JAKARTA – Perawat pasien COVID-19 di RS Darurat Wisma Atlet Kapten Fitdy Eka menolak label buruk atau stigma masyarakat bahwa tenaga kesehatan/nakes sebagai unsur penular virus corona jenis baru SARS-CoV-2 ke tengah masyarakat.
“Ada stigma, kami ditolak masyarakat. Mohon dengan sangat kami juga manusia yang melaksanakan ini dengan hati. Terimalah kami juga dengan hati,” kata Ketua Tim Perawatan RSD Wisma Atlet Kapt Fitdy Eka, Ahad (26/4).
Komentar Fitdy itu menanggapi fenomena stigma dari sebagian unsur masyarakat terhadap para dokter, perawat, analis dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya yang mengurusi COVID-19.
Sejumlah unsur masyarakat menstigma para tenaga kesehatan sebagai orang yang sebaiknya dijauhi. Beberapa waktu lalu, terdapat jenazah perawat COVID-19 yang ditolak pemakamannya yang meninggal karena virus corona jenis baru.
Sementara itu, Fitdy optimistis jika wabah COVID-19 akan segera berakhir jika masyarakat disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Dengan kedisiplinan itu, lanjut dia, akan memicu keselamatan bagi diri sendiri dan orang lain sehingga rantai penularan virus SARS-CoV-2 segera berakhir.
“Saya percaya Indonesia akan kembali pulih terlepas dari pandemi saat ini. Lakukan semua mitigasi dengan disiplin. Saya yakin dengan disiplin, Anda semua akan menjadi seorang pahlawan bagi diri sendiri dan orang lain,” kata dia.
“Mohon dengan sangat lindungi diri dan orang lain sehingga pesan-pesan pencegahan bisa terlaksana dengan baik. Mari sama-sama memenangkan perang ini. Kita kalau dalam konteks ibadah bukan beban, ibadah untuk diri dan orang lain,”tuturnya.(*/Tya)
JAKARTA – Pandemi Covid-19 membuat membuat kegiatan belajar mengajar secara langsung ditiadakan dan dipindahkan menjadi metode belajar dari rumah. Namun hal ini justru membuat anak menjadi stres dan tertekan lantaran harus belajar bersama orang tuanya.
Psikolog sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi menuturkan jika berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, banyak anak-anak mengalami stres hingga tertekan setelah menjalani pembelajaran di rumah oleh orang tua.
“Dari beberapa laporan yang kami terima dari LPAI banyak anak-anak yang mengalami stres, tertekan. Salah satunya adalah kadang-kadang dalam cara orang tua menghadapi putra putra-putri tercinta, para orang tua sekarang harus menjadi guru tiba-tiba di dalam rumah,” ujar Kak Seto sapaannya dalam jumpa pers di Graha BNPB yang disiarkan secara streaming, Sabtu (25/4/2020).
Kak Seto mengatakan, salah satu faktor belajar di rumah yang membuat stres anak lantaran orang tuanya memaksakan sang buah hati harus mengerti dari metode belajar yang diajarkannya.
“Kemudian mencoba untuk menjelaskan menerangkan kadang-kadang memaksakan hal ini dicapai oleh putra-putri sendiri sehingga akhirnya yang muncul adalah anak-anak tertekan,” jelas kak Seto.
Lebih jauh, Seto menyebut banyak anak yang menginginkan kegiatan belajar secara normal alias diajar oleh guru-guru mereka. Hal tersebut lantaran cara pengajaran guru yang lebih persuasif dan kreatif kepada anak.
“Sehingga akhirnya yang muncul adalah anak-anak tertekan beberapa ingin kembali lagi ke sekolah bertemu dengan ibu guru atau bapak guru yang menjelaskan lebih nyaman lebih tenang lebih kreatif dan sebagainya,” tandasnya.(*/Ind)
JAKARTA – Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tidak bisa digunakan untuk membayar gaji guru honorer yang tidak terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
“Saya heran mengapa guru honorer yang sudah lama mengabdi tidak didaftarkan ke Dapodik. Padahal Dapodik ini sudah lama ada,” ujar Hamid dalam gelar wicara RRI Pro 3 di Jakarta, Jumat (24/4)
Hamid menambahkan data guru di Dapodik merupakan dasar untuk audit. Jika tidak terdaftar dalam Dapodik, maka guru honorer tersebut tidak bisa mendapatkan gaji dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Kalau tidak ada, maka tidak berhak untuk mendapatkan gaji dari dana BOS. Untuk itu Kepsek dan proktor Dapodik wajib memasukkan data semua guru yang ada di sekolah di Dapodik,” terang Hamid.
Kemendikbud mengeluarkan dua Peraturan Mendikbud yakni Permendikbud 19/2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud no 8/2020 tentang Petunjuk Teknis BOS Reguler dan Permendikbud 20/2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud 13/2020 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Kesetaraan 2020.
Dua Permendikbud itu dijadikan landasan penggunaan dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan selama pandemi COVID-19.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan, baik dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan dapat digunakan untuk pembelian pulsa, paket data, layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik maupun peserta didik dalam rangka mendukung pembelajaran di rumah.
Dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan juga dapat digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman, masker, dan penunjang kebersihan.
Selain penggunaan dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan untuk pulsa maupun masker, dana BOS reguler dapat digunakan untuk membayar gaji guru honorer yang tidak memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), dengan kriteria sudah tercatat di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) per 31 Desember 2019, belum mendapatkan tunjangan profesi, dan memenuhi beban mengajar termasuk mengajar dari rumah dalam masa kedaruratan kesehatan masyarakat COVID-19 yang ditetapkan pemerintah pusat.
“Berapa besarannya dana BOS untuk gaji guru honorer, diserahkan kepada kepala sekolah,” kata Hamid lagi.
Hamid juga berpesan agar penggunaan dana BOS dan BOP PAUD dan Kesetaraan itu harus memperhatikan atau fokus pada kesehatan pendidik dan peserta didik.(*/Ind)
JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyebut telah melakukan rapid test virus corona kepada 70.828 warga yang ada di wilayah Jakarta.
Dari pemeriksaan itu 4 persen atau sebanyak 2.842 warga terindikasi positif Covid-19.
“Total sebanyak 70.828 orang telah menjalani rapid test dengan persentase positif Covid-19 sebesar 4 persen. Dengan rincian 2.842 orang dinyatakan positif Covid-19, dan 67.986 dinyatakan negatif,” kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta, Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani, dalam siaran langsung, Jumat (24/4/2020).
Adapun rapid test sendiri merupakan teknik untuk mengetes keberadaan antibodi seseorang akibat kuman yang ada dalam tubuh.
Namun hasil positif dalam rapid test tidak bisa langsung mengkonfirmasi keberadaan virus tersebut di dalam tubuh.
Untuk mengonfirmasi keberadaan virus corona secara akurat dalam tubuh seseorang harus dilakukan test swab dengan metode PCR.
Sebagaimana diketahui berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta dilihat dari laman corona.jakarta.go.id kasus terkonfirmasi positif sebanyak 3.605, dari jumlah itu 327 orang sembuh, dan 331 meninggal dunia.(*/Ta)
JAKARTA – Salah satu kewajiban seorang guru adalah menyampaikan pelajaran kepada siswa-siswinya. Meskipun saat ini berbagai kesulitan terjadi di tengah pandemi Covid-19, kegiatan menyampaikan ilmu tersebut tidak boleh dihentikan. Dengan berbagai upaya para guru mempersiapkan materi untuk diberikan kepada siswa dan sisiwnya.
Di satu sisi, sebagian besar guru masih berusaha beradaptasi dengan situasi yang terjadi. Kritikan banyak muncul dari orang tua siswa dan juga siswa yang mengeluhkan tugas begitu berat.
Proses belajar mengajar di tengah pandemi ini terus diperbaiki dengan berbagai macam kritikan dan keluhan tersebut. Seperti yang dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim beberapa waktu lalu, ia memohon pemahaman masyarakat bahwa saat ini semua pihak sedang berusaha beradaptasi.
Bagi guru honorer, selain memikirkan materi yang tepat untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) ada hal lain yang juga sulit untuk dilepaskan dari pikiran mereka. Hal tersebut adalah statusnya sebagai guru honorer. Tidak sedikit guru honorer yang memperjuangkan statusnya jauh sebelum wabah ini menyerang dunia. Tentunya, di tengah situasi ini mereka tidak ingin dilupakan.
Ketua Umum DPP Forum Aliansi Guru dan Karyawan Kabupaten Garut, Cecep Kurniadi berusaha mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo menyuarakan keinginan guru honorer. Di dalam suratnya, Cecep berharap pemerintah segera menyelesaikan perekrutan Calon Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
“Kami sangat miris ketika rekan-rekan kami guru honorer yang sudah dinyatakan lulus tes PPPK yang jumlahnya 51 ribu orang, kebijakan pemerintah yang dikeluarkan hanya Kepres tentang PPPK, tapi untuk penggajian sampai saat ini belum ada,” kata Cecep.
Sementara itu, kata Cecep, beban dan tanggung jawab guru masih berjalan walaupun melalui PJJ. Para guru tersebut masih terus melakukan tugasnya di tengah status mereka yang tidak pasti. Mengoreksi hasil ujian siswa dan memberikan materi masih terus dilakukan demi para siswa.
“Namun hingga saat ini belum jelas nasibnya bahkan belum mendapatkan gaji sesuai amanat UU nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),” kata Cecep lagi.
Ia melanjutkan, para guru ini sudah benar-benar mengabdi puluhan tahun demi pendidikan Indonesia. Ia juga khawatir, apabila tahap pertama saja belum kunjung selesai bagaimana dengan tahapan selanjutnya. Sebab, masih banyak guru yang belum lulus PPPK.
“Hari ini, Bapak Presiden seolah tebang pilih mengorbankan guru honorer yang gajinya sangat mengkhawatirkan, bisa dikatakan gaji yang tidak manusiawi,” kata dia lagi.
Hal senada diungkapkan seorang guru honorer K2, Nurbaiti. Sebagai salah satu guru yang vokal, ia menjadi tim lobi pusat sekaligus koordinator wilayah DKI Jakarta Perkumpulan Honorer K2 Indonesia (PHK2I). Ia mengisahkan selama ini rekan-rekan sesama guru honorer terus bekerja di tengah pandemi namun juga tidak henti-hentinya memikirkan nasib mereka.
Baginya, tanggung jawab sebagai guru tidak kalah penting dibandingkan statusnya yang tidak kunjung jelas. “Kita memberikan pelajaran tetap sesuai dengan RPP kita, keseharian kita. Itu kita masih memberikan pembelajaran kepada siswa menyapa melalui grup WA kelas, maupun kita video call kepada anak-anak,” kata Nurbaiti.
Sebenarnya, ia mengapresiasi pemerintah yang merevisi aturan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Salah satu revisinya adalah menghilangkan syarat Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) bagi guru honorer agar bisa menerima dana BOS.
Nurbaiti juga mengapresiasi peraturan baru yang menyatakan dana BOS boleh digunakan untuk membeli kuota siswa dan guru untuk PJJ. Namun, ia khawatir ke depannya serapan dana BOS tidak seperti yang ia harapkan.
Pasalnya, pada aturan dana BOS sebelumnya, yaitu maksimal 50 persen untuk guru honorer pun tidak berjalan dengan baik. “Ini jadi bumerang, kecemburuan sosial sendiri. Kita tidak menutup mata pimpinan kan nggak semuanya suka dengan honorer. Mudah-mudahan anggaran itu benar-benar terserap ke depannya,” harapnya.(*/Ind)
JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan, pasien berkategori orang dalam pengawasan (ODP) berjumlah 195.948. Sedangkan, pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 18.283.
“ODP 195.948 lalu PDP 18.283,” kata Yurianto, dalam jumpa pers live streaming di Gedung Graha BNPB Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Sementara itu, sampai dengan saat ini sudah ada 48.647 kasus spesimen yang menjalani pemeriksaan Covid-19 atau virus corona. Dari uji tes tersebut 40.872 diantaranya dinyatakan negatif.
“Jumlah kasus yang diperiksa spesimen 48,647 orang,” ujar Yurianto.
Yurianto menuturkan bahwa, pemeriksaan spesimen tersebut dilakukan di 43 laboratorium yang sampai hari ini dinyatakan aktif beroperasi melakukan pemeriksaan.
Sementara itu untuk jumlah spesimen yang telah diperiksa sebanyak 59,935 spesimen. Jumlah spesimen dan kasus spesimen adalah hal yang berbeda.
Mengingat, jumlah spesimen yang diperiksa terhitung sejak 1 April 2020. Satu kasus dapat diambil lebih dari satu kali pengambilan dan lebih dari satu jenis spesimen (naso/oro/sputum).
Adapun kasus positif bertambah 357 orang menjadi 7.775 pasien. “Hasil akumulasi kasus positif sebanyak 7.775,” ujar Yurianto.Sementara pasien sembuh bertambah 47 orang menjadi 960 pasien.
Kemudian pasien meninggal bertambah 11 menjadi 647 orang.(*/Tri)
GARUT – Pandemi Covid-19 yang masih terjadi membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah masih ditangguhkan. Para siswa terpaksa harus belajar dari rumah selama proses KBM di sekolah ditiadakan. Terbaru, kebijakan itu diperpanjang hingga 27 April 2020.
Proses KBM dari rumah tak sepenuhnya dapat dilakukan dengan lancar, terutama di wilayah pelosok daerah. Di Kabupaten Garut misalnya, seorang guru honorer harus berjuang untuk menghampiri para siswa satu per satu agar proses belajar anak di rumah berjalan maksimal.
Sosok itu bernama Rosita Amalia (31 tahun), seorang guru hononer yang mengajar siswa kelas II SDN 3 Nyalindung, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Sejak proses KBM di sekolah dihentikan, ia mengaku ditugasi oleh kepala sekolah untuk terus memantau keadaan siswa di rumah.
Lantaran alat komunikasi di wilayah itu masih terbatas, mau tak mau harus mendatangi rumah siswanya yang berjumlah 12 orang satu per satu. Ia mengatakan, tak banyak orang tua siswanya yang memiliki telepon pintar. Selain itu, sinyal di wilayah itu sulit untuk didapatkan sehingga pengajaran melalui daring akan sulit dilakukan.
Pemerintah sebenarnya telah memberikan alternatif lain untuk pembelajaran siswa selama di rumah, yaitu membuat tayangan melalui lembaga penyiaran publik TVRI. Namun, Rosita mengatakan, hanya satu di antara belasan siswanya mendapat siaran TVRI dengan gambar jernih. Sisanya, tidak mendapat jaringan yang baik.
“Soalnya daerah saya mengajar itu di pegunungan,” kata dia, saat dihubungi wartawan, Selasa yang lalu (21/4).
Hal itu yang menjadi alasan Rosita mendatangi rumah siswanya satu per satu. Dalma satu hari, ia hanya bisa mengunjungi dua hingga tiga rumah siswa untuk memberikan materi.
Sebab, untuk untuk menjangkau semua siswa seharian tak mungkinkan, lantaran jarak satu rumah dan rumah lainnya berjauhan.
Belum lagi, kondisi cuaca yang masih memasuki musim hujan. Jika hujan terus turun, ia tak memaksakan untuk pergi karena risikonya adalah longsor.
Ia bercerita, ada rumah salah satu siswanya yang harus ditempuh dalam waktu satu jam. Itu pun tak bisa dilalui kendaraan sepenuhnya. “Kondisi jalan tanjakan dan belum beraspal. Belum kalau hujan, ada longsor juga,” kata dia.
Kendati demikian, Rosita merasa mendapat pengalaman berharga dari kegiatan mengunjungi rumah siswanya satu per satu. Ia jadi tahu, masih ada siswanya yang setiap hari harus berjalan kaki tanpa sepatu untuk mencapai sekolah.
Bahkan, kata dia, ada siswa yang harus berangkat pukul 05.00 WIB dan membawa obor, hanya untuk pergi ke sekolah setiap harinya. “Saya merasakan perjuangan mereka yang punya semangat tinggi sekolah. Jadi sayang kalau saya tidak perhatikan,” kata guru lulusan Yayasan MiftahusSalam Bandung, jurusan Tarbiyah itu.
Terlebih, ketika ia datang ke rumah siswanya, sambutan ceria selalu didapatnya. Anak-anak, kata dia, terus menanyakan kapan bisa kembali ke sekolah. “Mereka jenuh di rumah terus. Tapi liburnya terus diperpanjang,” kata dia.
Untuk mengatasi kejenuhan para siswa, Rosita menyiasati dengan memberikan materi dengan santai. Ia terdakang menyelingi materi dengan bernyayi dan bercerita. Jika tidak seperti itu, anak-anak disebut justru tak akan menikmati proses pembelajaran.
Meski lelah, Rosita mengaku tetap senang mendatangi siswanya satu per satu. Menurut dia, itu sudah merupakan risiko pekerjaannya sebagai guru.
Apalagi, menjadi guru juga meruapkan cita-citanya sejak muda. Karenanya, ia merasa bertanggung jawab kepada para siswanya itu.
Pengabdian Rosita sebagai guru telah banyak diapresiasi. Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dan Polres Garut langsung memberikan penghargaan kepadanya atas tanggung jawab guru honorer itu.
“Saya juga tidak menyangka seperti itu. Itu cukup bangga juga, karena diperhatikan,” ungkapnya.(*/Dang)
SURABAYA – Proses belajar di rumah masih menjadi kendala bagi para orang tua di tengah pandemi Covid-19. Beberapa anak juga mengalami titik jenuh untuk menjalani proses belajar di rumah.
Mahasiswa doktoral (S3) Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bayu Dwi Hatmoko pun menciptakan aplikasi bernama Banana. Aplikasi ini memiliki kegunaan untuk mendukung pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar yang bisa digunakan secara mudah melalui gawai.
Dari seluruh tingkatan pendidikan, sektor pendidikan tingkat dasar yang mengalami tantangan paling berat. Hal ini karena di masa-masa emas anak harus banyak dididik secara langsung dengan sentuhan pengajar.
Melihat perkembangan zaman, Bayu mengamati anak seusia sekolah dasar cenderung tidak tertarik pada pembelajaran berbasis buku yang tekstual. Sebaliknya, anak senang pada sesuatu yang interaktif, misalnya video permainan pada gawai. Dari sinilah muncul ide membuat aplikasi pembelajaran yang dinamainya Banana.
“Kadi saya sambil membuat aplikasi yang bermanfaat untuk anak-anak, sekaligus belajar pemrograman untuk diri saya sendiri,” kata Bayu, Selasa (21/4/2020).
Setelah sepekan ia belajar program, prototipe aplikasi Banana buatannya ini sudah memiliki empat menu yaitu perhitungan dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tidak hanya itu, di setiap menunya dilengkapi lagi dengan submenu berdasarkan jenis angka yang dioperasikan yakni operasi bilangan bulat, operasi bilangan desimal, dan operasi pecahan.
Pada proses pembelajaran, anak tidak langsung bisa mengerjakan soal yang sulit. Sehingga perlu adanya tingkatan kesulitan dari soal yang mudah menuju yang sulit guna mendorong pemahaman konsep pada anak-anak. Menangani hal ini, dirinya menambahkan pilihan di tiap submenunya.
“Operasi bilangan tersebut saya pisahkan lagi dari operasi bilangan satuan, puluhan, ratusan, hingga ribuan,” kata lelaki yang juga bekerja di Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFa) ITS tersebut.
Peraih beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) ITS ini menambahkan, tidak ada inovasi yang signifikan dari aplikasi serupa yang sudah ada sebelumnya.
Mahasiswa yang sejak program strata hingga doktor menekuni bidang fisika ini menekankan bahwa tujuannya menciptakan aplikasi Banana ini adalah bentuk usaha produktif Bayu di tengah pandemi untuk meningkatkan kemampuan ilmu pemrogramannya.
Menurut lelaki yang menekuni teleportasi kuantum untuk disertasinya ini, walaupun sudah marak aplikasi serupa dengan aplikasi Banana miliknya tetapi proses pembuatan aplikasi tersebut berguna mengembangkan ilmu pengetahuannya.
“Seseorang perlu melakukan proses dari awal, sehingga tidak ada missing informasi dari setiap teknologi yang kita gunakan,” ungkapnya.(*/Gio)
BLITAR – Sebanyak 120 orang di Kabupaten Blitar menjadi korban gigitan nyamuk aedes aegyptie. Banyaknya penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) tersebut tercatat sepanjang Januari-April 2020.
“Kasus naik cukup drastis pada bulan Maret, “ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti.
Secara statistik, pada Januari hingga pertengahan Februari ditemukan 16 kasus DBD. Dibanding tahun lalu (2019), kata Krisna Yekti angka kasus tersebut jauh lebih rendah.
“Dibanding tahun lalu (2019) terjadi penurunan. Sebab tahun lalu di waktu yang sama sebanyak dua ratus kasus lebih, “tambah Krisna Yekti. Sepanjang tahun 2019 jumlah kasus DBD di Kabupaten Blitar mencapai 657 kasus dengan 8 diantaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus tahun 2019 tersebut lebih banyak 100 kasus dibanding tahun 2018. Sementara kenaikan angka kasus DBD yang berlangsung mulai Maret 2020 itu berlanjut hingga awal bulan April.
Dari sebanyak 120 kasus tersebut, mayoritas berada dalam kelompok usia anak anak, dengan rentang usia 5-14 tahun. Menurut Krisna Yekti, semua pasien dalam penanganan rumah sakit dan puskesmas.
“Alhamdulillah tidak ada penderita yang meninggal dunia, “katanya. Mengingat hujan yang mengguyur diselingi panas dan itu membiakkan nyamuk, Krisna Yekti menghimbau masyarakat untuk terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
“Sebab dengan pemberantasan sarang nyamuk jentik aedes aegyptie tidak berkesempatan berkembang biak, “tandasnya.(*/Gio)
SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali memperpanjang masa belajar di rumah peserta didik atau pelajar Kota Surabaya. Aturan ini berlaku mulai dari jenjang KB, TK sampai dan LKP negeri maupun swasta di Kota Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Surabaya, Supomo menjelaskan, perpanjangan masa belajar di rumah berlaku sampai 22 April 2020. Sementara pelaksanaan libur awal puasa masih sesuai kalender akademik pendidikan tahun pelajaran 2019-2020. Jadwalnya dimulai pada 23 sampai 25 April 2020.
“Dan perpanjangan masa belajar di rumah itu tertuang dalam surat edaran tertanggal 18 April 2020 bernomor 420/7572/436.7.1/2020,” kata Supomo dalam keterangan pers, Minggu(19/4).
Menurut Supomo, perpanjangan belajar di rumah ditetapkan karena situasi Covid-19 yang belum kondusif. Untuk itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Surabaya menerbitkan surat edaran kepada seluruh sekolah. Aturan ini diharapkan bisa membantu menjaga kesehatan para pelajar dengan tetap di rumah.
Supomo mengimbau orang tua/wali murid agar memantau aktivitas belajar anak di rumah masing-masing. Sebab, sekolah sudah memberikan tugas kepada para pelajar. Tugas-tugas ini diupayakan dapat diselesaikan dengan baik.
Sementara ihwal kegiatan Ramadhan, Disdik Kota Surabaya telah mengagendakan beberapa kegiatan. Para pelajar akan melakukan sistem pembelajaran secara daring selama Ramadhan. Bahkan, akan terdapat kegiatan perlombaan dengan sistem dalam jaringan (daring).
Di sisi lain, Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya ini juga berharap, pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir. Dengan demikian, masyarakat dan para pelajar bisa kembali melaksanakan aktivitas normal seperti biasa. “Makanya kemudian kita kasih belajar di rumahnya itu seminggu-seminggu,” ungkapnya.(*/Gio)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro