak di berbagai daerah.
Demikian di level global, kurva peningkatan kasus juga masih menanjak hingga menembus 4,8 juta orang.
Dengan fakta ini, sejatinya, Covid-19 di Indonesia belum tuntas. Data yang muncul di publik pun hakikatnya belum mampu memotret situasi yang terjadi sesungguhnya. Apakah rapid test selama ini sudah menjangkau seluruh penduduk Indonesia? Jangankan seluruh penduduk yang jumlahnya hampir 270 juta jiwa, 10% dari total itu pun belum terjangkau.
Ini artinya apa? Semua pihak masih meraba-raba. Kapan puncak pandemi ini bakal terjadi pun, semua juga masih berbasis prediksi. Jawa Timur, misalnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 setempat memperkirakan puncak pandemi terjadi Juni nanti.
Kisaran jumlah kasus yang diperkirakan mencapai 4.000.
Keyakinan itu muncul karena saat ini kasus sudah mencapai sekitar 2.000-an. Demikian hitung-hitungan Gugus Tugas dengan segala asumsi yang ada. Namun, sejauh mana tes cepat ini sudah dilakukan, juga masih menyisakan pertanyaan. Belum lagi melihat rencana pemerintah menciptakan kehidupan dengan new normal style dalam waktu dekat, tampaknya prediksi itu perlu direvisi.
Ikhtiar new normal l ewat kebijakan pelonggaran seperti membuka aktivitas lagi fasilitas umum, sekali lagi, adalah menjadi strategi demi memberi nyawa kembali kehidupan yang sempat mati suri. Dalam konteks ideal, semestinya pelonggaran hanya bisa dilakukan jika antivirus sudah ditemukan dan berhasil menyembuhkan.
Atau, setidaknya, kasus ini benar-benar teratasi dengan penurunan jumlah korban meninggal secara signifikan.
Kini, pelonggaran sebagian telah berjalan seperti di sektor transportasi. Jika pelonggaran lebih besar benar akan dimulai 1 Juni nanti, yang perlu ditekankan adalah pentingnya saling menjaga diri dan lingkungan terdekat. Pesan ini penting karena tanpa kesadaran pribadi lebih dini, potensi ledakan kasus bisa saja terjadi.
Pemerintah memang memiliki asumsi bahwa penduduk di bawah usia 45 tahun lebih kuat sehingga dianjurkan bekerja normal. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa golongan ini tak bisa terpapar ganasnya Covid-19? Siapa pula bisa menjamin, golongan ini bisa aware terhadap lingkungan terdekatnya seperti kala sampai rumah atau bertemu dengan kerabatnya.
Siapa pula yang bisa menjamin bahwa saat pasar dan mal dibuka, ada standar dan prosedur tegas yang berpatokan pada protokol kesehatan Covid-19. Lebih-lebih ketika pada 15 Juni nanti saat sekolah beroperasi kembali, siapa yang bisa menjamin anak-anak kita bisa tidak akan tertular virus ini.
Apakah mereka dengan segala ‘naluri kebebasannya’ sudah memiliki kesadaran tinggi menjaga kesehatan? Apakah keyakinan bahwa herd immunity akan terbentuk dalam situasi ini benar-benar sudah terukur? Semuanya masih keyakinan semu yang belum teruji empirik.
Dengan fakta ini, sejatinya, ketika new normal diberlakukan, virus-virus korona sangat mungkin makin dekat dengan kita. Di tengah kondisi ini, tidak ada strategi jitu yang lebih baik kecuali menguatkan imunitas diri secara berkelanjutan. Masing-masing dari diri kita jangan jemawa, tapi harus memiliki kesadaran tinggi bahwa virus ini belum berhenti dan masih menjadi ancaman bersama.*****
JAKARTA – Sarah Salsabila menyampaikan permintaan maafnya melalui akun instagram @sarahkeihl. Ia mengaku menyesal telah mengunggah tentang lelang keperawanan dimulai dari Rp2 miliar dan hasilnya akan disumbangkan seutuhnya untuk mereka yang kesulitan karena pandemi Covid-19.
Sarah mengaku banyak ujaran kebencian yang dituduhkan padanya setelah unggahan tersebut viral. Ia juga membantah unggahan tersebut untuk sekedar panjat sosial dan telah mengambil pelajaran berharga karenanya.
“Saat ini aku sdh mendapatkan kecaman dr berbagai pihak, ini jd pelajaran untuk aku agar lebih berhati2 memilih kalimat, tdk ada niat pansos bisa di unfollow aja akunku. Terima kasih,” tulis Sarah dalam akun instagramnya.
Sarah Salsabila mengaku siap dengan sanksi sosial yang diterima. Namun ia seolah tidak siap dengan perasannya setelah menerima sanksi tersebut. Hal itu karena Sarah dibuat tidak bisa tidur setelah unggahannya viral.
“Sekali lagi saya mohon maaf yg sebesar besarnya, saya menerima konsekuensi sanksi sosial yg kalian berikan, tetapi saya juga manusia saya kaget menerima hate speech yg dilontarkan ke saya, saya mlm ini ga bs tidur,” ujarnya.
Sarah Salsabila mengaku lelang keperawanannya itu hanya sekedar sarkas atau bercanda. Hanya saja, unggahan tersebut mengundang kontroversi dan mengejutkan banyak pihak, bukan hanya warganet, tapi juga keluarga Sarah.
“Dan keluarga saya pun kaget dgn sarkasme yg saya buat dan respon orang2 yg bully saya dan keluarga saya,” ujarnya.
Sarah bukan hanya mengunggah sarkas atau candannya itu melalui feed instagram. Ia pun menuliskan hal serupa dalam insta sories-nya yang kini sudah tidak bisa dilihat. Stories tersebut mengisyaratkan Sarah Salsabila sangat serius akan hal ini. Ia menuliskan sudah memikrikan hal ini dengan matang sebelum mengunggahnya ke media sosial.
“Please cara org donasi sendiri sendiri. bnyk bgt yg gabisa makan pemerintah jg harus melek,virginity itu aset gue yg berharga,rasany lebih iklas jg dipake buat bantu org. maaf gue gemeter tp udah mikir,” tulis Sarah Salsabila.(*/Ind)
Setiap 20 Mei, kita biasanya menyelenggarakan upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Namun, akibat Coronavirus disease (Covid-19), upacara peringatan tersebut sementara kita tiadakan untuk menghindari penyebaran pandemi. Meskipun demikian, semangat kebangkitan nasional tetap harus kita jaga untuk merawat persatuan bangsa.
Sebab, semangat persatuan dan kebersamaan itulah yang menjadi kunci kebangkitan kita untuk terbebas dari korona.
Ditelisik dari aspek kesejarahannya, tanggal 20 Mei sebenarnya merupakan tonggak berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pertama kali dilaksanakan di masa awal kemerdekaan tahun 1948 saat bangsa Indonesia tengah menghadapi krisis politik, ancaman keamanan akibat agresi militer Inggris dan Belanda, serta potensi perpecahan akibat perbedaan tafsir konsep dasar negara.
Karena itu, Presiden Soekarno dan Ki Hajar Dewantara kembali mengingatkan tentang keberadaan Boedi Oetomo yang merepresentasikan organisasi moderat, nasionalis, dan jalan tengah, yang menjadi simbol pemersatu serta kebangkitan pergerakan nasional. Boedi Oetomo juga diposisikan sebagai titik temu atas semua perbedaan ideologi, identitas, dan cara pandang kebangsaan yang berkembang di masa awal kelahiran Indonesia.
Saat ini Bangsa Indonesia juga sedang menghadapi tantangan besar berupa ancaman pandemi yang mulai berdampak serius pada sendi-sendi sosial-ekonomi negara dan rakyat Indonesia. Gelombang pengangguran makin besar, angka kemiskinan terus meningkat dan tentu beban negara untuk menanggung tekanan ekonomi semakin berat.
Kondisi ini diperburuk oleh tidak sehatnya tata kelola BPJS Kesehatan yang berdampak pada kenaikan iuran premi masyarakat di tengah pandemi sehingga menambah beban rakyat yang saat ini sangat membutuhkan layanan kesehatan.
Menghadapi situasi tersebut, kebersamaan seluruh elemen bangsa menjadi kunci bagi kita untuk keluar dari krisis ini. Kita semua tahu, negara memiliki keterbatasan sumber daya untuk menangani krisis pandemi ini. Kita juga tahu betul, jika krisis kesehatan ini semakin berkepanjangan, negara tidak memiliki kapasitas memadai untuk menanggung beban ekonomi dalam jangka panjang.
Karena itu, berbagai inisiatif warga dan kelompok di luar kekuatan negara (non-state actors ) melalui gerakan filantropi, kegiatan peduli dan berbagi, menjadi hal patut diapresiasi.
Hal itu tidak hanya dilakukan oleh para tokoh berkapasitas finansial besar, tetapi juga oleh setiap warga negara yang merasa terpanggil nuraninya untuk ikut turun tangan meringankan beban sesama. Bahkan, salah seorang sahabat saya asal Papua tetap berjuang mencurahkan berbagai sumber daya dan perhatiannya kepada masyarakat Papua yang terdampak pandemi, meskipun dirinya sendiri tengah dirundung duka akibat wafatnya anak tercinta.
Tindakan tersebut merupakan inspirasi nyata yang bisa membangkitkan semangat kebersamaan kita untuk saling membantu, meringankan beban sesama, hingga negara mampu menuntun kita semua keluar dari ancaman kesehatan dan tekanan sosial-ekonomi ini.
Inspirasi Kebangkitan dari Masyarakat Global
Krisis pandemi ini memberikan pelajaran penting bahwa sumber daya yang besar tidak menjamin sebuah negara mampu secara efektif menangani wabah ini. Berkaca dari konteks global, negara-negara demokrasi Barat kini tidak melihat Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump sebagai model yang baik dalam penanganan wabah Covid-19 ini. Setelah hampir delapan dekade menunjukkan kepemimpinan globalnya dalam berbagai bidang sejak Perang Dunia II, kini Amerika Serikat justru menjadi episenter pandemi di dunia. Dari sisi tingkat pengetesan virus di masyarakat, Amerika Serikat juga dianggap tertinggal dari negara-negara maju lainnya, seperti Jerman, Kanada, Swiss, dan Spanyol.
Melihat negara-negara yang dianggap berhasil bangkit dari ancaman Covid-19 ini, ternyata ada faktor penting berupa kepemimpinan politik efektif di tengah krisis. Jerman di bawah kepemimpinan Kanselir Angela Merkel kini banyak mendapatkan apresiasi dunia dalam merespon pandemi ini. Dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, Jerman berhasil menekan tingkat kematian di angka 8 orang per 100 ribu penduduk. Angka ini jauh lebih kecil daripada Perancis dan Inggris yang masing-masing mencapai 37 dan 42 orang. Bahkan sejak 20 April, pemerintah Jerman sudah mulai melonggarkan kebijakan penutupan wilayah (lockdown ) secara bertahap, dengan memperbolehkan toko-toko kecil usaha non-esensial mulai buka lagi dengan tetap menerapkan prosedur kehatian-hatian.
Keberhasilan Jerman ini tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan Kanselir Merkel yang sejak awal bersikap jujur, empati, dan terbuka terhadap publik mengenai berbagai informasi dan risiko pandemi. Sikap ini penting untuk memupuk dan membangkitkan kepercayaan publik. Keterbukaan ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai kebijakan responsif dan antisipatif yang dipandu bersama pendekatan sains. Kanselir Merkel adalah orang yang mau mendengar berbagai masukan dan rekomendasi dari para panel ahli dalam berbagai pengambilan keputusan penting. Bukan itu saja, dia juga melakukan pendekatan kepada gubernur 16 negara bagian untuk membangun kesatuan dan keselarasan langkah kebijakan penanganan pandemi.
Kanselir Merkel kalau boleh saya sebut telah menunjukkan kepemimpinan krisis, bukan sebaliknya krisis kepemimpinan. Nancy Koehn, profesor dari Harvard Business School, menyatakan pemimpin sejati itu ditempa dalam masa krisis. Menurutnya, seorang pemimpin menjadi real atau “nyata” ketika dia mempraktikkan berbagai tindakan penting yang menginspirasi serta mengawal rakyatnya dengan baik pada masa-masa sulit. Mereka bukan saja mampu memberikan arahan dan menujukkan tujuan yang jelas bagi rakyatnya, tapi juga mampu belajar cepat untuk melakukan penyesuaian, improvisasi tindakan, dan menciptakan beragam alternatif kebijakan seiring dengan cepatnya perubahan situasi serta munculnya tantangan baru di tengah masyarakat.
Tentu kita berharap dan optimistis bahwa semua pemimpin di berbagai tingkatan di negeri ini mampu menunjukkan kepemimpinan politik efektif untuk keluar dari krisis ini. Dengan semangat Boedi Oetomo yang moderat, nasionalis, dan jalan tengah, ditambah sumber daya yang kita miliki, semangat kegotongroyongan seluruh komponen bangsa dan kepemimpinan krisis yang andal, saya yakin Indonesia mampu bangkit serta keluar dari krisis pandemi Covid-19 ini. Selamat Hari Kebangkitan Nasional! *****
JAKARTA – Banyak wanita yang merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimilikinya. Alhasil sebagian wanita yang tidak puas, akan merasa minder dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
Peduli dengan hal tersebut, artis cantik Sophia Latjuba memberikan pesan bagi para netizen yang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ia memberikan pesan positif supaya para wanita bisa lebih mencintai dirinya sendiri.
Ia pun memosting foto dengan memberikan pesan khusus dari seorang Penyair sekaligus Penulis asal Inggris, Nikita Gill melakui akun media sosial Instagram-nya @sophia_latjuba88.
“Beri tahu putri Anda betapa Anda mencintai tubuh Anda. Beri tahu mereka bagaimana mereka harus mencintai milik mereka. Katakan pada mereka untuk bangga pada diri mereka sendiri dari garis-garis harimau mereka menuju paha lembut mereka.
Apakah jumlahnya sedikit dari atau banyak, Apakah bintik-bintik menutupi wajah mereka atau tidak, Apakah lekuknya banyak atau ramping, Apakah rambut mereka tebal, keriting, lurus, panjang atau pendek.
Beri tahu mereka cara mereka mewarisinya. Nenek moyang mereka, jiwa-jiwa di senyum mereka, bahwa mata mereka membawa negara mengembuskan kehidupan ke dalam sejarah, ayunan pinggul mereka tidak menentukan nasib mereka.
Katakan kepada mereka untuk tidak mendengarkan ketika tubuh dikritik. Katakan kepada mereka bahwa setiap tubuh wanita itu indah, karena jiwa setiap wanita adalah unik. Nikita Gill.”
Sejak diunggah beberapa jam yang lalu, postingan tersebut telah dilihat lebih dari 16 ribu kali. Banyak netizen yang kagum dengan postingan yang diunggah Sophia.(*/Ind)
Tunjangan hari raya (THR) adalah sebuah penantian yang sangat berarti bagi pekerja di masa pandemi Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19). Di sisi lain, kondisi sebagian besar perusahaan tertatih-tatih di masa sulit ini.
Memang, dalam situasi serbatidak menentu ini sungguh sangat terbatas pilihan yang ada.
Namun, secercah harapan bagi para pekerja menyusul peringatan pemerintah kepada pengusaha yang diwajibkan membayar THR keagamaan tepat waktu dengan batas maksimal H-7 Lebaran.
Sebelumnya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menerbitkan Surat Edaran (SE) M/6HI.00.01/V/2020 tentang Pelaksanaan Pemberian THR Keagamaan 2020 di Perusahaan dalam Masa Pandemi Covid-19, yang diprotes keras kalangan pekerja. Akankah sesuai kenyataan peringatan pemerintah dan fakta di lapangan nanti?
Lain ceritanya dengan aparatur sipil negara (ASN) pusat dan daerah, prajurit TNI, anggota Polri, dan para pensiunan, pencairan THR sudah ditetapkan serentak pada pekan ini. Pemerintah sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp13,89 triliun. mendatang hanya berlaku bagi pejabat eselon III ke bawah.
Hanya, besaran THR masa pandemi Covid-19 lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, THR kali ini tanpa disertai tunjangan kinerja. Meski sudah dijadwalkan pencairan THR pada pertengahan bulan ini, pemerintah tetap mengantisipasi kemungkinan pemberian THR bisa saja terjadi sesudah Lebaran.
Dalam keterangan pemerintah, THR keagamaan merupakan pendapatan nonupah yang wajib dibayarkan pengusaha kepada pekerja. Karena itu, bagi pengusaha yang melalaikan kewajiban, sebagaimana ditegaskan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, terancam dikenakan denda dan sanksi keras.
Dalam peringatan tertulis yang dikeluarkan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dibeberkan bahwa pengusaha yang telat mencairkan THR terancam dikenakan denda sebesar 5%. Dan, denda tersebut tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar THR. Bagaimana dengan pengusaha yang tidak membayar THR? Pemerintah telah memutuskan untuk pengusaha yang tidak membayar THR akan dikenakan sanksi administratif hingga penghentian izin usaha.
Ancaman denda dan sanksi bagi pengusaha yang melalaikan kewajiban membayar THR sangat disayangkan. Bahkan peringatan pemerintah agar pengusaha tepat waktu membayar THR, seperti disampaikan Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, hanya bisa dilaksanakan oleh pengusaha yang mampu.
Sarman tidak menampik bahwa dalam masa pandemi Covid-19 ini masih ada perusahaan dari berbagai sektor yang mampu membayar THR tepat waktu. Namun, pengusaha yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya jauh lebih banyak. Jadi, kalangan pengusaha menilai tidak bijak bila persoalan pembayaran THR ini dibumbui dengan ancaman denda dan sanksi.
Masalahnya, dalam surat edaran yang diterbitkan pemerintah tidak setegas peringatan yang dikeluarkan belakangan. Dalam surat edaran tersebut memuat ketentuan kelonggaran pembayaran THR dalam bentuk penundaan atau pencicilan bagi pengusaha yang tak mampu membayar kepada pekerja sesuai regulasi yang berlaku.
Pemerintah mensyaratkan pengusaha yang bisa mendapatkan pelonggaran pembayaran THR apabila sudah memperoleh kesepakatan lewat dialog dengan para pekerja yang dilakukan secara kekeluargaan. Dilandasi dengan laporan keuangan internal perusahaan yang transparan dan iktikad baik untuk mencapai kesepakatan.
Dialog pengusaha dan pekerja diharapkan menyepakati di antaranya perusahaan yang tidak mampu membayar THR secara penuh pada waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan, maka pembayaran THR dapat dilakukan secara bertahap. Dan, perusahaan yang tidak mampu membayar THR sama sekali pada waktu yang ditentukan sesuai ketentuan perundang-undangan, maka pembayaran THR dapat dilakukan penundaan sampai jangka waktu tertentu yang disepakati.
Ternyata, surat edaran yang dikeluarkan Kemenaker disambut dingin oleh kalangan pekerja. Mereka khawatir kebijakan yang mengatur pembayaran THR itu dapat disalahgunakan oleh pengusaha yang nakal. Memang bila merujuk pada Permenaker Nomor 6 Tahun 2006, regulasi tersebut tidak mengatur bahwa THR dapat dicicil dan bila perusahaan melanggar dapat dikenakan sanksi. Namun, masalahnya kondisi sekarang jauh dari normal sehingga memang harus ada kesepakatan yang saling mengerti kedua pihak.
Pihak pekerja hendaknya juga bijak menyikapi keadaan. Sebaliknya, kalangan pengusaha pun tetap punya iktikad baik membayar PHK meski dengan cara dicicil atau sesuai kesepakatan dengan pekerja. Masalahnya, bagaimana kalau pemberi dan penerima THR tidak mencapai kesepakatan sebagaimana harapan yang dituangkan dalam surat edaran Kemenaker? Sebuah pekerjaan rumah baru menanti.*****
JAKARTA – Pandemi Covid-19 membuat Tata Janeeta tidak bisa mudik Lebaran. Dia memilih merayakan Lebaran di rumah bersama anak-anak sembari melakukan video conference dengan sanak saudara.
“Tahun ini di rumah sama anak-anak. Kita Lebaran pakai Zoom,” tuturnya di kawasan Tendean, Jakarta, Senin (18/5/2020).
Lebaran tahun ini jelas memberikan pengalaman berbeda bagi Tata Janeeta. Pada tahun-tahun sebelumnya, perayaan Lebaran selalu dilakukan Tata di kediaman orangtuanya.
“Biasanya ngumpul di Bandung di rumah mama,” kata dia.
Meski tidak punya tradisi khusus, perayaan Lebaran bersama keluarga tentu akan jadi momen yang Tata rindukan. Apalagi saat seluruh anggota keluarga berkumpul untuk saling bermaaf-maafan.
“Ya sama dengan orang-orang pada umumnya. Datang berkumpul dengan keluarga, sungkeman, datangin orang yang lebih tua dulu, keliling-keliling ke rumah keluarga, gitu saja. Cuma sekarang enggak bisa karena lagi ini (pandemi Covid-19),” terangnya.(*/Ind)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro