JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta menyampaikan perkembangan terkini kasus Covid-19 di DKI Jakarta per Selasa 2 Juni 2020. Data hari ini, jumlah penambahan positif 76 orang, sembuh 59 orang, dan meninggal dunia bertambah 4 orang.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati memaparkan, secara kumulatif, jumlah kasus positif di wilayah DKI Jakarta sebanyak 7.459 kasus positif. Dari jumlah tersebut, 2.405 orang dinyatakan telah sembuh dan 525 orang meninggal dunia.
Sebelumnya, pada Senin (31/5) kemarin tercatat total 7.383 orang positif, 2.246 orang dinyatakan telah sembuh, dan 521 orang meninggal.
“Sampai dengan hari ini kami laporkan, sebanyak 1.743 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.786 orang melakukan self isolation di rumah,” paparnya, Selasa (2/6/2020).
Untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 18.651 orang, Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 15.805 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 11.026 orang.
Ani menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan metode RT-PCR, dengan membangun Laboratorium Satelit Covid-19, berlokasi di sebagian lahan RSUD Pasar Minggu sejak 9 April 2020 dan membangun jejaring dengan 36 laboratorium pemeriksa Covid-19.
Secara kumulatif, pemeriksaan PCR telah dilakukan di DKI Jakarta, sampai dengan 1 Juni 2020 sebanyak 154.345 sampel. Pada 1 Juni 2020, dilakukan tes PCR pada 1.512 orang, 1.008 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 73 positif dan 935 negatif.
Pemeriksaan massif secara selektif terus dilakukan di daerah Kelurahan terpilih yang dikaji secara epidemologis dan menurut kepadatan penduduk. Ada 58 Kelurahan terpilih yang dilakukan rapid test tersebut. Sasaran ditujukan kepada warga lansia, warga dengan kasus penyakit tertentu, dan juga pada ibu hamil.
Total sebanyak 143.367 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif Covid-19 sebesar 4 persen, dengan rincian 5.683 orang dinyatakan reaktif Covid-19 dan 137.684 orang dinyatakan non-reaktif. Untuk kasus positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS atau dilakukan isolasi secara mandiri di rumah.
“Bagi masyarakat, kami imbau untuk selalu memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak antarorang minimal 1,5 – 2 meter, dan menjaga diri untuk tetap beraktivitas di rumah,”terangnya.(*/Tya)
DEPOK – Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memperpanjang lagi masa belajar di rumah bagi siswa pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah atas (SMA) hingga 18 Juni 2020. Berdasarkan Surat Edaran Wali Kota Depok, perpanjangan masa belajar di rumah untuk mencegah penularan Covid-19.
“Masa belajar di rumah diperpanjang lagi sampai dengan 18 Juni 2020 karena keadaan belum kondusif untuk siswa belajar di sekolah,” kata Wali Kota Depok Mohammad Idris, Sabtu (30/5/2020).
Pemkot semula memberlakukan kebijakan belajar di rumah bagi siswa selama 16 sampai 28 Maret 2020. Lalu memperpanjang penerapannya hingga 11 April. Setelah itu, masa belajar diperpanjang hingga 30 April dan kini diperpanjang lagi hingga 18 Juni.
Wali Kota Depok menginstruksikan Dinas Pendidikan Kota Depok membenahi sistem pembelajaran jarak jauh dan mengimbau orang tua mendampingi anak-anak belajar di rumah. “Saya ingatkan tidak ada siswa-siswi di Kota Depok berada di luar rumah dalam masa sekarang ini,” kata Idris.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohamad Thamrin mengatakan bahw amekanisme pembelajaran dari rumah secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) akan dijalankan lagi hingga 18 Juni 2020.
Thamrin mengatakan, selama ini kegiatan belajar daring dilakukan menggunakan aplikasi seperti Rumah Belajar, Google G Suite for Education, dan Kelas Pintar. Sedangkan kegiatan belajar luring dilakukan dengan mengandalkan buku pelajaran.
“Pemberian tugas secara terstruktur dengan memanfaatkan media sosial grup WhatsApp sekolah atau kelas. Nanti ada semacam laporan yang harus disampaikan kepada sekolah,” jelas Thamrin.(*/Idr)
JAKARTA – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang juga pemerhati pendidikan dan anak Fahira Idris menegaskan apapun skenario pembukaan sekolah tidak akan efektif dan tetap berisiko selama wabah ini belum bisa dikendalikan. Sekolah dan aktivitas belajar mengajar yang dirancang sebagai medium membangun komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tetap dipaksa dilakukan di tengah pandemi yang belum terkendali saat ini.
“Untuk pembukaan sekolah, saya sangat memohon kepada semua para pengambil kebijakan untuk benar-benar memikirkan secara matang,” pinta senator asal DKI Jakarta dalam pesan singkatnya, Jumat (29/5).
Fahira juga menegaskan, selama penyebaran virus ini belum bisa kita kendalikan dan suasana belum kondusif dan aman, jangan coba-coba membuka kembali aktivitas belajar di sekolah. Menurutnya, risikonya terlalu besar dan dikhawatirkan membuat kerja keras menanggulangi Covid-19 akan semakin berat.
Selain faktor keamanan dan kondusifitas, faktor psikologis dan kesiapan orang tua dan siswa juga perlu menjadi perhatian sebelum sekolah di buka. “Selama masa penanggulangan Covid-19 yang sudah berlangsung hampir tiga bulan ini hampir semua lapisan masyarakat mengalami dampak ekonomi serius terutama masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Fahira.
Fahira mengatakan, bagi orang tua yang anaknya tahun ini naik jenjang pendidikan dari TK ke SD, atau SD ke SMP dan SMP ke SMA/SMK tentunya harus menyiapkan banyak hal. Namun, kata Fahira, itu tidak mudah dilakukan di tengah pandemi masih berlangsung. Kondisi-kondisi seperti ini tentu berpengaruh kepada faktor psikologis orang tua dan siswa.
Fahira mengatakan, jika pun nanti kondisi sudah benar-benar aman, bagi Fahira, harus ada prakondisi dan jeda waktu bagi orang tua, siswa, guru, dan sekolah untuk bersiap kembali ke sekolah.
Prakondisi ini penting sebagai tahapan pemulihan bagi semuanya agar siap terutama secara ekonomi dan psikologis menjalani kehidupan baru yang tidak sepenuhnya normal (new normal) seperti sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
“Selama vaksin belum ditemukan dan didistribusikan secara merata, maka kehidupan kita tidak akan pernah normal kembali seperti sebelum pandemi ini datang,” kata Fahira.
Jadi, sambung Fahira, walaupun nanti kondisi sudah aman karena transmisi virus dapat dikendalikan, sekolah belum bisa langsung dibuka begitu saja. Selain harus menyiapkan berbagai protokol kesehatan yang ketat, semuanya, terlebih anak-anak kita dan sekolah harus diberi waktu untuk mempersiapkan diri memulai kembali aktivitas belajar mengajar.(*/Ind)
JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta menyampaikan perkembangan terkini kasus Covid-19 di DKI per Sabtu 30 Mei 2020. Data Covid-19 DKI per Sabtu hari ini, jumlah penambahan pasien Covid-19 di DKI, yang positif bertambah 100 orang, kasus sembuh bertambah 196 orang dan meninggal dunia bertambah 2 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, WIdyastuti mengatakan dari total 7.153 orang positif, 2.003 orang dinyatakan telah sembuh dan 519 orang meninggal dunia. Sebelumnya, Jumat (29/5) kemarin tercatat total sebanyak 7.053 orang positif, 1.807 orang dinyatakan telah sembuh dan 517 orang meninggal dunia.
“Sampai dengan hari ini kami laporkan, sebanyak 1.848 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.783 orang melakukan self isolation di rumah,” ujarnya, Sabtu (30/5).
Untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 18.371 orang, Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 14.924 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 10.068 orang. Widyastuti menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan metode RT-PCR, dengan membangun Laboratorium Satelit Covid-19, berlokasi di sebagian lahan RSUD Pasar Minggu sejak 9 April 2020 dan membangun jejaring dengan 36 laboratorium pemeriksa Covid-19.
Secara kumulatif, pemeriksaan PCR telah dilakukan di DKI Jakarta, sampai dengan 29 Mei 2020 sebanyak 146.007 sampel. Pada 29 Mei 2020, dilakukan tes PCR pada 2.121 orang, 1.854 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 100 positif dan 1.754 negatif.
Pemeriksaan massif secara selektif terus dilakukan di daerah Kelurahan terpilih yang dikaji secara epidemologis dan menurut kepadatan penduduk. Ada 58 Kelurahan terpilih yang dilakukan rapid test tersebut. Sasaran ditujukan kepada warga lansia, warga dengan kasus penyakit tertentu, dan juga pada ibu hamil.
Total sebanyak 141.682 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif Covid-19 sebesar 4 persen, dengan rincian 5.675 orang dinyatakan reaktif Covid-19 dan 136.007 orang dinyatakan non-reaktif. Untuk kasus positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab secara PCR dan apabila hasilnya positif dilakukan rujukan ke Wisma Atlet atau RS atau dilakukan isolasi secara mandiri di rumah.
“Bagi masyarakat, kami imbau untuk selalu memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak antarorang minimal 1,5 – 2 meter, dan menjaga diri untuk tetap beraktivitas di rumah,” imbau Widyastuti.
Pemprov DKI Jakarta juga membuka kesempatan untuk masyarakat berbagi dengan sesama yang membutuhkan bantuan karena terdampak pandemi Covid-19 dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar atau KSBB. Masyarakat dapat memberikan bantuan berupa bahan pangan pokok, makanan siap saji, hingga uang tunai.
Sejak 24 April 2020 hingga 29 Mei 2020 pukul 16.00, Pokja KSBB telah mengumpulkan komitmen untuk 388.031 Paket Sembako, 154.411 Paket Makan Siap Saji, 31.347 Paket Lebaran, dan 2.344 paket THR untuk warga-warga yang rentan secara ekonomi di tingkat RW. Pokja KSBB juga telah menerima komitmen bantuan dari berbagai kalangan, yang saat ini terdapat 99 donatur perusahaan/kelompok dan 12 donatur perseorangan.(*/Tya)
TANGERANG – Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, saat ini pihaknya masih menggodok lagi soal persiapan siswa yang akan kembali belajar di sekolah. Hal ini termasuk mempersiapkan skenario untuk penerimaan peserta didik baru (PPDB) menjelang berakhirnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Tangerang.
“Untuk aturan bagi siswa yang akan kembali bersekolah, kami belum mengeluarkan aturan terkait hal tersebut karena masih menunggu arahan dari pusat,” kata Wali Kota Arief dalam keterangannya, Jumat (29/5/2020).
Arief menuturkan, sistem pembelajarannya akan diatur menyesuaikan dengan protokol kesehatan, seperti fasilitas bangku dan meja serta penataan murid hanya boleh sebanyak 50 persen dari kapasitas yang ada. “Intinya masih akan kita bahas dan simulasikan ke depan seperti apa,” kata Wali Kota Tangerang.
Ia melanjutkan, Pemerintah Kota Tangerang masih terus mempersiapkan sejumlah skenario untuk PPDB menjelang berakhirnya PSBB di Kota Tangerang. Saat ini Pemkot Tangerang melalui Dinas Pendidikan sedang mempersiapkan aturan dan skema untuk memudahkan proses PPDB tahun ajaran 2020/2021.
“Sebentar lagi akan ada penerimaan siswa baru. Kita siapkan seluruhnya secara online,” ujar Wali Kota Tangerang.
Menyinggung hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Masyati Yulia menjelaskan bahwa jalur PPDB tahun ini tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. “Masih kita bagi menjadi empat jalur yakni, jalur zonasi, jalur afirmasi, dan perpindahan orang tua. Kemudian, bagi siswa SMP ditambah dengan jalur prestasi,” katanya.
Masyati menjabarkan setiap persentase jalur PPDB sebagai gambaran peta penerimaan siswa. “Presentase untuk jalur zonasi pada tingkat SD sebesar 80 persen, namun untuk tingkat SMP hanya 50 persen. Kemudian, pada jalur afirmasi SD dan SMP sebesar 15 persen, perpindahan orang tua 5 persen, dan jalur prestasi bagi PPDB SMP sebesar 30 persen,” ungkap Masyati.
Melengkapi informasi sebelumnya, untuk penerimaan siswa didik baru, masyarakat Kota Tangerang dapat mengakses laman ppdbmandiri.tangerangkota.go.id atau melalui aplikasi Tangerang LIVE.(*/Idr)
BOGOR – Bupati Bogor Ade Yasin menyatakan bahwa sekolah-sekolah di Kabupaten Bogor akan kembali dibuka menyusul penerapan normal baru atau “new normal” setelah pencabutan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ade Yasin mengaku sudah menginstruksikan epada camat agar berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan kaitannya dengan persiapan new normal di sektor pendidikan.
Menurutnya, rombongan belajar (rombel) pada masing-masing sekolah akan diperbanyak untuk menjaga jarak di dalam kelas demi mengantisipasi penularan Virus Corona (Covid-19). Hal ini mengingat keterbatasan jumlah kelas di setiap sekolah.
“Saat menerapkan physical distancing (jaga jarak) maka ruangan kelas otomatis tidak akan mencukupi, jadi harus diubah skemanya. Misalkan, masuk sekolah dua hari-dua hari, atau pagi dan siang,” kata Ade Yasin usai memimpin rapat di kantornya, Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor itu menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat tengah menyusun rencana new normal di tengah pandemi Covid-19 jelang berakhirnya PSBB. “New Normal menjadi suatu keniscayaan, mengingat belum ada yang tahu kapan pandemi ini berakhir dan vaksin belum ditemukan. Oleh sebab itu, kita harus mulai mempersiapkan segala sesuatunya,” kata Ade Yasin.
Ia mengatakan, secara umum konsep new normal, yaitu kembali memberikan kelonggaran sosial setelah dilakukan pembatasan pada masa PSBB. Kelonggaran dijalankan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Masyarakat harus sadar dan patuh dalam menjalankan pola hidup sehat, memperkuat kekebalan tubuh, juga harus mampu beradaptasi menjadikan protokol kesehatan sebagai rutinitas sehari-hari,” paparnya.(*/T Abd)
JAKARTA – Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menyebutkan, terdapat penambahan 103 kasus positif Covid-19 per Kamis (28/5) hari ini. Sehingga total sudah 6.929 orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona jenis baru ini di Jakarta.
Sementara untuk orang yang dinyatakan sembuh bertambah 41 orang sehingga total menjadi 1.719 orang. Lalu kasus meninggal dunia bertambah enam menjadi total 514 orang.
“Sampai dengan hari ini kami laporkan, sebanyak 2.055 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.641 orang melakukan self isolation di rumah,” paparnya, Kamis (28/5/2020).
Ia menambahkan untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 17.069 orang, Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 13.635 orang, dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 9.577 orang.
Ani menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan metode RT-PCR. Di antaranya dengan membangun Laboratorium Satelit Covid-19, berlokasi di sebagian lahan RSUD Pasar Minggu sejak 9 April 2020 dan membangun jejaring dengan 36 laboratorium pemeriksa Covid-19.
Secara kumulatif, pemeriksaan PCR telah dilakukan di DKI Jakarta, sampai dengan 27 Mei 2020 sebanyak 138.476 sampel. Pada 27 Mei 2020, dilakukan tes PCR pada 2.365 orang, 1.061 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 103 positif dan 958 negatif.
Rapid test juga masih dilakukan di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP).
Total sebanyak 136.854 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif Covid-19 sebesar 4 persen. Rinciannya: 5.665 orang dinyatakan reaktif Covid-19 dan 131.189 orang dinyatakan non-reaktif.(*/Tya)
BOGOR – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor tengah merumuskan penerapan belajar di sekolah dengan adanya new normal yang akan segera ditetapkan .
Namun dengan catatan bahwa semua tenaga pendidik harus terbebas dari Covid-19.
Oleh karenanya, pihaknya akan melakukan rapid test kepada seluruh guru dan tenaga pendidik. Hal itu dilakukan untuk menjamin para siswa bisa terbebas dari Covid-19
“Kita masih membahas di lingkup Disdik. Ini juga harus disampaikan dengan Dinkes, harus diskusi dengan gugus tugas juga,” ujarnya , Kamis (28/05/2020).
Fahmi juga mengungkapkan Disdik tengah membuat formulasi tentang skema Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Selain tetap menganut protokol kesehatan, banyak hal yang harus dimodifikasi. Seperti jumlah siswa yang masuk, jam sekolah, persiapan tenaga pendidik dan kepala sekolah, serta sarana dam prasarananya.
Artinya, sambung Fahmi, dalam satu kelas akan diisi oleh kurang lebih 50 persen dari total siswa perkelas. Bahkan, bisa jadi hanya ada 25 persen dari total yang ada.
“Metode pembelajaran baru juga harus diadaptasikan. Meskipun belajar dengan daring masih tetap diberlakukan. Tapi semua itu, memang tak sesederhana yang dibayangkan,”ungkapnya.(*/Iw)
BANDUNG – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sedang menyiapkan skenario normal baru terkait masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021. Hal itu agar wabah Covid-19 tetap dapat ditekan dengan protokol kesehatan maksimal bagi pelajar SMA/SMK/SLB.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dewi Kartika, Disdik Jabar akan mengadaptasi protokol kesehatan di sekolah terutama SMA/SMK/ SLB kabupaten/kota yang menjadi urusan Pemerintah Provinsi Jabar. Protokol kesehatan ini akan menjadi pedoman bagi guru, siswa, dan orang tua agar tidak tertular virus.
Disdik Jabar, kata dia, akan mengacu pada data terbaru https://pikobar.jabarprov.go.id/ dalam menentukan SOP di kabupaten/kota dengan zona Covid-19 yang berbeda- beda.
Ike menyatakan, protokol kesehatan di sekolah pada prinsipnya tidak akan jauh berbeda dengan yang sudah ada, yakni jaga jarak (physical distancing) dan pola hidup sehat dan bersih.
Namun pada beberapa poin, ada penyesuaian seperti alat pelindung diri tambahan. Hal yang perlu diwaspadai, menurut dia, interaksi siswa sejak dari rumah, dalam perjalanan ke sekolah, di kelas bersama guru, serta interaksi dengan teman-temannya.
“Kita tidak tahu siswa berinteraksi di rumah dengan siapa saja, terus pergi sekolahnya pakai angkot ketemu siapa saja kita tidak tahu. Ini yang harus diantisipasi,” kata Dewi yang akrab disapa Ike, Rabu (26/5/2020).
Di sisi lain, dia mengatakan, Disdik sebetulnya tidak terlalu khawatir siswa SLTA tertular Covid-19 karena berdasarkan data kelompok usia sekolah paling tahan. Hal yang menjadi atensi, yakni siswa berpotensi menjadi pembawa virus bagi orang sekitar yang berusia lanjut.
Siswa dapat menularkan virus ke guru sepuh, orang tua di rumah, atau “teman” perjalanan saat menggunakan transportasi publik. “Anak-anak SMA itu pada kuat, tapi dia bisa menjadi carrier virus. Ini juga perlu jadi perhatian, “ kata Ike.
Hal lain yang perku diantisipasi, kata Ike, SOP penanganan jika di sekolah ternyata ada yang positif Covid-19. Meskipun protokol kesehatan Covid-19 di SLTA yang menyusun adalah Pemerintah Provinsi Jabar, tetapi yang melaksanakan kabupaten/kota.
“Jika misalnya ada kasus di sekolah, Provinsi tidak mungkin datang langsung ke sekolah, harus dari kabupaten/kota karena sekolahnya ada di daerah,” kata Ike.
Kendati demikian, Disdik Jabar akan membuat keputusan tergantung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang saat ini masih menunggu keputusan Satgas Percepatan Penanggulangan Covid-19. “Pak Menteri Nadiem ancar-ancar semester awal harus mulai di bulan Juli, tetapi pertama kali masuk sekolahnya di tanggal berapa harus nunggu informasi Satgas Covid Pusat,” ujar Ike.
Ike berharap, adaptasi protokol kesehatan di SMA/SMK/SLB ini dapat rampung secepat mungkin agar dapat disosialiasasikan ke kabupaten/kota. “Kementerian Pendidikan sudah ada plan A, plan B, plan C tapi belum sampai ke kita (Disdik). Insyaallah Jum’at ini sudah jelas,”terangnya. (*/Hend)
JAKARTA – Di tengah wacana new normal yang digaungkan pemerintah, jumlah kasus positif Covid-19 di Jakarta pada Rabu (27/5/2020) justru bertambah 105 orang dibandingkan hari sebelumnya. Hingga kini jumlah kasus postif Covid-19 di Jakarta menjadi 6.826 orang dengan jumlah pasien sembuh 1.678 orang.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan, total kasus hari ini sebanyak 6.826 orang positif, 1.689 orang dinyatakan telah sembuh dan 510 orang meninggal dunia. Sementara pada hari sebelumnya yakni, Selasa, 26 Mei 2020, jumlah total 6.721 orang positif, 1.678 orang dinyatakan telah sembuh dan 508 orang meninggal dunia.
“Sampai dengan hari ini kami laporkan, sebanyak 2.043 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit dan 2.584 orang melakukan self isolation di rumah,” kata Ani dalam siaran tertulisnya, Rabu (27/5/2020).
Ani melanjutkan, Untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 16.138 orang, Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 13.451 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 9.421 orang. Ani menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta juga telah meningkatkan kapasitas pemeriksaan metode RT-PCR, dengan membangun Laboratorium Satelit COVID-19, berlokasi di sebagian lahan RSUD Pasar Minggu sejak 9 April 2020 dan membangun jejaring dengan 36 laboratorium pemeriksa COVID-19.
Secara kumulatif, pemeriksaan PCR telah dilakukan di DKI Jakarta, sampai dengan 26 Mei 2020 sebanyak 135.286 sampel. Pada 26 Mei 2020, dilakukan tes PCR pada 1.036 orang, 882 di antaranya dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus baru, dengan hasil 105 positif dan 777 negatif.
Rapid test juga masih dilakukan di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP).
“Total sebanyak 133.854 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif COVID-19 sebesar 4 persen, dengan rincian 5.627 orang dinyatakan reaktif COVID-19 dan 128.227 orang dinyatakan non-reaktif,” ungkapnya.(*/Tya)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro