SERANG – Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) memulai pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19. Pembelajaran dimulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Kepala Dindikbud Kabupaten Serang Asep Nugrahajaya mengungkapkan, pembelajaran tatap muka terbatas telah dimulai pada 21 April 2021. “Sesuai intruksi Ibu Bupati, pembelajaran tatap muka terbatas sudah dimulai. Tahap awal 21 April sebanyak 438 SD,” kata Asep melalui keterangan tertulis, Minggu (2/5/21).
Asep menambahkan, kemudian pada tahap keduapad 26 April bertambah menjadi 624 SD. “Insya Allah semua proses pembalajaran tatap muka ini mematuhi protokol kesehatan, dan saat ini resmi sudah diizinkan 624 SD dari 721 SD negeri dan swasta,” ungkapnya.
Dindikbud Kabupaten Serang juga sudah berkirim surat kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang perihal monitoring pembelajaran tatap muka. Kebijakan ini pun diambil setelah dilakukan vaksinasi kepada para pendidik dan tenaga kependidikan. “Kita kuatkan koordinasi dengan Dinkes Kabupaten Serang untuk monitoring kegiatan di sekolah,” ujarnya.
Sekadar diketahui, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah sudah mengeluarkan surat bernomor 420/1063-Disdikbud.2021 perihal percepatan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di Kabupaten Serang. Pembelajaran tatap muka dimulai sejak 21 April dengan berbagai syarat ketat, mulai dari izin pemerintah daerah hingga persetujuan orangtua.
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah meminta pendidik dan tenaga kependidikan menjalankan semua protokol kesehatan selama proses pembelajaran tatap muka. “Peran serta orangtua juga cukup penting. Termasuk pembelajaran tatap muka harus persetujuan komite sekolah dan orangtua,” ujarnya.
Menurut Tatu, pembelajaran tatap muka dilakukan bertahap sesuai kebijakan pemerintah pusat, sesuai kewenangan pemerintah daerah. “Mari kita disiplin bersama, menjalankan protokol kesehatan. Mari juga menguatkan doa agar pandemi Covid-19 segera berakhir,” jelasnya.(*/Dul)
JAKARTA – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan duka cita yang mendalam dan terhadap keluarga awak KRI Nanggala 402. Ia juga menyampaikan komitmen kementerian untuk mendukung pendidikan putra putri 53 awak KRI Nanggala.
Nadiem mengatakan, keluarga besar di kementerian sangat berduka cita atas wafatnya para patriot penjaga kedaulatan negara tersebut. “Negara ini berhutang budi, bahkan nyawa kepada awak KRI Nanggala 402. Membantu anak-anak para patriot ini agar dapat mengenyam pendidikan adalah setidaknya yang dapat kami lakukan,” kata Nadiem, dalam keterangannya, Kamis (29/4).
Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek, Abdul Kahar menyampaikan arahan Menteri Nadiem terkait pemberian beasiswa. Ia menegaskan, seluruh anak keluarga KRI Nanggala akan diberikan beasiswa pendidikan.
Presiden Jokowi menyampaikan kesedihan mendalam dan mengajak masyarakat Indonesia memanjatkan doa bagi seluruh kru KRI Nanggala-402 yang mengalami musibah tenggelam.
“Beasiswa pendidikan diberikan bagi seluruh anak keluarga KRI Nanggala 402. Pada tahap awal akan diberikan beasiswa kepada 51 anak yang terdiri dari 34 anak jenjang SD, 5 anak jenjang SMP, 4 anak jenjang SMA, dan 8 anak jenjang pendidikan tinggi,” kata dia menjelaskan.
Kahar menambahkan, tahun ini, beasiswa diberikan bagi anak keluarga yang sudah masuk pendidikan formal. Nantinya beasiswa akan diberikan juga bagi mereka yang saat ini masih balita. Ia menjelaskan, semuanya akan diberikan secara bertahap.
Kapal selam buatan Jerman pada 1977 itu hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4). Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian besar-besaran, termasuk dengan mendatangkan bantuan dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapura.Pada Ahad (25/4), KRI Nanggala-402 dinyatakan berstatus subsunk (tenggelam) di kedalaman 838 meter, dan 53 awak KRI Nanggala dinyatakan gugur.(*/Ind)
CIBINONG – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor akan melanjutkan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah-sekolah se-Kabupaten Bogor. Dilanjutkannya uji coba PTM itu menyusul keputusan Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor yang memperbolehkan PTM pada perpanjangan ke-15 PPKM di Kabupaten Bogor.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Atis Tardiana mengatakan, uji coba PTM akan diperpanjang hingga 3 Mei 2021. Tak hanya memperpanjang uji coba PTM, Disdik Kabupaten Bogor juga berncana menggelar PTM di sejumlah wilayah. Khususnya wilayah yang sulit terjangkau sinyal internet atau blank spot.
Namun, Atis mengatakan, rencana tersebut akan dirumuskan terlebih dahulu bersama pihak terkait.
“Untuk rencana PTM bagi daerah susah sinyal atau blank spot, akan kami rumuskan bersama dengan pihak-pihak terkait. Tapi karena PPKM diperpanjang, kami juga akan memperpanjang uji coba PTM,” kata Atis, Sabtu (24/4).
Lebih lanjut, Atis mengatakan, jika di uji coba PTM nanti ditemukan kasus positif Covid-19 seperti yang terjadi pada sebuah SMA di Leuwiliang beberapa waktu lalu, maka PTM hanya akan dihentikan di sekolah yang terdapat kasus positif Covid-19 saja. Sedangkan, sekolah lainnya masih dapat melanjutkan pembelajaran di sekolah dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Disdik dan Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah 1 Kabupaten Bogor yang menaungi SMA sederajat.
Untuk itu, Atis meminta pihak sekolah untuk memastikan betul kondisi para peserta didiknya. Dia juga meminta agar seluruh siswa dipastikan untuk segera pulang ke rumah setelah belajar di sekolah.
“Kalau ada yang positf, yang dihentikan di sekolah hanya yang positif saja. Makanya anak-anak juga diharuskan langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah. Ini smeua demi menjaga agar peserta didik tidak terpapar Covid-19,” tuturnya.
Dia menambahkan, meski uji coba PTM diperpanjang, namun numlah sekolah yang melaksanakan uji coba PTM tidak bertambah. Yakni sebanyak 170 sekolah mulai dari SD, SMP sederajat, dan SMA sederajat.
Sebelumnya, Kepala Disdik Kabupaten Bogor, Entis Sutisna memaparkan ada 170 sekolah yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor, sudah siap untuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
Entis mengatakan, sekolah yang dinilai siap merupakan sekolah yang memiliki fasilitas kesehatan yang baik. Namun, pembelajaran tatap muka nantinya tetap dilakukan secara terbatas.
“Secara keseluruhan di Kabupaten Bogor ada 170 sekolah diizinkan menggelar uji coba sekolah tatap muka. Terdiri atas 29 SD, 24 MI, 28 SMP, 18 MTS, 7 MA, 32 SMA dan 32 SMK,”tandasnya.(*/Ind)
CIBINONG – Simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di 170 sekolah di Kabupaten Bogor terhitung sudah sepekan dilaksanakan. Selama sepekan tersebut, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor belum menemukan adanya kasus atau klaster penyebaran Covid-19 di satuan pendidikan.
Sebab, sebelumnya Sekretaris Disdik Kabupaten Bogor, Atis Tardiana mengatakan, simulasi PTM akan dihentikan jika ditemukan adanya kasus positif Covid-19 di sekolah. Berdasarkan ketentuan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis simulasi PTM di Kabupaten Bogor.
“Mudah-mudahan ini berjalan mulus sehingga kita bisa evaluasi dan kita tingkatkan nanti untuk sekolah lain yang ingin melakukan PTM. Tentunya kami dengan tim harus memverifikasi dan validasi juga,” kata Atis, Senin (22/3/21).
Di sisi lain, Atis menerangkan, antusias dari siswa dan guru pun dinilai cukup tinggi. Mengingat sudah setahun lebih pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan akibat pandemi Covid-19.
Dengan kondisi yang terbilang terkendali ini, Atis menuturkan, ada 100 sekolah lagi yang mengajukan permohonan digelarnya simulasi PTM untuk sepekan kedepan. Namun, Disdik Kabupaten Bogor belum bisa mengizinkan sekolah-sekolah tersebut untuk langsung melaksanakan simulasi PTM.
Sebab, ujar Atis, pihak Disdik Kabupaten Bogor masih harus melakukan verifikasi dan validasi kesiapan sekolah-sekolah tersebut. Sebelum benar-benar menggelar simulasi PTM. Bahkan, angka tersebut masih bisa bertambah. “Di saya yang sudah disposisi ada 100 sekolah, kelihatannya masih nambah,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Disdik Kabupaten Bogor, Entis Sutisna memaparkan ada 170 sekolah yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor, sudah siap untuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
Entis mengatakan, sekolah yang dinilai siap merupakan sekolah yang memiliki fasilitas kesehatan yang baik. Namun, pembelajaran tatap muka nantinya tetap dilakukan secara terbatas.
“Secara keseluruhan di Kabupaten Bogor ada 170 sekolah diizinkan menggelar uji coba sekolah tatap muka. Terdiri atas 29 SD, 24 MI, 28 SMP, 18 MTS, 7 MA, 32 SMA dan 32 SMK,”katanya.(*/De)
BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi telah membuka Adaptasi Tatanan Hidup Baru Satuan Pendidikan (ATHB-SP). Langah ini, menandakan dibukanya kembali kegiatan sekolah secara tatap muka.
Salah seorang orang tua murid, Nisa (38), menyambut baik adanya rencana pembukaan kegiatan sekolah tatap muka ini. Penyebabnya adalah tingginya biaya yang harus ditanggung untuk melaksanakan sekolah daring.
Dia yang memiliki tiga anak sekaligus itu mengaku cukup berat membiayai kuota untuk melaksanakan kelas anak-anaknya. “Kesulitan banyak ya. Otomatis kuota bertambah apalagi yang anaknya dua atau tiga untuk classroom kan menguras itu juga,” ujar dia saat diterimui dikutip dari republika, Senin (22/3/21).
Di samping itu, kata dia, sekolah online juga dinilai kurang efektif lantaran hanya bersifat satu arah saja. Sehingga, anak-anak kesulitan mencerna pelajaran terutama untuk jenis pelajaran eksak.
“Anak juga hanya dikasih soal, ga dikasih penjelasan, apalagi matematika rumus itu mereka bingung, kalau cari di google susah,” ungkapnya.
Kendati begitu, dia juga tetap khawatir terkait masih adanya pandemi Covid-19. “Pasti ada (kekhawatiran), tapi ya daripada anak di rumah mulu juga kasihan nggak ada kegiatan, hanya di rumah di kamar saja. Kita juga berserah diri saja,” ungkapnya.(*/Eln)
SLEMAN – Hampir semua sektor pendidikan sudah melaksanakan pembelajaran daring mengatasi permasalahan yang terhambat karena pandemi covid-19. Bosan jadi salah satu persoalan baru yang harus dihadapi selama pembelajaran daring berlangsung.
Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia (UII), Ratna Syifa’a Rachmahana mengatakan, masalah itu lebih banyak dialami siswa-siswa yang baru naik jenjang. Seperti kelas VII SMP atau kelas X SMA.
Terlebih, ia mengingatkan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) memang menekankan kepada kemandirian siswa. Karenanya, Ratna berpendapat, biasanya siswa-siswa yang tidak mandiri akan lebih banyak yang merasa kesulitan selama ikuti pembelajaran daring.
Ada beberapa metode pengajaran yang akan membuat siswa cepat beradaptasi seperti dengan studi kasus, karya tulis, proyek penelitian dan e-learning. Namun, perlu peran yang sangat besar dari orang tua agar bisa mendampingi siswa mengikuti PJJ.
Peran yang bisa dilakukan mulai dari terlibat aktif untuk bisa mendampingi proses belajar anak. Tentu, berbeda menangani siswa SD dan siswa SMA, dan sebagai orang tua mereka dapat memberikan proyek ‘life skill’ yang bisa dipelajari di rumah.
“Hal lain yang perlu dilakukan memberi batasan waktu dan konten dalam penggunaan gawai dari internet. Jelaskan apa efek positif dan negatif penggunaan internet tersebut,” kata Ratna dalam webinar yang digelar Fakultas Kedokteran UII, Rabu (17/2).
Ia menuturkan, supportive menjadi gaya parenting yang ideal untuk mendampingi siswa. Karenanya, selain menerapkan batas aturan harus dijelaskan pula alasan, agar anak-anak bisa secara sadar menentukan sikap dan memiliki tanggung jawab.
Sedangkan, yang perlu dihindari dari orang tua kepada anak tidak lain kebiasaan menuntut prestasi akademik yang tinggi. Menurut Ratna, kondisi itu dapat memicu siswa-siswa menjadi penyontek dengan alasan ingin membahagiakan orang tua mereka.
“Karenanya, orang tua diharapkan bisa bersinergi dengan guru atau sekolah agar tercapai kondisi ideal untuk siswa, orang tua dan guru,” ujar Ratna.(*/Ind)
BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat mengajukan 28 ribu vaksin untuk guru dan tenaga pendidikan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dedi Supandi, jumlah itu akan dibagi secara bertahap dengan prioritas kepada sekolah yang akan menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka.
Dedi mengatakan, sedang mendata sekolah yang akan menggelar sekolah tatap muka. Saat ini, di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sudah ada sekitar 2.870 sekolah di berbagai wilayah yang mengajukan sekolah tatap muka.
Namun, kata Dedi, dari kajian yang sudah dilakukan, jumlah yang ideal untuk melakukan tatap muka hanya 626 sekolah. Ribuan lainnya bukan karena tidak siap dengan infrastruktur penunjang, namun karena pertimbangan lokasinya berada di wilayah yang tingkat kerawanannya tinggi.
Meski demikian, kata dia, keputusan untuk menggelar sekolah tatap muka tetap berada dalam kewenangan pemerintah kabupaten kota. Dedi mengatakan, pihaknya hanya berupaya menyediakan sarana, meskipun keputusan nantinya sekolah tatap muka atau tetap daring.
“Guru yang akan divaksin itu banyak, bisa mencapai 28 ribu. Nanti kami buat tahapan sekolah mana dulu yang mau melakukan tatap muka. Yang kedua, usia guru,” ujar Dedi, Senin (15/2).
Vaksinasi, kata dia, sangat diperlukan bagi tenaga pendidikan setelah program untuk tenaga kesehatan rampung. Hal ini agar proses pembelajaran bisa berjalan lancar dan tidak terjadi kasus Covid-19 di lingkungan sekolah.
Pengajuan vaksin ke Dinas Kesehatan pun disesuaikan dengan jumlah guru dan staf pengajar yang ada di Jabar. “Yang jelas, pekan depan kami sudah akan menyiapkan vaksin buat guru,” ucapnya.(*/He)
TASIKMALAYA – Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat memastikan tak ada aturan yang mewajibkan siswa-siswi untuk menggunakan seragam tertentu yang identik dengan agama, termasuk penggunaan hijab. Aturan terkait pemakaian seragam di Kota Tasikmalaya dinilai selalu merujuk pada aturan secara nasional.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Budiaman Sanusi mengatakan, tidak ada aturan yang mewajibkan atau melarang siswi menggunakan hijab. Selama ini, ia menambahkan, pihaknya selalu mengikuti aturan secara nasional.
“Yang mau berbusana Muslim silakan, yang tidak juga tidak dipaksa. Yang penting sopan dan sesuai seragam,” kata dia dikutip dari republika.co.id, Jumat (5/2/21).
Ia mencontohkan, tak semua siswa di sekolah umum menggunakan menggunakan hijab. Jangankan pemaksaan kepada siswi nonmuslim, lanjut dia, siswi uslim di Kota Tasikmalaya juga ada yang tak memakai jilbab, meski kecil jumlahnya.
Pemakaian seragam siswa di Kota Tasikmalaya secara umum mengikuti aturan nasional. Namun, khusus untuk pemggunaan batik disesuaikan dengan identitas lokal.
“Jangankan untuk nonmuslim, yang muslim tak pakai jilbab juga tak ada sanksi apapum. Itu hak pribadi, kepercayaan terhadap agama masing-masing,” kata dia.
Menurut Budiaman, meski berjuluk “Kota Santri”, Tasikmalaya juga menjunjung tinggi kebhinekaan. Sebab, pada dasarnya Indonesia bukan negara Islam. Alhasil, aturan yang dibuat menjunjung kebhinekaan.
Ia juga meminta pihak sekolah tak mengeluarkan aturan terkait penggunaan seragam yang mengarah pada identitas agama tertentu. “Alhamdulillah sampai saat ini belum terdegar kasus-kasus seperti itu,” terangnya.(*/Dang)
JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, akhirnya memberikan keputusan terhadap pengadaan Ujian Nasional (UN) dan Ujian kesetaraan yang akan digelar tahun 2021 ini.
Pada 1 Februari 2021, Nadiem Makarim mengeluarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 1 tahun 2021 tentang Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksaan Ujian Sekolah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Surat edaran itu menjelaskan jika Ujian Nasional (UN) dan ujian kesetaraan tahun 2021 ditiadakan.
Dengan ditiadakannya dua ujian tersebut makan UN dan ujian kesetaraan tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Para peserta didik akan dinyatakan lulus dari satuan atau program pendidikan jika telah menyelesaikan program pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Dikabarkan Antara, kelulusan dilihat dari bukti rapor tiap semester, dengan memperoleh nilai sikap atau perilaku yang minimal baik dan mengikuti ujian yang diselenggarakan pihak sekolah.Adapun ujian diselenggarakan oleh sekolah dilaksanakan dalam bentuk portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap atau perilaku dan prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes secara luring atau daring dan atau bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidik. Begitu juga dengan peserta didik penyetaraan.
Sedangkan untuk para peserta didik di lingkup SMK, selain ujian tertulis juga dapat mengikuti ujian kompetensi keahlian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan.
Tak berbeda dengan kenaikan kelas, dilakukan dalam bentuk portofolio, penugasan tes secara luring dan daring, dan atau bentuk kegiatan lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
Dalam surat edaran itu dijelaskan ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dirancang untuk mendorong belajar bermakna dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.
Sedangkan untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan sesuai dengan Permendikbud Nomor 1 tahun 2021 tentang PPDB pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK.
Selain permasalahan UN dan ujian kesetaraan, Kementerian Pendidikan dan Budaya juga menyediakan bantuan teknis bagi daerah yang memerlukan mekanisme PPDB daring.(*/Ta)
PANDEGLANG – Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Pandeglang terus melonjak, dengan total 1.278 kasus positif pada akhir Januari 2021.
Dari ribuan kasus tersebut, Satgas Covid-19 Pandeglang menyebut, terdapat tiga kepala sekolah di Kabupaten Pandeglang yang juga terpapar virus berasal dari negeri Cina tersebut.
“Betul, ada laporan tiga pasien yang berstatus sebagai kepala sekolah positif (Covid-19),” kata Jubir Satgas Covid-19 Pandeglang, Achmad Sulaeman saat ditemui di Pandeglang, Banten, Senin (1/2/2021).
Sulaeman mengatakan, pihaknya saat ini masih belum mendapatkan data lengkap di mana ketiga kepala sekolah tersebut bertugas. Namun, diketahui salah satu kepala sekolah tersebut tengah menjalani masa isolasi mandiri di Wisma PKPRI Pandeglang. Sementara dua lainnya menjalani isolasi di rumahnya masing-masing.
“Untuk data detailnya akan kami cek ke Puskesmas setempat,” katanya.
Pihaknya berencana akan melakukan tracking terhadap lingkungan tempat tinggal ketiga kepala sekolah tersebut. Hal tersebut dilakukan guna mememutus rantai penyebaran Covid-19 terutama kepada orang terdekat yang memiliki kontak erat dengan ketiga kepala sekolah itu.
“Kami akan lakukan upaya pencegahan dengan cara tracking terhadap anggota keluarga, tetangga, dan orang yang menjalin kontak erat dengan pasien posiitif, “tandasnya.
Untuk diketahui, kasus konfirmasi positif Corona di Pandeglang hingga kini masih berada di angka 1.278 kasus. Dengan 1.122 orang dinyatakan sembuh, 137 masih menjalani isolasi dan 19 orang meninggal dunia. (*/Dul)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro