JAKARTA - Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr H Ahmad Ridho DESA mengakui situasi sosial politik menjelang pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) 2019 sangat panas.
Dia berharap kepada masyarakat umum jadi pemilih cerdas dengan kepala dingin. Khusus untuk tokoh politik dan tokoh masyarak diharapkan bisa memberikan pernyataan yang meneduhkan dan bukan memanas-manasi suasana.
“Pada hakikatnya pemilu dilaksanakan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Jadi tidak benar jika praktik demokrasi ini justru membuat kita menjadi terpecah,” kata Ahad Ridho , Jumat (21/12).
Menurut Staf Pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini, dalam proses demokrasi seharusnya yang dilakukan tiap para tokoh adalah berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukan malah saling serang baik secara langsung maupun di media sosial.
“Saat ini saya prihatin membaca berbagai komentar politik di media sosial. Antar pendukung pasangan Capres seolah tidak ada hari tanpa saling serang,” kata dia.
Jika kondisi ini terus berlangsung, Ahmad Ridho mengaku khawatir konflik antara para pendukung capres di dunia maya tersebut akan berlanjut dalam kehidupan nyata. Sebab banyak orang yang tidak dapat mengendalikan emosi ketika saling ejek terus-menerus berlangsung.
Dia berharap tokoh politik tidak bosan mengingatkan para pendukungnya bahwa yang terjadi saat ini hanyalah kegiatan rutin lima tahunan. Jadi tidak perlu harus membuat elemen masyarakat menjadi terpecah.
“Jadilah pemilih yang cerdas. Perbedaan pilihan dalam demokrasi adalah hal biasa. Janganlah menganggap mereka yang berbeda pilihan sebagai musuh yang harus diperangi dan dihancurkan,” tandasnya.(*/Al)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro