SEMARANG – Pembangunan jalan tol Trans Jawa ternyata juga membawa dampak kurang menguntungkan bagi pengusaha rumah makan di Jalur Pantura Jawa di daerah Jawa Tengah.
Pemilik rumah makan mengeluhkan omset yang turun dratis sejak jalan bebas hambatan itu dibuka . Bahkan beberapa pemilik rumah makan mengaku nyaris bangkrut karena sepi pengunjung dan tidak mampu lagi nembayar karyawan.
Joko, pemilik warung makan di Jalur Pantura Gringsing Kabupaten Batang, Jawa-Tengah mengaku prihatin sejak jalan tol dibuka .
“Bagaimana tidak prihatin mas karena usaha warung makan ini sekarang sepi sejak jalan tol dibuka, akunya . Padahal sebelumnya setiap hari usaha warung makan yang dikelola Joko ini rata-rata dikunjungi 100 orang .
“Sekarang ini boro-boro 100 orang mas , dikunjungi 1 orang saja rasanys sudah sulit , sambung Joko yang mengaku bingung beralih usaha demi menghidupi keluarganya . Betul sejak tol dibuka omset warung makan saya turun dratis,” tambah Joko .
Joko juga mengaku bila sebelumnya memiliki 14 karyawan sekarang tinggal satu orang . Joko bahkan menambahkan untuk membayar gaji satu karyawan ini saja dirasa cukup berat karena seringjali dalam sehari sama sekali tidak ada masukan .
Keluhan senada juga diungkapkan Arif Munandar, pemilik rumah makan “Buyung” di Jalur Pantura Batang . Menurut dia , omset rumah makan yang dikelolanya turun dratis .
Disebutkan , sebelum tol trans jawa dibuka omset rumah makannya rata-rata Rp 2,5 juta perharinya .” Sekarang ini omsetnya hanya a tara 1 – 1,5 juta setiap harinya .
Arif mengutarakan kegundahannya karena pengunjung rumah makan yang dikelolanya saat ini didominasi pengendara sepeda motor dan sopir truk .” Padahal omset kami dulu besar karena banyak dikunjungi para pengendara mobil pribadi dan penumpang bus .
Sejak tol Trans Jawa dibuka , mobil- mobil pribadi dan bus pada memilih lewat jalan bebas hambatan itu . Ya mas , sejak jalan tol dikebut , usaha kami terancam bangkrut ,” keluhnya. (*/D Tom) .
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro