Pasalnya , hanya berhitung bulan membuat bangunan pagar tiba-tiba roboh, Senin (11/12) sore. Bangunan yang berdiri belum lebih dari setahun itu, roboh berjejer sepanjang 70 meter berserakan seperti tak ada penahan .
Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas pengawas bangunan, diketahui bahwa pagar itu didirikan dengan besi berukuran lebih kecil dari Rancangan Anggaran Belanja (RAB).
Seharusnya besi yang digunakan sebagai penampang bangunan, memakai ukuran 12 sentimeter, namun setelah roboh, baru diketahui ternyata bangunan itu memakai besi berukuran 8 sentimeter dan tidak menutup kemungkinan bangunan rumah sakit itupun diduga banyak yang menyimpang .
Sayangnya, seperti peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, ketika suatu bangunan proyek roboh, pejabat Kabupaten Bogor selalu menyalahkan faktor alam sebagai penyebab kerusakan bangunan. Itu pula yang pendapat yang diungkapkan Direktur Utama RSUD Cileungsi Hesti terkait robohnya pagar rumahsakit.
“Kami simpulkan, robohnya pagar karena faktor alam, karena memang saat hujan, anginnya begitu kencang,” dalih Hesti kepada wartawan, Selasa (12/12).
Hesti seakan ingin memperkuat argumentasi itu, dengan menunjukkan sejumlah bangunan semi permanent ikut terbang terbawa angin kencang. “Malahan tempat penampungan air juga ikut terbang,” ujarnya .
Bangunan RSUD Cileungsi mulai dioperasikan pada 24 Mei 2012, yang dibuka langsung Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Bupati Bogor Rachmat Yasin turut mendampingi gubernur dalam pembukaannya.
Rumah sakit ini memiliki dua lantai bangunan dengan daya tampung 300 pasien. Rumah sakit dengan kategori C ini padahal diproyeksikan naik kelas ke kategori B setelah dioperasionalkan.
Namun, belum tercapai tujuan itu, bangunan pagar sudah roboh karena kualitas konstruksi yang buruk dan tidak sesuai dengan rencana yang sudah dianggarkan .(Jun)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro