JAKARTA - Nilai tukar rupiah hingga Rabu (15/5) terhadap dolar AS masih melemah. Rupiah berada pada level Rp14.448 /dolar AS atau turun tipis dibanding sehari sebelumnya.
Sehari sebelumnya tercatat Rp14.444/dolar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah ditanggapi beragam. Ada yang menilai melemahnya rupiah itu sebagai imbas perang dagang antara China dan AS.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkap ketegangan perang dagang AS dan China kembali berlanjut, sehingga masih menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Sedangkan Ketua DPR Bambang Soesatyo mengungkap melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan indeks harga saham gabungan, karena dampak perang dagang antara AS-China.
Karena itu, ia meminta Bank Indonesia (BI) tetap berkomitmen menjaga stabilitas moneter dan menyiapkan solusi serta langkah mitigasi agar pergerakan kurs dapat kembali normal.
“BI juga harus lebih cermat mengawasi berbagai aspek yang mempengaruhi, mengingat stabilitas nilai tukar menjadi suatu hal yang penting,” ucapnya.
Berkaitan nilai perdagangan yang impor lebih besar dari ekspor, Bamsoet mendesak Kemendag memberi insentif ekspor, guna mendapatkan surplus perdagangan dan mengurangi neraca keseimbangan primer negatif.
“Ini mengingat perang dagang tersebut berpotensi berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang,” jelas Bamsoet.
Berbeda pendapat dengan Direktur Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi. Ia mengungkap melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS karena faktor politik dalam negeri.
Seperti diketahui, neraca dagang Indonesia pada April 2019 defisit senilai 2,5 miliar dolar AS. Angka ini jauh lebih besar dibanding konsensus yang hanya sebesar 497 juta dolar AS. Defisit pada April ini merupakan terbesar pertama dalam 3 bulan terakhir. (*/Nia)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro