JAKARTA – Dita Soedarjo menyambut hangat pembukaan sejumlah pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta pada hari ini, Senin (15/6/2020). Gerai es krim yang dikelola Dita pun juga mulai beroperasi di masa new normal ini.
“Iya Haagen Dasz sudah mulai buka. Aku siap dengan new normal,” kata Dita.
Untuk membuka kembali gerai es krim miliknya yang tersebar di sejumlah mal, Dita mempersiapkan segalanya dengan matang. Ia memastikan semua karyawannya terbebas dari virus corona dengan melakukan rapid test.
“Saya, tim kafe, supir kantor yang antar es krim dan lain-lain sudah tes. Semua negatif corona,” ungkap Dita.
Selain itu, tingkat kebersihan juga sangat diperhatikan hingga membutuhkan persiapan sekitar 10 hari di tiap gerainya. Mulai dari penyemprotan disinfektan hingga menyediakan peralatan makan baru, dilakukan tim Dita.
Dita juga memastikan pelayanan di gerainya menjalankan protokol COVID-19. Misalnya saja karyawan harus menggunakan masker dan aturan jaga jarak.
Kini, Dita berharap agar bisnisnya yang kembali beroperasi ini bisa berjalan lancar di tengah adanya new normal ini. “Doain ya, butuh doa banyak. Semoga customernya yang dateng juga sehat,” tutupnya.(*/Ind)
JAKARTA – Aktris Prilly Latuconsina mengaku, tak keberatan apabila harus kembali berpacaran dengan seorang aktor. “Ya enggak masalah kalau dapatnya artis lagi,” katanya seperti dikutip dari channel YouTube Boy William, Minggu (14/6/2020).
Namun kalaupun dia harus kembali berpacaran dengan seorang aktor, ada syarat yang harus dipenuhi pria itu: tak boleh mengambil adegan panas dalam sebuah proyek akting.
“Mau adegan panas ataupun ciuman, enggak! Karena aku cemburuan. Jadi kalaupun dapat pacar aktor lagi ya harus yang begitu,” katanya menambahkan.
Sayang, sejak putus dari Maxime Bouttier pada awal Oktober 2019, Prilly mengaku, belum memiliki gandengan baru. Kepada Boy William dia mengaku, sejauh ini tak pernah menerima ajakan pertemanan dari artis cowok.
“Enggak ada. Sejauh ini tak pernah ada artis cowok yang ngajak kenalan. Kalaupun ada yang mengirimkan DM lewat Instagram, biasanya untuk mengajak collabs,” ujarnya sembari tertawa.(*/Ind)
JAKARTA – Gita Sinaga mulai menjalani aktivitas di saat DKI Jakarta memasuki PSBB masa transisi. Kini, Gita Sinaga bersikap mawas diri agar terhindar dari virus corona.
Perlengkapan kesehatan pun selalu Gita bawa. Mulai dari alkohol hingga masker.
“Sekarang jadi banyak yang aku bawa. Bukan cuma alat make up atau apa, aku bawa alkohol, sabun, cuci muka, masker. Semua lengkap banget,” jelas Gita Sinaga saat ditemui di kawasan Kapten Tendean, Jakarta Pusat.
Selain membawa perlengkapan kesehatan, Gita Sinaga juga lebih selektif membeli makanan. Ia harus bersabar menahan keinginannya agar aman terhindar dari virus corona.
“Beradaptasinya memang agak sulit karena kita mau pesen makanan minuman aja takut. Sedangkan kita butuh makanan yang kita suka. Sekarang sabar aja sih,” tutup Gita Sinaga.(*/Ind)
JAKARTA – Tren hijab memang selalu cepat berganti, mulai dari model hingga warna. Nah, sebenarnya warna apa sih yang cocok digunakan hijabers supaya tampil menarik, energik dan cantik?
Warna-warna pastel dari dulu hingga kini masih menjadi favorit. Selain itu, warna ini menunjukan pribadi yang ceria. Mulanya dikenal sejak abad ke-18. Kala itu, pastel sangat populer di kalangan para pelukis.
Contoh beberapa warna pastel seperti peach, soft pink, baby blue, grey, lavender higga mocca. Ternyata artis-artis ini juga hobi menggunakan warna pastel, loh sebagai coraknya. Siapa saja?
1. Laudya Cynthia Bella
Mojang asal Bandung, Jawa Barat ini dikenal gaya berhijabnya yang kekinian. Bella (panggilannya), selalu tampil dengan warna-warna pastel. Selain populer dengan bisnis kulinernya, ia juga mengeluarkan beberapa hijab rancangannya yang cukup menarik.
Mulai dari model hingga corak warnanya. Keseharian Bella pun tidak lepas dari penampilannya yang jadi inspirasi.
2. Alyssa Soebandono
Istri dari Dude Harlino ini mantap berhijrah dan berhijab ketika akan menikah.
Icha sapaanya, memang kerap tampil dengan busana Muslim yang anggun, serta warna-warna pastel yang membuatnya terlihat awet muda.
3. Cut Meyriska
Cut Meyriska juga jadi salah satu artis berhijab yang sering menggunakan warna-warna pastel.
Misalnya gaya hijab yang dikenakannya ini, ia memakai gamis warna baby purple, dan jilbab segi empat dengan corak ala Turki.
4. Zaskia Adya Mecca
Artis hijabers satu ini dikenal dengan gaya pakaiannya yang nyentrik. Mulai dari sepatu kets, switter big size, hingga jilbab polos segi empatnya. Dia juga sering tampil dengan pakaian warna-warna pastel.(*/Ind)
Beberapa hari lalu saya mendapat kiriman video dari seseorang tentang seorang warga Indonesia ikut orasi dalam sebuah demonstrasi di sebuah kota di Amerika. Ketika itu saya tidak kenal siapa gerangan dan di kota mana acara itu terjadi.
Yang pasti awalnya saya bangga. Selama 23 tahun lebih saya tinggal di Amerika hampir belum pernah menemukan warga yang menonjol dalam acara-acara publik atau kemasyarakatan, apalagi menjadi seorang pembicara. Tentu bagi saya hal seperti ini harus didukung dan membanggakan sebagai sesama diaspora Indonesia di Amerika.
Sejujurnya saya tidak terlalu memperhatikan konten pidatonya. Entah kenapa saya lewatkan begitu saja. Barangkali karena saya terlalu terobsesi untuk melihat putra-putrì bangsa ini tampil di garda depan untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.
Dan saya tidak terlalu membeda-bedakan siapa saja yang punya kapabilitas untuk itu. Tidak peduli ras, etnis, asal daerah, maupun agama apapun yang mereka anut. Saya akan bangga melihat teman-teman Muslim Indonesia maju dan dikenal di Amerika. Saya juga akan bangga melihat teman-teman Kristiani, Hindu atau Budha untuk maju dan memainkan peranannya di Amerika.
Tiba-tiba saja kemarin media sosial saya, baik WhatsApp, Facebook, maupun Twitter dibombardir pertanyaan tentang siapa orang di video itu. Terus terang saya tidak kenal dan tidak juga tahu di kota mana.
Akhirnya sekali lagi saya dengarkan video itu dengan baik dan teliti. Tiba-tiba pendengaran saya seperti tertusuk oleh pidato itu. Isinya begitu menyinggung perasaan. Betapa tidak. Di depan warga Amerika yang marah, ia menyebutkan Indonesia sebagai negara yang prejudice, diskriminatif, dan tidak memberikan kebebasan kepada minoritas.
Sejujurnya pidato orang tersebut secara umum bagus. Karena mendukung saudara-saudara warga minoritas Amerika, khususnya warga hitam dalam perjuangan mencari keadilan dan kesetaraan. Sayangnya di awal pidato itu nama Indonesia ditampilkan dengan wajah buruk.
Isi awal ceramahnya kira-kita berikut: “Saya datang dari Indonesia. Dan saya sangat tahu bagaimana rasanya diperlukan dengan prejudice dan diskriminasi. Saya hadir di Amerika bukan untuk ini (diskriminasi warga minoritas di Amerika). Saya kira saya meninggalkan Indonesia, melarikan diri dari negara yang menjadikan saya tidak bisa bernafas….dan seterusnya”.
Mendengarkan pidato itu seolah meruntuhkan kegembiraan dan rasa bangga saya sebagai sesama diaspora Indonesia di Amerika. Kenapa Indonesia harus digadaikan untuk tujuan yang mungkin baik?
Saya katakan baik karena bertujuan untuk membela mereka yang termarjinalkan. Memberian dukungan perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan. Tapi kenapa harus Indonesia dikorbankan sebagai negara prejudice dan diskriminatif?
Saya pun kembali kecewa. Kecewa bukan karena presentasinya yang disampaikan dengan bahasa Inggris yang jauh dari harapan. Dan itu dia akui. Tapi karena awal pidato yang menjelekkan Indonesia itu.
Saya pun mencari tahu siapa orang tersebut dan di kota mana. Ternyata di pidato itu dia menyebut Portland, sebuah kota di negara bagian barat Amerika.
Tapi siapa gerangan orang tersebut? Baru hari ini saya mendapat informasi bahwa sosok itu adalah seorang pendeta bernama Pendeta Oscar Suriadi. Dia adalah pendeta gereja City Blessing di kota Portland sejak 1998.
Kecewa dan Harapan
Saya sebagai diaspora Indonesia di Amerika, dan tentunya sebagai seorang muslim dan imam, sangat kecewa dengan potongan pidato Pendeta Oscar itu. Kekecewaan saya tentunya bukan pertama kali ini.
Sudah beberapa kali saya menemukan adanya pihak-pihak tertentu yang secara sengaja memburuk-burukkan negaranya sendiri. Kalaupun sudah berpindah warga negara, minimal negara asalnya.
Saya masih ingat beberapa tahun lalu ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat penghargaan dari Conscience Foundation pimpinan Rabbi Arthur Schneier. Ketika itu ada beberapa organisasi yang kebetulan berafiliasi ke warga Indonesia di New York mengirimkan surat ke Rabbi Arthur memburuk-burukkan Indonesia sebagai negara intoleran.
Saya tahu betul siapa mereka dan apa isi suratnya karena Rabbi Arthur Schneier adalah pendeta Yahudi yang cukup dekat dengan saya. Bahkan di acara itu sayalah yang memimpin doa pembuka. Beliaulah yang memberitahu ke saya siapa yang mengirim surat dan apa isi suratnya.
Maka dengan kejadian di Portland ini semakin menjadikan saya gerah dan kecewa. Bahwa ada saja pihak-pihak yang tidak tahu berterima kasih kepada negaranya atau negara asalnya.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa dengan segala kekekurangannya, Indonesia adalah negara yang paling toleran terhadap kaum minoritas. Saya menyampaikan ini karena saya sudah diberikan kesempatan untuk tinggal atau minimal mengunjungi banyak negara.
Di Indonesia dari dulu semua warga bebas beragama dan menjalankan agamanya. Pernahkah Indonesia melarang agama, selama memang sejalan dan diakui dengan konstitusi?
Di negara manakah yang mayoritas non Muslim semua agama diberikan hak liburan nasional keagamaannya? Sungguh beruntung saudara-saudara minoritas di Indonesia. Kami di New York berjuang tujuh tahun lebih untuk mendapatkan hak libur sekolah di saat Idul Fitri dan Idul Adha. Itupun hanya di kota New York.
Karenanya kalaupun ada kasus-kasus gesekan antarmasyarakat agama di Indonesia itu bukan berarti bisa dikatakan sebagai negara yang prejudice dan diskriminatif.
Selain itu, kasus-kasus diskrimanasi terjadi kepada semua pihak. Siapa yang bisa mengingkari kekerasan dan diskriminasi kepada umat Islam di Papua misalnya?
Lebih penting lagi di Indonesia ada masa-masa di mana kaum minoritas mendapat posisi yang upper hand (lebih beruntung). Mereka misalnya menduduki posisi-posisi publik yang strategis dan penting di negara ini.
Apalagi jika kita berbicara tentang penguasaan perekonomian. Yang pasti sebagian besar kue negeri ini dikuasai oleh sekelompok kecil warga dari kalangan tertentu. Warga mayoritas pun hanya menerima itu seolah sebuah kenyataan semata.
Saya hanya ingin mengatakan hentikan memburuk-burukkan Indonesia demi mencari nasib baik di negeri orang. Jangan sebuah, dua buah kasus Anda pakai untuk mencampakkan wajah bangsa/negara di depan mata orang lain.
Belajarlah berterima kasih dan tahu diri!New York, 9 Juni 2020 Shamsi Ali .*****
JAKARTA – Nikita Willy telah putus dari kekasih terdahulunya, Indra Priawan. Berstatus single, aktris seni peran ini mengungkap niatnya untuk langsung menikah saja.
“Jadi nanti kalau misalkan ada ketemu jodohnya langsung menikah,” kata Nikita Willy seperti dikutip dari tayangan Okay Boss pada Rabu (10/6/2020).
Lebih jauh, Nikita menuturkan jika ia tak lagi ingin pacaran karena menuruti amanah almarhum sang ayah, Henry Willy Syam. Sebelum meninggal, sang ayah menyarankan Nikita untuk untuk tak pacaran.
“Untuk sekarang aku tidak ada status dengan siapapun,” tutur Nikita.
“Seperti amanah papaku, tidak boleh pacaran. Jadi sekarang ini inginnya aku sedang tidak ada status dengan siapapun,” jelasnya.
Nikita Willy dan Indra Priawan diketahui mulai menjalin hubungan sejak 2017 silam. Selama menjadi pasangan kekasih, hampir tak pernah ada isu miring yang menerpa keduanya.(*/Ind)
JAKARTA – Konflik Krisdayanti dengan kedua buah hatinya, Aurel dan Azriel Hermansyah kini tengah menyita perhatian di dunia maya. Masalah yang menimpa penyanyi sekaligus anggota komisi X DPR RI itu pun ditanggapi oleh Saleh Partonan Daulay, Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
Sebagai perwakilan MKD yang bertugas menjaga kehormatan keseluruhan lembaga DPR RI, Saleh meminta agar Krisdayanti menyelesaikan masalah pribadinya tanpa diumbar ke publik.
“Anggota DPR inikan banyak disorot masyarakat. Jadi sebaiknya masalah-masalah yang dihadapi secara pribadi tentu diselesaikan secara pribadi,” kata Saleh, seperti dikutip dari tayangan Intens, Selasa (9/6/2020).
“Kita khawatir nanti meruntuhkan nilai-nilai dan semangat yang ada di DPR,” tambahnya.
Lebih lanjut, Saleh yakin bahwa masalah antara ibu dan anak ini akan lebih mudah selesai jika diselesaikan secara kekeluargaan. Karena hubungan keluarga sesungguhnya didasari dengan kasih sayang.
“Nah ini hubungan antara anak dengan orang tua dan anak. Pasti mereka saling menyayangi juga mungkin saling merindukan. Akan lebih mudah mencari titik temu antara mereka,” ungkapnya.
Seperti diketahui, memanasnya hubungan Krisdayanti dan kedua anaknya ini berawal ketika Aurel menyebut sang ibunda kerap tak membalas pesan WhatsApp-nya. Hal itu kemudian ditepis Krisdayanti melalui klarifikasinya dengan mengunggah bukti chat di Instagramnya.
Klarifikasi pelantun Di Hatiku Selamanya ini pun menuai kekesalan sang putra, Azriel. Melalui Instagramnya, ia membongkar fakta soal hubungan mereka dengan Krisdayanti dan suaminya, Raul Lemos yang selama ini tak harmonis.(*/Ind)
AWAL pekan pertama bulan Juni sebagian wilayah di Tanah Air mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, misalnya, sedikit demi sedikit mulai mengendorkan PSBB setelah melihat tren penurunan jumlah angka kasus positif virus korona (Covid-19) dalam beberapa pekan terakhir.
Khusus di DKI Jakarta, daerah yang pertama kali menjadi episentrum Covid-19, pada 5 Juni lalu mulai memasuki masa transisi fase I guna menyiapkan era kenormalan baru (new normal) di masa pandemi Covid-19.
menjadi periode penting untuk menentukan kebijakan berikutnya dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19.
Kebijakan yang sama dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang juga memberlakukan pelonggaran PSBB dengan istilah PSBB Proporsional untuk daerah Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek).
Ketiga wilayah itu mengambil kebijakan yang sama dengan DKI Jakarta karena secara klaster menjadi satu dengan ibu kota.
Dengan pelonggaran tersebut, kini sejumlah fasilitas umum, seperti tempat ibadah, pusat perbelanjaan, dan rekreasi sudah diperbolehkan beroperasi.
Pada pekan pertama 5-7 Juni 2020, tempat ibadah, transportasi, dan kegiatan sosial-budaya serta olahraga sudah bisa diperbolehkan beroperasi dengan pembatasan 50% dari kapasitas.
Pada pekan kedua 8-14 Juni 2020, fasilitas lainnya, yakni tempat kerja dan tempat usaha lain, seperti rumah makan, pergudangan, dan ritel/showroom sudah bisa beroperasi dengan hanya menerima pengunjung maksimal 50% dari kapasitas.
Adapun pada pekan ketiga 15-21 Juni 2020 giliran mal, pasar, serta taman rekseasi indoor dan outdoor sudah bisa beroperasi dengan pembatasan 50%.
Pembukaan berbagai fasilitas umum dan bisnis ini merupakan kabar baik bagi para pelaku usaha. Maklum, selama hampir tiga bulan sejak akhir pertengahan Maret lalu, mereka harus bersabar dan kehilangan omzet usaha akibat kebijakan PSBB yang melarang aktivitas masyarakat di luar rumah. Tak terbilang berapa kerugian yang mereka alami karena kehilangan pembeli.
Kini dengan memasuki masa transisi yang membolehkan sejumlah kegiatan usaha dibuka, harapan akan bangkitnya ekonomi sedikit tampak. Hanya saja, dengan pertimbangan faktor kesehatan, seyogianya para pelaku usaha sebaiknya memperhatikan betul protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.
Salah satunya adalah pembatasan kapasitas pengunjung di tempat ibadah, rumah makan, restoran, showroom, dan mal yang boleh hanya 50% dari kapasitas.
Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah di sektor transportasi umum. Maklum, moda angkutan ini menjadi andalan para pekerja pinggiran ibu kota yang berkantor di Jakarta. Dalam hal ini, perlu kedisiplinan dan kewaspadaan masyarakat agar tidak keburu senang karena bisa beraktivitas normal.
Disiplin di sini bukan saja hanya harus selalu mengenakan masker, tetapi mesti bersabar tidak ikut berdesak-desakan saat mengantre maupun ketika berada dalam bus atau kereta.
Jangan sampai seperti kejadian pada awal pekan lalu, ketika jam pulang kerja terlihat sejumlah bus Transjakarta yang penuh sesak kendati saat itu masih periode PSBB.
Demikian juga di tempat kerja, kendati sudah dilonggarkan, hendaknya para pekerja dan pemilik usaha benar-benar mengikuti protokol kesehatan, seperti pengaturan jarak duduk antarkaryawan hingga mengatur personel yang masuk kerja.
Upaya-upaya beradaptasi dengan kebiasaan baru di lingkungan kerja maupun di luar kantor ini penting dilakukan untuk mencegah penyebaran korona di Tanah Air.
Hal ini agar pandemi virus berasal dari China tersebut tidak sampai terjadi adanya gelombang kedua (second wave) seperti yang dikhawatirkan para ahli.
Apalagi jika melihat data terkini yang disampaikan Gugus Tugas Covid-19, dengan masih ada penambahan jumlah kasus posotif korona di sejumlah daerah. Per Minggu (7/6), tercatat ada penambahan kasus positif sebanyak…. (diisi di layout) orang dan jumlah meninggal dunia sebanyak….orang.
Sehari sebelumnya, Sabtu (6/6), penambahan jumlah kasus positif bahkan mencapai 993 orang, dengan penambahan terbanyak terjadi di Jawa Timur, yakni 286 kasus. Adapun di DKI Jakarta sebanyak 104 kasus, naik dibandingkan dengan beberapa hari terakhir yang selalu di bawah angka 100.
Data-data tersebut jelas mesti diwaspadai dan diikuti kesiapan langkah antisipasi jika gelombang kedua pandemi korona benar-benar terjadi.
Kita berhadap dengan pengalaman selama tiga bulan menghadapi wabah korona, para pembuat kebijakan bisa lebih siap mengambil langkah strategis demi menyelamatkan kesehatan masyarakat sekaligus mengembalikan roda ekonomi agar terus berjalan.*****
JAKARTA – Qory Sandioriva menikah dengan seorang pilot bernama Shah Rei pada 6 Juni 2020. Kabar pernikahan tersebut tersebut ia bagikan pada Instagram pribadinya, hari ini (8/6/2020).
“Ketika aku bertemu dengan tamatan hatiku, Shah Rei @iamshahrei Airline Pilot. This is our prewedding photo. Dengan semua yang serba sesuai dengan keadaan saat ini,” ungkap Qory Sandioriva dalam Instagram miliknya.
Ia mengungkapkan rencana awalnya akan menikah pada 15 Februari 2021, setelah pandemi Covid-19 berakhir. Namun rencana pernikahan tersebut dipercepat lantaran permintaan sang ibunda sebelum meninggal dunia.
“Yes, salah satu pesan terakhir dan wasiat almarhumah ibu ku tercinta, Fariawati. Telah menyiapkan ini semua tanpa ku ketahui.
Permintaan terakhirnya yang meminta kami menyegerakan pernikahan jika mama tiada lebih dulu.
We love her so much. Kami memutuskan untuk memenuhinya agar mama tenang di alam sana. Hal yang selalu beliau katakan ketika di saat-saat terakhirnya.
‘Menikahlah Qory Rei, sebelum mama tiada, mama ingin menyaksikannya !!”. Yes we do mom,” tulis dia.
Ini merupakan pernikahan kedua Qory Sandioriva. Sebelumnya, ia sempat menikah dengan aktor Ramon Y Tungka pada November 2012. Namun sayang pernikahan tersebut putus di tengah jalan. Mereka resmi bercerai di Pengadilan Agama Tigaraksa, Tangerang pada 28 Juni 2018.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak bernama Ganesa Tashi Tungka.(*/Ind)
JAKARTA – Anggita Sari kini tampil beda dengan berhijab dan tak mengekspose kehidupan rumah tangganya. Rupanya, bukan tanpa alasan Anggita Sari menutupi pernikahannya.
Dalam sebuah video youtube, Anggita Sari menjelaskan alasannya tidak melakukan ekspose pada kehidupan rumah tangganya sekarang.
“Pas aku benar-benar menikah, aku sama suami memutuskan, kami nggak mau share tanggal pernikahan, apalagi masukin ke IG. Apalagi kan banyak media ambil berita dr IG, mereka bikin judul asal. Tanggalnya segini, hamilnya sudah berapa bulan,” jelas Anggita Sari.
Anggita Sari mengaku ia dan suami sepakat untuk tidak mengumbar pernikahannya kepada media.
Rupanya, Anggita Sari mengaku trauma, pernah diberitakan negatif soal hubungan pribadi.Anggita Sari pun enggan mengungkapkan sosok suaminya kepada masyarakat.
“Kalau teman sudah pada kenal sama suami. Alhamadulillah juga aku dapat yang beda dunia, yang bukan dari dunia entertaint. Dan dia nggak mau terekspos. Kalau dari dunia aku juga, yah mungkin tidak akan sebaik inilah progresnya,” jelas Anggita Sari.(*/Ind)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro