SURABAYA - Dinas Pendidikan Jawa Timur (Disdik Jatim) meminta sekolah dasar (SD) di setiap daerah ikut serta menyiagakan gedungnya sebagai tempat karantina bagi pemudik yang pulang ke kampung halamannya.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu (4/4/2020) mengatakan upaya ini dilakukan pemerintah provinsi untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19 yang semakin meluas.
"Ibu Gubernur berkoordinasi dengan bupati/wali kota, dan dinas pendidikan setempat agar mempersiapkan gedung SD untuk menampung atau tempat karantina bagi masyarakat yang datang dari luar daerah, khususnya sejak 14 hari kedatangan," ujarnya.
Wahid mengatakan pemakaian gedung SD sebagai tempat karantina merupakan pilihan terakhir setelah menyiagakan berbagai fasilitas yang ada di kota dan kabupaten. Tidak semua ruangan di gedung sekolah digunakan, namun dipilih ruangan yang sesuai dengan kondisi gedung dan fasilitas yang ada.
"Minimal ada karpet untuk istirahat. Protokol kesehatan juga harus diterapkan yakni satu ruangan maksimal 20 orang," ucapnya.
Mantan Kepala Dinas Perhubungan Jatim itu mengaku belum mengetahui pasti sampai kapan protokol karantina bagi pemudik ini diberlakukan. Ia hanya menduga, proses karantina akan berlangsung hingga angka penyebaran COVID-19 di Jatim turun. "Termasuk proses belajar di rumah juga masih melihat perkembangan kasus COVID-19 ini," katanya.
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kota Surabaya, M Aris Hilmi mengaku belum menerima edaran ataupun pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Jatim terkait kesiagaan ruangan di SD untuk karantina pemudik. "Belum dengar saya, kalau memang ada nanti kami keputusannya kepala dinas, dan juga harus koordinasi dengan dinas kesehatan," katanya.
Aris mengungkapkan sejauh ini kegiatan di SD masih berjalan, sebab menerapkan kebijakan piket bagi guru dan tenaga kependidikan sekolah yang bertugas. "Jadi tetap ada orangnya di SD itu atau yang bertugas piket, tapi jumlahnya berbeda tiap sekolah,"paparnya.(*/Gio)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro