JAKARTA - Kader Muda PPP, Usni Hasanudin meminta pengurus Dewan Pimpinan Pusat segera melakukan rekonsoliasi nasional mengingat suara partai berlambang Kabah tergerus pada pemilu legislatif 2019.
"Sebaiknya sebelum penetapan ada langkah rekonsiliasi secara utuh di internal PPP. Ini sangat penting dilakukan untuk menjaga soliditas partai dalam menghadapi kemungkinan terburuk saat penetapan PT (parliamentary threshold)," kata Usni kepada media, Sabtu (11/5/2019).
Menurut dia, posisi PPP psca pemilu dan melihat hasil penghitungan yang sudah diselesaikan tingkat kabupaten/kota sangat memprihatinkn dan harus menjadi perhatian seluruh elemen partai.
"Trend perolehan suara PPP sangat terlihat menurun di setiap daerah pemilihan. Hal ini sepatutnya dijadikan warning bagi DPP PPP, bukan dengan melakukan manuver yang justru membuat orang merasa tidak empati seperti Muktamar dan posisi menteri," ujarnya.
Usni mengatakan entah sadar atau tidak apa yang mereka suarakan baik soal muktamar dan posisi menteri sangat memperlihatkan kapasitas dan orientasi politik yang pragmatis, padahal suara PPP sangat mengkhawatirkan bahkan terindikasi tidak lolos ambang batas 4 persen.
"Kalau memang tidak berkeinginan untuk melakukan rekonsiliasi nasional, PPP khittah dan kader muda PPP harus menginisiasi rekonsiliasi nasional ini. Dalam perpecahan jangan pernah berharap hasil maksimal," jelas dia.
Ia mengatakan meski benerapa daerah pemilihan (dapil) berpotensi mendapat kursi, namun yang harus diperhatikan potensi tersebut diiringi dengan penurunan raihan suara. Misal, di Jawa Barat meski potensi dapat kursi tapi suara mengalami penurunan sangat signifikan.
"Kondisi seperti ini bukan menguntungkan tapi sangat merugikan PPP, hal serupa juga terjadi di dapil lain. Belum lagi yang semula di tahun 2014 mendapat kursi, tapi 2019 tidak lagi memenuhi suara untuk mendapat kursi secara otomatis perolehan suara PPP juga turun. Bukan menakuti, meski di dapil dapat kursi belum tentu lolos PT," tandasnya.(*/Ag)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro