JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan meminta seluruh Kepala Dinas khususnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta jajarannya termasuk tenaga-tenaga pendidik membaca tulisan-tulisan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dalam rangka perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
“Apalah arti sebuah peringatan kelahiran kalau kita tidak membaca (hasil pemikirannya). Karena itu saya minta kepada seluruh kepala dinas, Ibu Kadis Pendidikan, wajib semuanya membaca untuk mengetahui apa yang seharusnya ada di pendidikan kita,” kata Anies menyampaikan arahannya dalam Upacara Digital Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan di DKI Jakarta, Senin (4/5).
Menurut mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) itu, tulisan dan buah pikir Ki Hajar Dewantara sangat berkaitan erat dengan sistem pengajaran yang saat ini dilakukan di negara-negara maju termasuk juga beberapa sekolah di Jakarta.
Anies berharap usai membaca tulisan Ki Hajar Dewantara, para pengajar dapat mempraktikan teknik-teknik pengajaran yang sesuai bagi peserta didik di tengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan keterbatasan jarak. “Diksi yang digunakan adalah diksi lama, tapi pemikiran yang terpancar adalah pemikiran yang baru yang masih relevan hari ini.
Mari kita lakukan itu untuk memastikan semua berjalan dengan baik,” ujar Anies.
Dia pun meminta tenaga pengajar di Jakarta tidak malu untuk belajar dari sistem pendidikan negara-negara lainnya yang sudah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh akibat Covid-19. “Saya mengajak kepada semuanya, jangan mencoba selesaikan masalah sendirian.
Lihatlah praktik-praktik terbaik dari seluruh dunia, ambil pengalaman mereka gunakan di Jakarta,” ujar Anies.
Hal itu dilakukan agar tenaga pengajar dapat menemukan solusi yang lebih cepat dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga pengajaran jarak jauh lebih efektif. “Kita tidak perlu melakukan yang biasa disebut reinventing the wheel, dengan cara seperti itu, kita seperti mencoba mencari solusi tapi sebenarnya sudah dilakukan di tempat lain.
Jadi yang perlu kita lakukan dengan perbanyak kegiatan seperti ini dengan berbagai tempat di dunia untuk mengambil praktik-praktik terbaik,” ungkapnya.(*/Joh)
JAKARTA – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta menyampaikan perkembangan kasus penularan virus corona, per 4 Mei 2020.
Terdapat penambahan 55 kasus baru virus corona, bila dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti mengatakan, sebanyak 650 orang dinyatakan telah sembuh, dari total 4.472 orang kasus positif.
Sedangkan jumlah pasien meninggal sebanyak 412 orang.
“2.080 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan 1.330 orang melakukan isolasi di rumah. Dan sebanyak 1.770 orang menunggu hasil laboratorium,” kata Widyastuti dalam keterangan tertulis, Senin (4/5/2020).
Ia menambahkan, pihaknya juga mencatat ada orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 7.446 orang dan 225 masih dipantau. Sementara, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 6.213 dan 1.015 masih menjalani perawatan.
Pihaknya juga memberikan layanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat yang terdampak Covid-19.
“Selain itu, masyarakat juga dapat mengakses layanan konsultasi online melalui aplikasi sahabat jiwa (berbasis website) pada situs https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id,” ungkapnya.(*/Tya)
DEPOK – Dengan diperpanjang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok juga akan memperpanjang masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sebelumnya berakhir 30 April menjadi 30 Mei 2020.
Keputusan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota Depok Nomor 443/177/Kpts/Dinkes/Huk/2020 yakni tentang Pemberlakuan Pelaksanaan PSBB dalam penanganan Covid-19 di Kota Depok.
“Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terpapar virus Corona (Covid-19), dengan ini kami memutuskan untuk memperpanjang masa belajar di rumah hingga 30 Mei 2020,” terang Wali Kota Depok, Mohammad Idris dalam siaran pers, Sabtu (2/5).
Menurut Idris, keputusan perpanjangan PJJ ini berlaku bagi siswa PAUD/TK hingga SMA sederajat. “Termasuk juga lembaga pendidikan non-formal di Kota Depok,” ucapnya.
Kepala Disdik Kota Depok, Mohammad Thamrin menambahkan, dengan perpanjangan PJJ ini, siswa diharapkan mengisi kegiatan dengan hal yang positif. Seperti di Ramadan kali ini, ucapnya, bisa diisi dengan mengikuti pesantren kilat (sanlat) virtual.
“Harapan kami, para orangtua dapat membantu anak-anaknya menanamkan nilai-nilai religiusitas dan penguatan karakter,”ungkapnya.(*/Idr)
JAKARTA – Sebanyak 3.044 warga DKI Jakarta dinyatakan positif virus corona (Covid-19), setelah Pemprov DKI Jakarta melakukan pendeteksi dini, atau rapid test Covid-19 di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani menyatakan sebanyak 79.680 orang telah menjalani rapid test dan dan 76.636 warga dinyatakan negatif Covid-19.
“Positif Covid-19 sebesar 4 persen, dengan rincian 3.044 orang dinyatakan positif,” kata Fifi dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/5/2020).
Ia menyebut terhadap orang yang dinyatakan positif akan menjalani pemeriksaan sampel lendir dengan metode swab, yang diperiksa menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Dan tentu sebagaimana yang saya juga pernah sampaikan berulang kali di kesempatan ini, terhadap mereka yang dinyatakan positif dari hasil rapid test akan dilaksanakan tes dengan menggunakan swab PCR,” katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta menyampaikan perkembangan terkini per 2 Mei 2020.
Tercatat sebanyak 4.355 orang positif virus corona, 562 orang dinyatakan telah sembuh dan 400 orang meninggal dunia.(*/Tub)
BOGOR – Sejumlah orangtua siswa di Kota Bogor, khususnya di sekolah swasta mempertanyakan kebijakan Dinas Pendidikan Kota Bogor terkait sistem pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) di tengah wabah covid-19.
Menjawab itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin, menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri saat ini sekolah sedang membutuhkan dukungan dari orangtua murid untuk operasional sekolah.
“Sekolah memang sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat, terutama untuk honor guru di sekolah swasta. Kalau sekolah negeri tidak ada masalah. Di swasta ini kan honor guru dari sekolah, diantaranya dari iuran siswa (SPP) sehingga sekolah sangat terbantu untuk membayar honor guru jika keuangan dari orangtua murid itu masuk,” kata Fahrudin, dalam keterangannya, Jumat (1/5/2020).
Di sisi lain, kata dia, kondisi pandemi seperti yang saat ini terjadi membuat sejumlah orangtua murid mengaku sama-sama sedang merasa kesulitan. Untuk itu, diperlukan komunikasi antara orangtua dengan sekolah agar saling memahami kondiai saat ini.
“Memang diperlukan sikap gotong royong, keterbukaan, kerjasama saat seperti ini. Untuk orangtua yang mampu segera bantu sekolah untuk mengatasi operasionalnya. Untuk yang tidak mampu jangan khawatir. Jangan terlalu jadi beban. Kita hanya mengimbau agar sekolah sekolah paham dengan kondisi masyarakat. Tetapi masyarakat juga harus paham kondisi sekolah, bahwa sekolah memerlukan operasional. Tinggal komunikasi saja,” ungkapnya.
Di tengah kondisi yang serba tidak menentu, Kadisdik juga menyatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan kapan situasi ini akan normal.
“Yang sekarang itu (siswa) akan masuk kembali pada 29 Mei 2020. Sampai habis libur Idul Fitri. Tapi jika melihat tren dan perkembangan COvid, sepertinya akan diperpanjang lagi nanti sampai pada kenaikan kelas sekitar akhir Juni. Nanti kita arahan dari pemerintah seperti apa,” tambah Fahrudin.
Ia menjelaskan, kalau melihat atau dari pengalaman negara-negara lain, Dinas Pendidikan harus mempersiapkan metode belajar jarak jauh tidak hanya sampai kenaikan kelas saja.
“Tapi harus sampai melebihi itu. Kita sedang mempersiapkan pembelajaran jarak jauh untuk tahun pelajaran baru sesuai juga dengan hal yang sedang dipersiapkan oleh Kementerian. Nanti kita akan manfaatkan TV lokal, radio lokal agar pembelajaran jarak jauh lebih efektif,” jelasnya.
Menurutnya, sejauh ini pembelajaran jarak jauh di masa covid-19 diutamakan kepada peningkatan kecakapan hidup atau life skill di tengah-tengah keluarga menghadapi pandemi covid-19. Para guru memanfaatkan aplikasi video conference seperti zoom maupun google meeting serta WhatsApp Group.
“Lalu terkait pembiasaan beribadah di bulan suci Ramadhan. Jadi konten-konten itu, pola hidup sehat, kerjasama di keluarga dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil dengan Covid ini.
Teknologi juga sangat luar biasa. Selain keimanan yang harus kita tingkatkan, penguasaan teknologi juga agar kita tetap bisa belajar sesuai dengan harapan kurikulum, minimal tidak terlalu jauh dengan harapan kurikulum.
Tentunya ilmu, iman, termasuk teknologi menjadi salah satu pelajaran untuk kita bahwa pendidikan itu jangan lepas dari situ,” tandasnya.(*/Ad)
JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengimbau untuk tidak melakukan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2020 dikarenakan masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na’im mengatakan untuk sementara tidak melakukan upacara bendera dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun ini, sesuai anjuran Bapak Presiden untuk melakukan pembatasan sosial dan jaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Kami anjurkan untuk memperingati dan memeriahkan Hardiknas 2020 dapat dilakukan melalui beragam kegiatan kreatif yang menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19,” ungkap Ainun Naim.
Kemendikbud selaku panitia peringatan Hardiknas 2020 mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020. Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang umumnya dilakukan satuan pendidikan, kantor Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Pemberitahuan ini disampaikan melalui surat yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42518/MPK.A/TU/2020 tanggal 29 April 2020.
“Kemendikbud menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2020 pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 08.00 WIB secara terpusat, terbatas, dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang telah ditetapkan Pemerintah,” ujar Ainun.
Ainun Ni’am mengimbau instansi pusat, daerah, satuan pendidikan, serta kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk mengikuti jalannya upacara bendera secara virtual.
Masyarakat, siswa, guru dan warga lingkungan pendidikan dapat melalui siaran langsung di kanal Youtube Kemendikbud RI dari rumah ataupun tempat tinggal masing-masing. “Kami juga mengajak insan pendidikan untuk dapat menyaksikan program peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020 yang diberi judul sesuai tema, yakni ‘Belajar dari Covid-19’ di TVRI pada hari Sabtu, 2 Mei 2020 pukul 19.00 WIB,” terang Ainun Na’im.
Pedoman Penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020 disusun dengan memerhatikan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 sebagai Bencana Nasional.
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menayangkan peringatan Hari Pendidikan Nasional dengan mengangkat tema “Belajar dari Covid-19” di stasiun televisi milik pemerintah. Acara ini akan ditayangkan langsung di kanal YouTube @KEMENDIKBUD RI dan @tvrinasional pada Sabtu (2/5/2020) pukul 19.00 WIB.
Peringatan Hardiknas tahun 2020 ini, akan dimeriahkan oleh presenter kondang Najwa Shihab dan beberapa artis ternama Indonesia. Antara lain, Tulus, Sabyan, Rizky Febian, Vidi Aldiano, Rinni Wulandari, Naura, Lyodra, Gitabumi Voices, dan Bina Vokalia.(*/Ind)
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyayangkan masih sangat tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor alat-alat kesehatan (alkes).
Kepala Negara menyebutkan, 95% alat kesehatan yang ada di Indonesia saat ini merupakan barang impor dan belum bisa diproduksi di dalam negeri.
“Sektor kesehatan, industri farmasi, saat ini masih (tergantung) impor, 95% masih impor. Alat-alat kesehatan yang bisa kita produksi sendiri, dan apa saja yang kita beli dari negara lain sekarang keliatan semua,” kata Jokowi di Jakarta, Kamis (30/4/2020).
Namun demikian, Presiden mengatakan bahwa saat ini fokus pemerintah adalah menyiapkan langkah-langkah mitigasi terhadap pandemi Covid-19, baik mitigasi dampak kesehatan maupun ekonomi.
“Kita sedang siapkan langkah-langkah pemulihan jika penyebaran Covid-19 ini sudah bisa kita kendalikan,” tegasnya.
Terlepas dari itu, Jokowi menegaskan bahwa upaya yang dikerjakan tahun ini akan menjadi fondasi bagi perbaikan di tahun-tahun yang akan datang.
Saat ini, kata dia, tengah dilakukan penyesuaian-penyesuaian target pembangunan, realokasi dan refocusing belanja secara besar-besaran dalam menghadapi pandemi corona. “Karena itu perencana tahun 2021 harus betul-betul aktif dengan perkembangan situasi saat ini,” tukasnya.(*/Tya)
JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan sekitar 56 persen sekolah swasta di Tanah Air kesulitan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah diminta membantu operasional sekolah tersebut.
“Survei yang kami lakukan, sekitar 56 persen sekolah swasta yang ada minta agar pemerintah membantu pada masa krisis ini,” ujar Pelaksana tugas Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad di Jakarta, Rabu (29/4).
Survei yang dilakukan Kemendikbud juga menyebutkan sekitar 60 persen siswa di sekolah negeri dan swasta meminta agar SPP dibayar 50 persen. Wabah Covid-19 membuat sejumlah orang tua siswa mengalami kendala keuangan, yang berkorelasi dengan kemampuan dalam membayar SPP. Sementara operasional sekolah swasta, sebagian besar masih mengandalkan SPP yang berasal dari siswa.
“Untuk SD dan SMP negeri tidak masalah, karena mereka tidak membayar SPP. Namun untuk SMA dan SMK negeri maupun sekolah swasta memiliki kewajiban untuk membayar SPP,” kata dia.
Hamid menambahkan untuk SMA dan SMK negeri, yang menentukan besar pembayaran SPP itu adalah dinas pendidikan. Untuk itu, dia meminta agar sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan jika ada kemungkinan opsi penurunan SPP.
“Nah yang paling berat itu sekolah swasta. Karena belum ada skema khusus untuk membantu mereka,” kata dia.
Kemendikbud telah melakukan pelonggaran batasan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOP PAUD dan Kesetaraan, yang mana tidak ada lagi batasan maksimal 50 persen untuk gaji guru honorer.
“Bahkan ekstremnya bisa digunakan untuk pembayaran gaji guru honorer seluruhnya, dengan catatan tidak ada untuk pembelian pulsa atau kuota internet maupun langganan layanan pendidikan berbayar,” kata Hamid.(*/Ind)
INDRAMAYU – Sebanyak dua orang warga Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dinyatakan positif terpapar virus corona (Covid-19). Hal tersebut diumumkan langsung oleh Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu pada Selasa (28/4/2020).
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara mengatakan, berdasarkan hasil tes swab yang diterima pihaknya dari Labkesda Provinsi Jawa Barat, dua orang warga Kabupaten Indramayu itu telah terkonfirmasi positif Covid-19.
Deden menyebut, salah satu warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 merupakan seorang perawat di RSUD Indramayu berinisial SA. Dia sudah merasakan demam atau meriang sejak seminggu yang lalu. Namun SA tidak menunjukkan gejala-gejala fisik lainnya.
Saat ini, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu tengah melakukan pemeriksaan swab terhadap keluarga, dan orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan perawat tersebut.
“Yang bersangkutan adalah perawat di UGD RSUD Indramayu. Mulai malam tadi, dia sudah berada di ruang isolasi RSUD Indramayu dengan kondisi baik,” kata Deden dalam keterangan yang diterima Okezone.
Deden melanjutkan, orang kedua yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 adalah seorang pasien dalam pengawasan (PDP) berinisial T. T sendiri sempat dirawat di RSUD Pantura MA Sentot Patrol sejak tanggal 19 April 2020. Namun, T kemudian meninggal dunia dan dimakamkan sesuai SOP Covid-19.
Diungkapkannya, dari hasil penelusuran didapatkan bahwa T memiliki riwayat kontak langsung dengan anak dan menantunya yang pulang dari Jakarta. Sebelumnya saat pertamakali dirawat, T dalam kondisi penurunan kesadaran (koma) dan sesak berat.
“Pasien T meninggal pada tanggal 20 April 2020 jam 05.30 WIB. Kemudian dilakukan swab untuk pemeriksaan PCR dan telah dilakukan pemakaman dengan SOP Covid-19,” ungkapnya.(*/Dang)
BANDUNG – Memutus rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan Pendidikan, Pemerintah Kota Bandung menginstruksikan semua sekolah dan lembaga pendidikan lain dengan melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring.
Hal tersebut mengacu pada Surat Edaran wali Kota Bandung yang berisi memberlakukan pembelajaran jarak jauh melalui media daring bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan di bawah kewenangan Pemerintah Kota Bandung (PAUD/TK, SD, SMP, LKP, LPK, dan PKBM).
Memang belajar daring belum ideal. Kendati demikian, selama KBM daring, para guru memang dituntut lebih kreatif.
Guru SD Tulus Kartika Kota Bandung, Handiani Putri menilai KBM secara daring tersebut dirasakan kurang efektif, karena jika tidak bertemu secara langsung para muridnya akan semangat belajar jika suasana hatinya memang ingin belajar.
“Sebenarnya kurang efektif, kadang tergantung anaknya juga. Mereka juga “moody”. Ada anak yang mengeluh dia tidak mau belajar karena bosen liat HP atau Laptop terus,” kata Handiani, Selasa (28/04/2020).
Menurut dia, dengan hal tersebut membuat guru harus menunggu suasana hati anak didiknya sedang baik dan semangat belajar. Karena anak-anak akan cepat bosan belajar secara daring tanpa ada interaksi langsung.
“Mulai belajarnya pukul 08.00 WIB, tapi untuk penugasan berbeda. Ada tugas yang diberikan, nah itu bisa sampai malam pengumpulannya tergantung dari orang tua. Orang tuanya juga ada beberapa yang masih bekerja di luar. Sedangkan anaknya tidak memegang handphone atau laptop. Jadi mereka menunggu dulu orang tuanya pulang. Bahkan ada yang baru ngasih tugas pukul 22.00 WIB dan 24.00 WIB,” ucapnya.
Handiani yang mengajar Kelas 1 SD ini mengatakan, hal tersebut menjadi kendala dirinya mengajar. Sebab anak-anak yang masih di kelas bawah memang tidak diperbolehkan memegang HP sendiri.
“Saya pribadi tidak mengejar materi yang ada di buku. Karena kalau seperti itu orang tua nanti yang kewalahan. Kita tidak mau sampai membebani orang tua dalam pembelajaran online ini,” ujar dia.
Dia merasa beruntung karena KBM daring bisa berjalan dengan baik. Sebab anak didiknya tidak memilki keterbatasan dalam akses internet karena muridnya berada di perkotaan.
“Orang tua sudah terbiasa menggunakan laptopnya jadi tidak ada halangan. Para Guru juga mendapat bantuan dari Sekolah untuk urusan kuota internetnya jadi tidak ada masalah,” jelasnya.(*/Hend)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro