PEKALONGAN – Para siswa dan orang tua wali murid mengapresiasi adanya program guru mengajar melalui radio dan televisi lokal yang digagas Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, karena mereka terbantu memperoleh pelajaran sekolah yang dapat disimak di rumah.
Beberapa siswa di Pekalongan, Kamis (3/9), mengatakan bahwa para siswa merasa senang dan terbantu mendapatkan pelajaran sekolah di tengah masa pandemi Covid-19 karena selama kegiatan belajar mengajar ditiadakan sementara.
“Kami sangat senang dapat memperoleh pelajaran dari guru-guru yang bisa didengarkan melalui radio di rumah. Alhamdulillah, senang sekali ditemani bunda dapat menyimak ibu guru atau bapak guru menyampaikan materi pelajaran melalui radio,” kata Rara, siswa teman kanak-kanak (TK).
Dia yang didampingi ibunya mengatakan selama masa pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan sementara dan hanya dapat belajar dari rumah.
“Setiap hari, saya dapat tugas pelajaran dari ibu guru dan bapak guru untuk dikerjakan di rumah. Namun, terkadang ada pelajaran yang tidak dimengerti sehingga harus minta tolong pada bundanya,” katanya.
Orang tua siswa Rosyanti mengaku selama ini, anaknya hanya bermain setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Namun, kata dia, karena tugas guru yang diberikan pada anaknya hanya monoton sehingga menimbulkan kejenuhan.
“Oleh karena, kami sangat menyambut positif adanya program guru mengajar melalui radio dan TV lokal karena anaknya dapat mendengarkan pelajaran itu dengan baik. Kami senang dengan metode pelajaran ini karena anak-anak pada pukul 08.00 WIB sudah menyiapkan buku-buku pedoman dan buku tulis serta kelengkapan lainnya untuk menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru melalui radio,” katanya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Pekalongan Yos Rosidi mengatakan inovasi pembelajaran jarak jauh melalui radio dan TV ini mendapatkan dukungan dari Dinas Pendidikan dan PGRI setempat. Pembelajaran jarak jauh ini, kata dia, sudah dapat dinikmati oleh para siswa setiap hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB dengan masing-masing durasi per materi pembelajaran selama 25 menit.
“Kami berharap pembelajaran jarak jauh bagi siswa yang secara interaktif dan menyenangkan melalui radio dan TV lokal ini dapat diakses dari rumah dengan pendampingan orang tua,”jelasnya.(*/D Tom)
SURABAYA – Guru yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Surabaya, Jawa Timur, tersisa empat orang yang dalam perawatan. Sebelumnya, jumlah guru terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 394 orang.
“Hari ini guru yang terkonfirmasi hanya tinggal empat orang saja. Mereka dari Kecamatan Wonocolo. Saat ini karantinanya di Hotel Asrama Haji,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita di Balai Kota Surabaya, Kamis (3/9).
Menurut dia, berdasarkan data terbaru per Kamis, data kumulatif guru yang telah dilakukan swab test 4.460 orang. Dari jumlah tersebut, hasil yang sudah keluar berjumlah 3.686 orang dengan rinciannya, yakni pasien terkonfirmasi ada 394 orang dan negatif berjumlah 3.280 orang.
Ia menjelaskan pasien-pasien yang terpapar tersebut sebagian besar statusnya sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) dan tidak memiliki komorbid (penyakit penyerta) sehingga proses kesembuhan mereka bisa berlangsung cepat.
“Treatmennya tidak ada bedanya dengan pasien yang lain. Bahkan hingga hari ini kami terus melakukan tes swab kepada para guru-guru,” ujarnya.
Tidak hanya itu, ia mengatakan salah satu strategi agar pasien yang terpapar dapat lekas pulih, yakni dengan cara masif melakukan deteksi dini. Dari situlah saat diketahui hasilnya kemudian Dinkes langsung bergerak cepat untuk melakukan penanganan.
“Kenapa harus dilakukan pemeriksaan masif? Karena kita harus menemukan dari awal deteksi, begitu mengetahuinya langsung kita terapi. Ini salah satu cara kita, agar pasien banyak yang sembuh,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, ia juga memaparkan, bagi para guru yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) diwajibkan untuk ekstra menjaga kondisinya agar tidak kambuh. Misalnya, lanjut dia, penyakit diabetes harus tetap mengkonsumsi obat-obat yang dianjurkan agar diabetesnya tetap terkendali.
“Jadi seperti diabetes itu tidak mungkin sembuh. Tetapi dia bisa terkendali,” kata dia.
Bahkan, ia mengimbau kepada para guru agar memperketat dalam menjaga protokol, terutama menjaga jarak, mengenakan masker dan rajin cuci tangan, olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat dan berjemur sebelum pukul 09.00 WIB. Jika nantinya para guru datang ke sekolah maka dilarang untuk makan bersama-sama tanpa memperhatikan jarak.
“Apalagi ngobrol tanpa mengenakan masker. Jangan sampai itu terjadi karena kita tidak tahu virus itu ada dimana,” kata dia.
Selain itu, Febria mengatakan hingga Rabu (3/9) jumlah pasien kumulatif yang dinyatakan sembuh mencapai 9.989 orang. Angka itu merupakan bagian dari jumlah kumulatif pasien konfirmasi sebanyak 12.436 orang.
“Untuk yang dalam perawatan yakni 1.501 terdiri dari rawat jalan 692 orang, rawat inap rumah sakit 569 orang, Hotel Asrama Haji 163 orang dan RS lapangan 77 kasus,” tukasnya.(*/Gio)
BEKASI – Satuan Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menunda pembukaan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara tatap muka.
Sebab, Kabupaten Bekasi kembali berstatus zona merah akibat munculnya penularan corona di klaster kawasan industri.
Padahal sebelumnya, Gugus Tugas telah merekomendasikan agar KBM tatap muka di sekolah setingkat SMA sederajat pada tujuh kecamatan Kabupaten Bekasi kembali berjalan. Itu juga sesuai keputusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memperbolehkan kegiatan KBM Tatap Muka.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengatakan, untuk kegiatan KBM tatap muka di sekolah yang berada di Kabupaten Bekasi ditunda sementara hingga waktu yang belum ditentukan.
“Kami tunda demi kebaikan bersama dan menekan angka penyebaran Covid-19,” katanya.
Menurut dia, pihaknya beberapa waktu lalu menyampaikan telah merekomendasi 43 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di tujuh dari 23 kecamatan Kabupaten Bekasi. Rincian 43 sekolah itu berada di Kecamatan Muara Gembong dengan jumlah sebanyak lima SMA.
Kemudian, Kecamatan Tambelang tiga sekolah, Sukakarya tiga sekolah, Kedungwaringin 11 sekolah, Suka Wangi delapan sekolah, dan Cabangungin tujuh sekolah. Keluarnya rekomendasi itu, gugus tugas juga telah melakukan persiapan dan langsung bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Kemarin itu ada sekitar 4 sekolah yang sudah mengajukan permohonan untuk kembali melaksanakan proses KBM tatap muka, namun sekarang kami tunda,” tegasnya.
Untuk itu, pemerintah saat ini tengah fokus melakukan penanganan kluster Industri yang tersebar di wilayahnya.
Sebagaimana diketahui, penularan virus corona di Kabupaten Bekasi kembali melejit. PT LG Electronic Indonesia terdapat 242 karyawannya terpapar Covid-19, pabrik Suzuki ada 71 karyawannya terpapar Covid-19, dan PT Nippon Oilseal Kogyu Indonesia ada 88 karyawan terpapar Covid-19.(*/Eln)
LEBAK – Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah, setelah seorang guru teridentifikasi positif terjangkit Covid-19. Pemkab Lebak menutup sementara sekolah untuk mencegah penyebaran Covid-19.
“Kami menghentikan semua kegiatan belajar di sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi di Lebak, Sabtu (29/8/2020).
Menurutnya, guru yang positif Covid-19 tersebut bekerja di SDN 1 Rangkasbitung Timur, Jalan Siliwangi Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Pemerintah daerah kini menutup sementara sekolah agar tidak melaksanakan kegiatan belajar untuk pencegahan penyebaran Covid-19.
“Kami minta guru dan siswa agar menaati protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan menggunakan sabun,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan tes usap kepada siswa dan guru yang diduga kontak erat dengan penderita. Saat ini, pihaknya melaksanakan tes usap kepada guru setempat sebanyak 27 orang dan 21 siswa.
“Kami melakukan tes usap untuk pencegahan Covid-19 agar tidak menyebarkepada orang lain dan hasilnya bisa diketahui 12 hari,” tukasnya.(*/Dul)
SURABAYA – Wakil Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto mengaku terus memassifkan tes Covid-19 terhadap tenaga pengajar atau guru jenjang SD dan SMP di Surabaya. Irvan mengungkapkan, hingga saat ini sudah 3.127 guru atau setara 40 persen dari total guru yang ada di Surabaya, yang menjalani tes swab.
“Hasilnya yang terkonfirmasi positif totalnya 137 orang dan 4 orang meninggal dunia. Tapi yang meninggal itu karena ada penyakit penyerta (bukan murni Covid-19)” ujar Irvan di Surabaya, Rabu (26/8/2020).
Irvan mengatakan, sesuai perintah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, para guru SD dan SMP hingga saat ini diminta bekerja dari rumah (WFH). Dia mengulangi, hingga saat ini yang menjalani tes masih sekitar 40 persen dari total guru SD-SMP di Kota Pahlawan.
“Masih 30 sampai 40 persen yang dites. Selanjutnya para guru diminta kerja dari rumah, tes terus dilakukan,” ujarnya.
Menurut Irvan, tes massal pada guru ini sekaligus bagian dari pematangan persiapan bila nanti belajar tatap muka benar-benar dilakukan. Selain para guru, tes Covid-19 kemungkinan juga dilakukan pada para siswa. Namun itu dilakukan saat belajar tatap muka benar-benar dipastikan akan dimulai.
“Semua ini agar persiapan lebih matang, kita tidak terburu-buru memutuskan belajar tatap muka. Kami masih menyiapkan segala sesuatunya sehingga semuanya bisa terjamin keselamatannya bukan hanya murid tapi juga guru. Kalau tahapan tatap muka dimulai, para siswa dimungkinkan juga akan dilakukan tes swab,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo memastikan, sebelum memulai pembelajaran tatap muka sekolah jenjang SD dan SMP, pihaknya akan terlebih dahulu memastikan kondisi kesehatan guru, siswa, maupun elemen lain yang ada di sekolah.
Supomo memastikan, hingga saat ini pihaknya terus melakukan kajian-kajian mendalam sebelum rencana pembelajaran tatap muka itu direalisasikan. Artinya belum diputuskan, kapan pembelajaran tatap muka dilaksanakan.
“Karena itu kita nanti harus pastikan, gurunya sehat, muridnya sehat, petugas kebersihan sehat, petugas keamanan sehat dan protokol Covid-19 di sekolah itu harus ada semuanya,”tukasnya.(*/Gio)
GARUT – Kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah di wilayah Kabupaten Garut dipastikan belum bisa digelar sekarang ini.
Kepastian itu berlaku untuk semua jenjang pendidikan. Mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut maupun Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Hal itu karena kecenderungan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Garut terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Totong, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut sendiri semula berencana memulai belajar tatap muka di sekolah mulai September ini.
Namun karena belajar tatap muka tingkat SMA/SMK yang rencananya dimulai 18 Agustus 2020 pun urung karena kasus konfirmasi positif Covid-19 cenderung naik di hampir setiap kabupaten/kota di Jawa Barat maka rencana belajar tatap muka bagi satuan pendidikan setingkat PAUD hingga SMP di Garut pada September pun batal digelar.
Apalagi berdasarkan keputusan bersama empat menteri, tahapan belajar tatap muka di sekolah digelar setelah SMA/SMK, disusul jenjang di bawahnya, yakni SMP, SD kemudian PAUD.
“Prioritas utama pemerintah sebenarnya lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19,” kata Totong, Kamis (27/8/2020).
Dia mengatakan, kalaupun tahapan belajar tatap muka disekolah dimulai, dan sekolah dinyatakan aman, pihaknya tetap mesti mempertimbangkan jaminan keamanan pendidik maupun peserta didik selama perjalanan antarrumah dan sekolah dari ancaman penularan Covid-19. Baik dalam kendaraan umum maupun berjalan kaki.
“Ketika semakin banyak kerumunan maka semakin banyak pula yang harus diantisipasi, ini berisiko terjadi kluster baru, dan ini bahaya juga. Jadi, kita mengikuti aturan pusat saja,”tukasnya.(*/Dang)
SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyetujui rencana uji coba kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka tujuh sekolah di tiga daerah saat pandemi Covid 19. Ketiganya adalah Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kota Tegal.
“Tiga daerah yang akan menggelar sekolah tatap muka sudah mempersiapkannya dengan baik. Regulasi, pemenuhan sarana prasarana dan simulasi juga sudah dilakukan,” kata Ganjar di Semarang, Rabu (26/8/2020).
Terkait dengan uji coba sekolah tatap muka yang akan dilaksanakan pada awal September 2020 itu, Ganjar meminta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng menerjunkan tim untuk melakukan supervisi.
Ganjar mengaku sudah melihat sendiri video tentang simulasi sekolah tatap muka di tiga daerah itu dan yakin semuanya bisa berjalan dengan baik.
“Yang saya wanti-wanti itu soal transportasinya, dari mereka berangkat sampai pulang. Tadi ada inovasi, sekolah bekerja sama dengan angkutan desa, diatur, dan dimanajemen dengan baik. Kalau sarana prasarana saya lihat sudah siap, tinggal manajemen pelaksanaannya yang perlu diawasi,” ujarnya.
Apabila uji coba sekolah tatap muka ini berjalan lancar, lanjut Ganjar, maka tidak menutup kemungkinan akan dilakukan penambahan, namun apabila ada yang kurang akan dievaluasi. “Kita lihat nanti seperti apa, kalau lancar ya kita tambah, kalau kurang harus dievaluasi,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Disdikbud Jateng Padmaningrum menambahkan tujuh sekolah yang ditunjuk melakukan uji coba sekolah tatap muka adalah SMAN 1 Parakan dan SMKN 1 Temanggung, SMAN 2 dan SMKN 2 Wonosobo, SMAN 2 dan SMKN 2 Kota Tegal dan satu SMA swasta di Tegal, yakni SMA Pius.
“Ini baru uji coba, bukan sekolah seperti biasanya. Jadi sebelum uji coba itu, semua sekolah yang ditunjuk sudah melakukan simulasi, menyediakan sarana prasarana sesuai protokol kesehatan, menggelar rapat dengan orang tua siswa dan lainnya,” ujarnya.
Setiap sekolah yang menggelar uji coba sekolah tatap muka itu dibatasi jumlah siswanya sepertiga atau maksimal separuh dari jumlah siswa per kelasnya dan jam belajar di sekolah juga dibatasi, yakni maksimal 4 jam per shift.
“Kami juga akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat mulai siswa berangkat hingga pulang. Untuk transportasi, jika ada siswa yang tidak memiliki kendaraan, maka kami meminta sekolah bekerja sama dengan angkutan desa atau angkutan di daerah setempat, dengan juga membatasi jumlah siswa dan kebersihan angkutan itu,”ujarnya.(*/D Tom)
MOJOKERTO – Ribuan guru dan tenaga pendidikan SMA/SMK Negeri di Kota dan Kabupaten Mojokerto menjalani rapid test Covid-19, dan itu gratis karena merupakan Program Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Dua hari digelar, kegiatan rapid test massal itu kini sudah selesai dilaksanakan di tiga sekolah yang telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yaitu di SMK Negeri 1 Dlanggu, SMA Negeri 1 Mojosari dan SMA Negeri 1 Puri.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Mojokerto, Kresna Herlambang mengatakan jumlah guru yang mengikuti rapit tes mencapai 1.968 orang. Sebanyak 24 di antaranya reaktif Covid-19.
Baca Juga: Penjelasan Risma Soal Guru Didapati Positif Covid-19 dan Sekolah Belum Bisa Dibuka
“Hasil alhamdulilah sebagian besar tidak bertindaklanjut, tetapi ada informasi dari pengencekan kemarin di wilayah Puri itu 7 orang reaktif, di Dlanggu 6 orang, dan di Mojosari 11 orang.
Tapi dari data yang reaktif tadi ternyata sudah dapat kita pastikan karena rata-rata mereka datang dalam kondisi sakit,” ujar Kresna.
Semua yang reaktif corona itu dilarang untuk ke sekolah dan diminta melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Sampai sejauh ini mereka yang reaktif belum diikutkan untuk menjalani swab test Covid-19.
“Mereka rata diminta untuk untuk isolasi mandiri. Karena sudah kelihatan persoalannya,”tukasnya.(*/Gio)
NGANJUK – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadikan SMAN 2 Nganjuk sebagai lokasi referensi bagi sekolah lain saat uji coba kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di tengah pandemi Covid-19.
“Insya Allah yang dilakukan di SMAN 2 Nganjuk ini aman bagi siswa,” kata Gubernur Jatim Khofifah saat memantau kegiatan belajar-mengajar di Nganjuk, Senin (24/8).
Khofifah menjelaskan format yang dilakukan di SMAN 2 Nganjuk bisa dijadikan referensi. Di masing-masing meja belajar siswa diberikan pembatas sekat plastik mika.
Selain itu, air conditioner (AC) dalam kelas juga tidak dinyalakan sehingga menggunakan ventilasi udara biasa. Hal ini dilakukan agar sirkulasi udara dan oksigen dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan pelaksanaan uji coba pembelajaran ini akan dievaluasi pada tiga pekan pelaksanaannya. “Mudah-mudahan tiga pekan nanti bisa dievaluasi dengan baik untuk dapat dilaksanakan jumlah jamnya atau jumlah jadwalnya,” kata Novi.
Ia menambahkan berencana mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Nganjuk tentang kepatuhan menggunakan masker di semua tempat. Bagi yang melanggar akan diberi sanksi.
Ia juga mengatakan evaluasi akan dilakukan guna memastikan apakah kegiatan KBM di sekolah tingkat bawahnya juga bisa berjalan, baik SMP maupun SD.
“Sanksinya mulai ringan sampai yang sedang. Untuk sekolah-sekolah sudah ada petunjuk-petunjuk. Tingkat SD-SMP menunggu evaluasi dari SMA dulu. Kalau SMA-nya tiga pekan dievaluasi berjalan dengan baik, maka Kabupaten Nganjuk untuk SMP akan menyusul. Berikutnya nanti dievaluasi satu bulan berjalan maka SD menyusul,” kata dia.
Dalam kunjungan ke Nganjuk tersebut, Khofifah juga memberikan bantuan berupa 4.000 masker kain dan 600 face shield untuk tiga sekolah.
Pada SLB Shanti Kosala Mastrip diberikan bantuan sebanyak 500 masker kain dan 100 buah face shield. SMKN 1 Tanjung Anom Nganjuk diberikan bantuan sebanyak 2.500 masker kain dan 300 buah face shield.
Sementara untuk SMAN 2 Nganjuk bantuan yang diberikan berupa 1.000 masker kain dan 200 face shield. Khofifah mengunjungi tiga sekolah di Kabupaten Nganjuk, yakni Sekolah Luar Biasa (SLB) Shanti Kosala Mastrip Nganjuk, SMKN 1 Tanjung Anom Nganjuk, dan SMAN 2 Nganjuk.
Tiga sekolah tersebut membuka uji coba sekolah tatap muka dengan jumlah siswa terbatas sekitar 25 persen dari jumlah normal. Kegiatan uji coba tersebut dilakukan mulai 18 sampai dengan 31 Agustus 2020.
Pada kunjungan tersebut, gubernur didampingi Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat, Ketua DPRD Kabupaten Nganjuk, Forkopimda Kabupaten Nganjuk, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, dan beberapa jajaran Kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim.(*/Gio)
SURABAYA – Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi memastikan uji coba sekolah tatap muka untuk jenjang SMA, SMK dan SLB, digelar pada Selasa 18 Agustus 2020. Dia pun menegaskan, uji coba sekolah tatap muka tersebut belum akan digelar di Surabaya dan Sidoarjo, mengingat risiko penularan Covid-19 masih tinggi.
Menurut Wahid, dua daerah itu masih zona merah. Meski dalam peta risiko Satgas Covid-19 per Senin 17 Agustus 2020, Surabaya sudah masuk zona oranye.
“Surabaya dan Sidoarjo belum karena zona merah. Zona merah belum dibuka. Tapi semua fleksibel sesuai kondisi masing-masing,” ujar Wahid di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (17/8/2020).
Wahid tidak mengungkapkan, berapa jumlah sekolah yang telah menyatakan siap dan akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka tersebut.
Wahid hanya mengatakan, selain tidak diperuntukkan bagi zona merah, pembukaan aktivitas belajar mengajar tatap muka harus mengantongi sejumlah syarat wajib.
Sekolah tingkat SMA, SMK, dan SLB sederajat harus mendapat izin dari satuan tugas Covid-19 di masing-masing kabupaten/kota. Kemudian siswa yang masuk harus mendapatkan persetujuan dari wali murid.
“Bagi yang tidak mendapatkan izin dari orang tua, tetap akan dilaksanakan pengajaran jarak jauh,” ujarnya.
Dua syarat wajib yang disebutkan Wahid tersebut diakuinya telah disampaikan kepada kepala sekolah dan kepala cabang dinas di setiap wilayahnya. “Ini berlaku hanya untuk SMA SMK SLB dan setingkat SMA. Tidak berlaku untuk SD dan SMP,” kata dia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dijadwalkan akan meninjau langsung pelaksanaan hari pertama uji coba terbatas, yakni SMAN 2 dan SMKN 2 Kota Probolinggo. Sekolah yang membuka belajar tatap muka nantinya akan dievaluasi pada akhir Agustus. “Hasilnya kita akan evaluasi di akhir Agustus,”tukasnya.(*/Gio)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro