PURWAKARTA – Jadi keluarga miskin bukan harapan bagi sesesorang dan keluarganya namun terkadang nasib berkata lain .
Keluarga miskin warga Kampung Jatijajar, Kecamatan Sukatani, Purwakarta menolak pemberian bantuan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebesar Rp 25 juta.
Agus dan istrinya Irma yang hanya buruh serabutan dan pemulung tersebut merasa lebih nyaman mengais rejeki tanpa bergantung ke orang lain.
Sungguh mulia. Pasutri memiliki banyak itu tak butuh uang pemberian Bupati Dedi. “Tolong jangan campuri urusan keluarga kami, Pak. Saya sudah bahagia hidup begini bersama suami dan anak anak,” tutur Irma memelas.
Sami-istri ini memenuhi undangan orang nomor satu di Pemkab Purwakarta di rumah dinasnya Jalan Gandanegara, Selasa (1/3).
Bupati Dedi sengaja mengundang pasutri untuk menyampaikan beberapa hal. Termasuk menanyakan penyebab meninggalnya putri bungsu pasangan ini pada Sabtu (27/2) lalu. “Saya mengajak ibu dan bapak agar ikut program KB,” ujar Dedi.
Jurus berikutnya Dedi mengiming-imingi bantuan Rp 25 juta untuk membangun rumah dan modal usaha. “Asal, mau jadi peserta KB ya,” pinta Bupati.
Lagi lagi, Irma dan Agus geleng geleng kepala. “Enggak mau Pak. Kami lebih nyaman begini,” kelitnya.
Bupati Dedi pusing atas sikap pasutri ini. Diakuinya, baru kali ini niat baiknya ditolak pasutri memiliki enam anak tersebut.
“Saya prihatin dengan keterbatasan usahanya tetapi mereka terus memproduksi anak. Makanya saya anjurin ikut KB,” jelas Dedi.
Terlebih Bupati tahu meninggalnya anak balita pasutri ini diduga kurang asupan gizi.
“Saya sudah berikhtiar membujuk pasutri ini. Tapi kalau menolak, ya mau gimana lagi,” tandasnya.(*Asp)
© 2015. All Rights Reserved. Jurnal Metro.com | Analisa Jadi Fakta
Koran Jurnal Metro