JAKARTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Pendidikan telah menyalurkan 5.030 paket sembako untuk para guru honor dan tenaga kependidikan.
“Kami seluruh jajaran Dinas Pendidikan urunan dan kami belanjakan puluhan ton beras dan bahan pangan lainnya untuk para pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus honor,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Masyati Julia, Jumat (08/05/2020).
Dikatakannya ribuan paket bahan pangan tersebut akan disalurkan dari rumah ke rumah bagi para guru honor dan tenaga kependidikan yang ada dikota Tangerang.
“Mereka adalah keluarga besar kita juga, dan mereka wajib dibantu kan namanya juga keluarga harus berbagi,” jelasnya.
Semetara itu Drs Jamalludin, Sekretaris dinas pendidikan secara teknis menambahkan, pihaknya telah menyiapkan 25 ton beras untuk para guru honorer dan tenaga kependidikan.
“Total keselurahan beras yang sudah kami persiapkan untuk sekota tangerang kurang lebih 25 ton dan 5.030 paket sembako,”jelasnya.
“Insya Allah semua paket sudah terdistribusikan disetiap korwil, dan dalam waktu dekat tersalurkan seluruhnya,” tambahnya.
Sementara itu, Soswanto salah satu guru honorer di SDN Sukasari 6 menyambut baik perhatian pemkot terhadap para guru honorer, secara langsung dia juga ucapkan terima kasih kepada pemkot Tangerang.
“Kami atas nama guru Non PNS SDN Sukasari 6 khususnya dan atas nama keluarga besar guru non PNS Se Kota Tangerang, kami mengucapkan terimakasih atas bantuan non tunai berupa beras dan mie instan dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang yang telah kami terima, pada hari ini Jumat, 08 Mei 2020,” tuturnya.
“Bantuan ini sangat membantu kami dalam menghadapi dampak Covid-19 ini,”ucapnya.(*/Tya)
JAKARTA – Jumlah kasus positif Covid 19 di wilayah DKI Jakarta per tanggal 8 Mei tercatat sebanyak 4.901 orang. Ada penambahan kasus baru Covid 19 sebanyak 126 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, selain itu juga ada penambahan pasien sembuh sehingga jumlah total adalah 763 orang atau 15,5 persen dari total kasus positif Covid 19.
Sedangkan jumlah meninggal dunia hingga hari Jumat mencapai 431 orang atau sekitar 8,7 persen dari jumlah kasus positif.
“Dari pasien positif itu, 2.281 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan, 1.426 orang melakukan isolasi mandiri di rumah,” katanya Jumat (8/5).
Gugus tugas juga mencatat di Jakarta, untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 1.676 orang. Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 7.733 orang dimana 7.491 sudah selesai dipantau dan 242 masih dipantau.
Sedangkan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 6.331 orang, terdiri dari 5.266 sudah pulang dari perawatan dan 1.065 masih dirawat.
Widyastuti menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta masih terus melakukan rapid test di enam wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP). Total sebanyak 83.192 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif Covid 19 sebesar empat persen, dengan rincian 3.176 orang dinyatakan reaktif Covid 19 dan 80.016 orang dinyatakan negatif.
Secara kumulatif, pemeriksaan PCR yang telah dilakukan di DKI Jakarta sampai dengan 7 Mei 2020 sebanyak 76.342 sampel. Sedangkan, tes PCR pada 7 Mei 2020 dilakukan pada 2.311 orang. “Sebanyak 926 tes dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru dengan hasil 126 positif dan 800 negatif,” kata Widyastuti.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga telah memberikan layanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat yang terdampak Covid 19. Masyarakat dapat berkonsultasi secara daring melalui aplikasi sahabat jiwa (berbasis website) pada situs https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id.
Pemprov DKI Jakarta juga, kata Widyastuti, turut mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan berkolaborasi menangani pandemik Covid 19. Ia mengatakan terdapat total 140 kolaborator dari berbagai unsur yang telah berpartisipasi melalui Sekretariat Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid 19 Provinsi DKI Jakarta.
“Bagi masyarakat yang ingin berkolaborasi, dukungan berupa Alat Pelindung Diri, masker, sarung tangan, dan disinfektan, dapat langsung disampaikan ke Sekretariat Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid 19 Provinsi DKI Jakarta, Balai Kota, Blok G Lantai 2 atau melalui kanal jdcn.jakarta.go.id,” ucap Widyastuti.
Pemprov DKI Jakarta juga membuka kesempatan untuk masyarakat berbagi dengan sesama yang membutuhkan bantuan karena terdampak pandemik Covid 19 dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar atau KSBB di bulan Ramadan ini. Masyarakat dapat memberikan bantuan berupa bahan pangan pokok, makanan siap saji, hingga uang tunai. Pemberian bantuan melalui situs corona.jakarta.go.id/ksbb.
Sejak 24 April 2020 hingga 7 Mei 2020 pukul 12.00, Pokja KSBB telah mengumpulkan komitmen untuk 141.453 Paket Sembako, 46.827 Paket Makan Siap Saji, dan 16.498 Paket Lebaran untuk warga-warga yang rentan secara ekonomi di tingkat RW. Berdasarkan kompilasi data komitmen yang masuk disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing RW, maka data keterpenuhan kebutuhan RW, pada minggu ke-2 Ramadan per 7 Mei, terdapat 61 RW yang telah terpenuhi kebutuhannya dari total 152 RW terdampak.
Pokja KSBB juga telah menerima komitmen bantuan dari berbagai kalangan, yang saat ini terdapat 26 donatur perusahaan/kelompok dan 2 donatur perseorangan. Dalam hal ini, Pemprov DKI Jakarta bermitra dengan penyalur bantuan resmi, yaitu Palang Merah DKI Jakarta, Baznas Bazis DKI Jakarta, Yayasan Rumah Zakat, Aksi Cepat Tanggap, Dompet Dhuafa, dan Human Initiative.(*/Tub)
JAKARTA – Sebuah dokumen terkait mekanisme penerimaan peserta didik baru (PPDB) DKI Jakarta beredar luas di kalangan guru, orang tua murid, dan lembaga bimbingan belajar pada Kamis (7/5/2020).
Sejumlah orang tua pun melancarkan protesnya mengenai ketentuan sistem zonasi yang menerapkan seleksi berdasarkan usia untuk calon siswa tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
“Tidak adil kalau seleksinya berdasarkan usia, apa gunanya nilai akademik selama ini?” tanya Vita Mutia, salah seorang warganet melalui akun Facebook-nya.
Sementara itu, salah satu orang tua murid kelas tiga SMP di Jakarta Timur, Nuniek Lestari, menganggap seleksi berdasarkan usia akan membuat anaknya berada di urutan bawah dalam daftar calon siswa SMA di dekat rumahnya.
Ia mengatakan, anaknya belum genap berusia 15 tahun ketika tahun ajaran baru dimulai.
“Harus diprotes ini,” ujarnya Kamis.(7/5/2020)
Saat dikonfirmasi mengenai kebenaran informasi dalam dokumen tersebut, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta menyatakan hingga saat ini petunjuk teknis PPDB tersebut belum dirilis. Kepala Hubungan Masyarakat Disdik DKI Jakarta Sonny Juhersoni mengatakan, mekanisme PPDB masih dibahas.
“Disampaikan bahwa saat ini PPDB DKI sedang dalam pembahasan akhir,” kata Juhersoni saat dikonfirmasi , Jumat (8/5/2020).
Juhersoni memastikan, bila pembahasan PPDB telah selesai maka petunjuk teknis (juknis) terkait PPDB tersebut akan disampaikan pada publik. Penyampaian itu dilakukan melalui sarana resmi Pemprov DKI Jakarta.
“Juknis PPDB 2020/2021 akan di-release melalui sarana informasi resmi dinas pendidikan,” kata Juhersoni.
Dalam informasi yang beredar di media sosial, sistem zonasi disebut mendapatkan persentase 50 persen kuota PPDB. Dalam tabel tersebut tertera calon peserta didik dari jalur zonasi diseleksi berdasarkan usia. Syarat umum usia maksimal 15 tahun untuk SMP dan 21 tahun untuk SMA, terhitung sebelum 21 Juli 2020.(*/Ind)
JAKARTA – Panitia Kerja (Panja) Pendidikan Vokasi Komisi X DPR meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap memperhatikan siswa volasi selama pandemi COVID-19.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Dirjen Pendidikan Vokasi, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, serta Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud pada Rabu, 6 Mei 2020, guna membahas mengenai keadaan pendidikan vokasi di Indonesia, serta arah kebijakan dan program vokasi Kemendikbud ke depannya.
“Kita ingin semuanya evidence based. Begitu banyaknya penelitian yang telah dilakukan harus menjadi dasar penentuan pembangunan vokasi yang memang menjadi salah satu fokus utama Kemendikbud di periode ini.
Mulai dari penentuan sektor prioritas, jumlah SMK yang akan dibangun, persebaran geografisnya, semua harus ada justifikasi dan argumennya,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian selaku pimpinan RDP dalam siaran pers kepada SINDO Media, Kamis (7/5/2020).
Kemudian, Hetifah menyampaikan masuknya rencana pembangunan vokasi ke dalam cetak biru sangat penting, demi menjamin keberlangsungan rencana tersebut secara jangka panjang.
Karena, jika tidak ada grand designnya yang memiliki kekuatan hukum, ini sangat rentan program tersebut tidak berlanjut di periode selanjutnya jika menterinya berubah.
“Oleh karena itu kita harus sama-sama berkomitmen untuk ini, dan cetak biru tadi harus dibuat dengan benar-benar berkualitas baik,mempertimbangkan arah perkembangan zaman, dan berbasis data,” jelas Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.
Legislator Dapil Kalimantan Timur ini juga mengingatkan, perlunya Kemendikbud untuk menerbitkan kebijakan khusus pendidikan vokasi selama masa pandemi ini. “Karena masih belum adanya ketidakpastian kapan kita akan keluar dari masa pandemi ini, Kemendikbud harus menyiapkan skenario-skenario juga untuk anak SMK dan pendidikan vokasi lainnya.
Karena rata-rata mereka belajar berbasis praktik, tidak bisa hanya teori secara daring. Harus dipikirkan solusinya agar pembelajaran yang dilaksanakan tetap berkualitas,” ungkapnya.(*/Tya)
JAKARTA – Sekolah maupun institusi pendidikan lainnya di Indonesia diminta agar mereka berhemat dalam menggunakan anggaran di tengah pandemi Covid-19.
Mereka juga diminta tak mengeluarkan berbagai macam biaya yang tidak perlu.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriawan Salim mengatakan penghematan ini perlu dilakukan mengingat berbagai sekolah, terutama sekolah swasta mulai terdampak oleh Covid-19 secara finansial.
“Kami mengimbau semuanya berhemat, karena kita tidak tahu ini sampai kapan yang jelas keuangan sekolah ini sedang goncang, terutama sekolah menengah ke bawah,” ujar Satriawan saat dihubungi, Selasa (5/5).
Satriawan mengingatkan, sekolah juga seharusnya tak meminta berbagai pungutan pada orang tua. Salah satu pungutan yang dinilai FSGI tidak perlu misalnya kegiatan wisuda yang digelar SMA/SMK bahkan SMP.
“Jadi kalau ada pungutan pungutan, untuk wisuda itu tentu akan memberatkan orang tua. Lagipula wisuda kan memberatkan orang tua dari SMP SMA untuk saat ini belum urgent,” ujar dia.
Dengan adanya penghematan, lanjut Satriawan, maka sekolah dapat berhemat untuk membayar kebutuhan lain yang jauh lebih mendesak. FSGI pun menilai pembayaran gaji guru harus menjadi yang paling utama.
“Jadi kami minta menahan pengeluaran pengeluaran yang tidak perlu, yang perlu yakni gaji guru, tenaga kependidikan,” kata Satriawan.(*/Ta)
JAKARTA – Kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia dari 5 hingga 6 Mei 2020 pukul 12.00 WIB mengalami penambahan sebanyak 367 pasien positif. Hingga kini jumlah positif corona sebanyak 12.438 orang, sembuh 2.317 orang dan 895 meninggal dunia.
“Kasus konfirmasi positif bertambah 367 orang sehingga total kasus menjadi 12.438 orang,” kata Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta (6/5/2020).
Yuri mengatakan, kasus sembuh bertambah 120 orang sehingga akumulasinya menjadi 2.317 orang. “Kasus konfirmasi positif COVID-19 yang sembuh bertambah 120 orang sehingga menjadi 2.317 orang,” jelasnya.
Sementara itu, kasus meninggal bertambah 23 orang sehingga akumulasinya menjadi 895 orang. “Kasus yang meninggal bertambah 23 orang sehingga menjadi 895 orang pasien,” tambahnya.
Saat ini kasus positif tersebar di 350 kabupaten/kota seluruh provinsi di Tanah Air. Yuri juga menjelaskan hingga saat ini jumlah spesimen yang telah diperiksa dengan menggunakan metode Real Time PCR adalah 128.383 spesimen dari 92.976 orang. “Jumlah spesimen yang kita periksa Sampai dengan saat ini sebanyak 128.383 spesimen ini berasal dari 92.976 orang,” jelasnya.
Selain itu, kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) saat ini sebanyak 240.726 orang. Sementara Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 26.932 orang.(*/Tya)
JAKARTA – Pengamat pendidikan Andreas Tambah meminta para siswa untuk berkreasi menumpahkan ide mereka guna merayakan kelulusan sekolah di tengah pandemi. Dia mengatakan, perayaan saat ini juga bisa dilakukan dengan tidak harus keluar rumah.
“Melalui media online juga sekarang banyak caranya, misal tampil streaming gelar musik dari rumah kan tidak apa-apa, banyak idenya,” kata Andreas Tambah di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Kendati, dia mengimbau agar para siswa lebih baik menunda rencana perayaan kelulusan mereka jika tidak bisa dilakukan dalam jalur yang aman dari penyebaran virus Covid-19. Menurutnya, penundaan dilakukan hingga situasi pandemi virus Corona saat ini mereda.
Menurutnya, berkumpulnya orang banyak akan berpotensi menjadi media penyebar virus covid-19 tersebut. Dia mengatakan, setiap orang berpotensi menularkan virus meskipun tidak terlihat gejala penyakitnya.
Dia memprediksi bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia kemungkinan akan berjalan lebih lama dari pada negara-negara lain. Menurutnya, hal tersebut disebabkanya rendahnya tingkat kedisplinan masyarakat mengikuti imbauan pemerintah terutama dalam hal pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Disaat yang bersamaan, dia memaklumi hal tersebut mengingat kebijakan itu juga berpotensi memberatkan warga terutama pekerja upah harian. Dia mengatakan, PSBB juga tidak mungkin hanya dilakukan 14 hari saja tanpa perpanjangan waktu.
“Tapi intinya itu (kegiatan di luar ruangan) berisiko tinggi dan enggak mungkin untuk saat ini jadi lebih baik ditunda hingga situasi kondusif. Karena kita juga harus paham betul situasinya tidak memungkinakan karena covid ini,”tukasnya.(*/Joh)
JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI mengatakan, konten pendidikan yang ingin dihasilkan oleh berbagai pihak guna menunjang sektor ilmu pengetahuan di Tanah Air harus selaras dan memerhatikan kearifan lokal.
Ia mengatakan, konten yang akan dihasilkan oleh Akademi Edukreator harus bisa mengadopsi atau selaras dengan kearifan lokal sehingga memiliki kualitas baik bagi anak didik dalam proses pembelajaran.
“Kami punya etika, norma, atau keindonesiaan, yaitu kearifan lokal yang tidak bisa kita lepaskan terutama dalam pembuatan konten pendidikan,” kata Plt Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud M Hasan Chabibie melalui konferensi video di Jakarta, Selasa.
Dalam upaya mendukung peluncuran Akademi Edukreator sebagai salah satu media penyedia konten edukasi di Tanah Air, Kemendikbud akan mendukung dari sisi pengajar atau sumber daya manusia.
Selain itu, menurut Hasan, Kemendikbud juga akan mendukung Akademi Edukreator dalam hal kurasi dan kualitas konten yang dihasilkan tersebut.
Untuk menghasilkan sebuah konten pendidikan, menurut Hasan, ada tantangan tersendiri, terutama menghubungkannya dengan substansi materi sehingga mudah dicerna oleh anak didik. Selain itu, ia tak ingin konten yang dihasilkan terlalu banyak hiburan, namun minim substansi materi.
Secara global rata-rata penayangan harian video dengan kata kunci “homeschool” dalam judul di Youtube meningkat lebih dari 120 persen sejak 13 Maret 2020 bila dibandingkan penayangan harian rata-rata hingga sisa akhir tahun.
Sementara itu, Co-founder Kok Bisa media sains dan edukasi yang memperkenalkan Akademi Edukreator, Ketut Yoga Yudistira, berharap gerakan tersebut dapat menginspirasi, melatih dan mengapresiasi para kreator, guru, termasuk profesional untuk mempelajari cara terbaik membagikan ilmu dengan membuat konten video edukasi.
Ketut menyakini, dengan kemampuan menjadi kreator konten edukasi maka akan semakin banyak ilmu yang dapat dipelajari, disebarkan, dan diakses di internet serta memerdekakan pelajar dan membantu merevolusi proses belajar secara dalam jaringan.(*/Ind)
JAKARTA – Pemerintah berharap pandemi virus Corona yang melanda Tanah Air akan berakhir pada Agustus mendatang. Pada
bulan tersebut,Indonesia diharapkan sudah terbebas dari Covid-19 dan kembali kepada kehidupan normal.
Menurut Juru Bicara Pemerintah Bidang Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, kunci pencegahan Corona adalah disipilin
dengan berdiam diri di rumah, jaga jarak fisik dengan orang lain, memakai masker jika harus ke luar rumah dan rajin cuci
tangan.
“Kalau kita menginginkan pada bulan Juni, Juli kasus ini bisa kita kendalikan. Kasus ini sudah mulai bisa dikendalikan
dan kehidupan kita sudah mulai menjadi lebih baik lagi, pembatasan-pembatasan sudah bisa dikurangi,” kata Yuri di Media
Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa
(5/5/2020).
Komitmennya, kata Yuri, ada pada diri masing-masing, peraturan sudah banyak, kebijakan yang dibuat sudah cukup banyak,
jejaring pengaman sosial sudah dilakukan.
“Oleh karena itu, kita berharap bahwa di bulan Agustus kita sudah bisa menjalani kehidupan menjadi lebih baik lagi. Sudah
bisa jadi kondisi normal, dalam artian kita bisa memiliki kehidupan berdisiplin, disiplin mencuci tangan misalnya, atau
perilaku hidup bersih dan sehat.
Dengan cara ini lah kita bisa menyelamatkan diri kita, keluarga, dan orang lain,” tambah Yuri.
Hingga hari ini, jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh mencapai 2.197 orang. Jumlah itu bertambah 243 orang
dibandingkan hari kemarin.
Pasien sembuh terbanyak ada di DKI Jakarta 704 orang, Sulawesi Selatan 228 orang, Jawa Timur 180 orang, Jawa Barat 167
orang, dan Bali 160 orang.
Di samping itu jumlah pasien konfirmasi positif Covid-19 per hari ini bertambah 282 sehingga total 12.071. Pasien
meninggal bertambah delapan orang total 872. Spesimen yang telah diperiksa sebanyak 121.547 spesimen dari 88.924 orang.
Tim Gugus Tugas di seluruh wilayah Indonesia berhasil mendata jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 239.226 orang.
Hampir 200 ribu ODP sudah selesai dipantau dan dinyatakan sehat. Sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai
26.408 orang.
“Kita harus betul-betul memperjuangkan jangan sampai kita tertular, jangan sampai orang lain tertular. Karena itu
kuncinya bagaimana jangan ada penularan. Ini bisa dilakukan, kita bisa gotong royong bersatu memutus rantai
penularan,”jelasnya.(*/Ta)
JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan meminta seluruh Kepala Dinas khususnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta jajarannya termasuk tenaga-tenaga pendidik membaca tulisan-tulisan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dalam rangka perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
“Apalah arti sebuah peringatan kelahiran kalau kita tidak membaca (hasil pemikirannya). Karena itu saya minta kepada seluruh kepala dinas, Ibu Kadis Pendidikan, wajib semuanya membaca untuk mengetahui apa yang seharusnya ada di pendidikan kita,” kata Anies menyampaikan arahannya dalam Upacara Digital Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan di DKI Jakarta, Senin (4/5).
Menurut mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) itu, tulisan dan buah pikir Ki Hajar Dewantara sangat berkaitan erat dengan sistem pengajaran yang saat ini dilakukan di negara-negara maju termasuk juga beberapa sekolah di Jakarta.
Anies berharap usai membaca tulisan Ki Hajar Dewantara, para pengajar dapat mempraktikan teknik-teknik pengajaran yang sesuai bagi peserta didik di tengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan keterbatasan jarak. “Diksi yang digunakan adalah diksi lama, tapi pemikiran yang terpancar adalah pemikiran yang baru yang masih relevan hari ini.
Mari kita lakukan itu untuk memastikan semua berjalan dengan baik,” ujar Anies.
Dia pun meminta tenaga pengajar di Jakarta tidak malu untuk belajar dari sistem pendidikan negara-negara lainnya yang sudah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh akibat Covid-19. “Saya mengajak kepada semuanya, jangan mencoba selesaikan masalah sendirian.
Lihatlah praktik-praktik terbaik dari seluruh dunia, ambil pengalaman mereka gunakan di Jakarta,” ujar Anies.
Hal itu dilakukan agar tenaga pengajar dapat menemukan solusi yang lebih cepat dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga pengajaran jarak jauh lebih efektif. “Kita tidak perlu melakukan yang biasa disebut reinventing the wheel, dengan cara seperti itu, kita seperti mencoba mencari solusi tapi sebenarnya sudah dilakukan di tempat lain.
Jadi yang perlu kita lakukan dengan perbanyak kegiatan seperti ini dengan berbagai tempat di dunia untuk mengambil praktik-praktik terbaik,” ungkapnya.(*/Joh)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro